16. FLASHBACK [2]

10 3 0
                                    

"Lo ngga salah, tapi lo ngga liat sebelumnya gimana!" Ucap Rani menatap Reymond nyalang, Nafasnya memburu. Tangannya ia kepal kuat mencoba tenang, namun air matanya sudah menggenang dan siap jatuh. Ia berusaha keras manahan tangisannya.

"Gue ngga nyangka lo lakuin ini Ran" ucap Reymond.

"Gue yang lebih ngga nyangka lo lebih percaya dia dari pada gue" ucap Rani menunjuk Bianca.

"Gue percaya dia karna gue liat lo mau mukulin dia"

"Gue ngga bakalan mukul dia kalo bukan dia yang mulai duluan!" ucap Rani dengan nada makin tinggi.

"Jadi maksudnya Bianca yang mukulin lo? Trus kenapa dia setakut ini sama lo?" Tanya Reymond kesal.

"Dia pura-pura Rey, air matanya itu Buaya! Dia itu Ular!!" Teriak Rani sudah tak bisa menahan tangisnya.

"Rani! Jaga omongan lo!" Bentak Reymond.

"Terserah lo mau percaya atau tidak, yang pastinya gue udah peringatin lo. Gue benar-benar kecewa sama lo Rey, gue harap gue ngga pernah kenal dengan lo dan gue ngga mau liat muka lo lagi!" Ucap Rani dengan menangis sesenggukan, kemudian berlari meninggalkan Reymond dan Bianca.

Bianca menatap Rani dan tersenyum licik, lalu kembali berpura-pura menangis. Reymond mendekap Bianca tanpa tau yang sebenarnya.

Tepat disaat itu Leon datang dan langsung melayangkan bogem mentah. Hal itu membuat Bianca memekik keras karena terkejut. Reymond tersungkur kebawah.

"Lo dibutakan cinta Rey! Harusnya lo percaya sama Rani!" Bentak Leon lalu berderap pergi. Sebenarnya Leon mengikuti Rani sejak awal, dia tau semua yang terjadi tapi ia menahan diri untuk tak ikut campur. Tapi, melihat perilaku Reymond membuat Leon tak tahan.

Reymond masih terduduk, ia menatap Leon yang pergi, ia benar-benar bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Apa yang dikatakan Rani itu benar? Batin Reymond.

"Kamu gapapa kan Rey?" Tanya Bianca panik.

"Gapapa kok"

Flashback end.

Tring...tring...

Bel istirahat sudah berdering, para siswa berhamburan keluar menuju kantin. Cuma tempat inilah yang menjadi sasaran empuk untuk para siswa yang kelaparan.

"Lia kantin yuk" ajak Rere.

"Bentar" ucap Lia merapikan bukunya.

Rani melangkah mendekati Rere dan berkata "Re, gue boleh ikut nggak?"

Rere menatap Rani sinis, ia mengabaikan pertanyaan Rani. Sudah hampir sebulan Rani terus mengalami hal ini. Diabaikan.

"Re, lo masih marah sama gue?" Tanya Rani.

"Lia! Cepetan!" Teriak Rere.

"Iya... iya..." Ucap Lia menghampiri Rere.

Segera, Rere menarik tangan Lia meninggalkan Rani sendiri.

"SALAH GUE APA?!" Teriak Rani frustasi.

Lia sempat berbalik ketika mendengar Rani teriak. Sejujurnya Lia tidak tega membiarkan Rani seperti itu, ia sangat ingin meminta maaf pada Rani tapi ia harus membujuk Rere agar memahami Rani. Menurut Lia Rani tidak salah apapun.

RAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang