Bismillahirrahmanirrahim
Selamat membaca
Jangan lupa pencet ⭐ ya kakak
Afka menghela nafas perlahan saat bayi bontotnya memukul-mukul air dalam bak mandi, bajunya yang baru diganti sepertinya harus ditukar kembali, karna basah.
"Aelnya ngat Yah, Mbu yang macak."
Tangan kecil itu tidak berhenti memukul-mukul air bersamaan dengan mulut yang terus berceloteh menggunakan bahasa bayinya. Jangan lupakan bibir kecil yang bergerak maju mundur saat berbicara, jadi jangan salahkan Afka kenapa dia tidak memarahi Kiya. Anaknya terlalu menggemaskan.
"Iya Dek, tapi mandinya udah ya, nanti Ayah dimarahin Ibu biarin kamu mandi ampe gemetaran begini."
Afka memasang wajah mengiba agar Kiya mau diangkat dari dalam bak mandi kecil itu, sedari tadi Afka sudah mencoba berbagai cara tapi sang anak terus saja menolak.
"No Yayah ey, Adek mau bandi duyu, bial halum."
"Harum gimana lagi sih, Dek. Udah ya, kita pasang baju lagi, nanti ibu marah kamu ngak dikasih susu loh."
Merasa kelansungngan hidupnya terganggu dengan cepat Kiya mengangkat tangannya ke atas agar sang Ayah segera menggendongnya, Afka tersenyum kecil melihat itu, bayi bontotnya kalau masalah asi mana mau rugi.
"Loh Mas ehh Yah, kok baru siap? Ay pikir udah selesai pake bajunya."
Ayana masuk ke dalam kamar setelah menu sarapan mereka selesai dibuat. "Ini lagi, kok bajunya basah?" tanya Ayana melihat penampilan Afka.
Afka membaringkan sang putri di ranjang setelah mengelap kering tubuh Kiya.
"Si Adek noh, mandinya kelamaan, sambil main air lagi, makanya bajunya basah."
Ayana lansung mengambil alih tugas memasangkan baju Kiya yang sebelumnya sudah disiapkannnya di tepi ranjang. Kalau menunggu Afka yang melakukannya, akan lama urusan, anaknya itu sangat banyak tingkah jika dengan sang Ayah.
Dengan telaten Ayana memasangkan baju Kiya, sambil sesekali mencium kecil pipi sang anak yang sedari tadi memperhatikan wajahnya. "Dah selesai, sekarang Adek udah rapi dan harum."
Azkiya tertawa kecil karna kegelian, Afka yang melihat itu juga ikut tertawa. "Kamu kalau sama Ibu nurut banget, coba kalau sama Ayah, ada-ada aja tingkahnya."
Ayana terus menciumi tubuh sang anak, dari perut sampai pipi. "Deli, Mbu."
Mendengar rengekan Kiya, Ayana menghentikan aksinya, matanya menatap Afka yang sekarang tengah duduk di pinggir ranjang dengan setelan barunya sambil mengelus kepala sang putri.
"Iya dong, bilang gitu Dek," kata Ayana sambil mencolek kecil hidung sang putri, "kan yang ngasih cucu Ibu," tambahnya.
Afka berdecak pelan mendengar itu, makin kesal karna melihat sang anak yang juga ikut tertawa bersama Ayana, mengerti atau tidak yang penting tertawa, mungkin itu yang ada difikiran Kiya sekarang.
Di penghujung minggu ini Afka memang berniat menghabiskan waktu liburnya bersama keluarga, setelah pagi tadi berusaha keras memandikan sang putri, siang harinya Afka dibuat repot dengan ulah anaknya yang memberantakan rumahnya dengan mainan yang berserakan dimana-mana.
Ayana yang pergi bersama Shaila ke supermarket membuatnya tinggal berdua dengan Kiya di rumah, bukannya tidak mau menemani Ayana berbelanja, tapi saat mereka hendak pergi tadi, Kiya malah tertidur jadi Afka meminta Adiknya untuk menemani.
Tidak lama setelah istrinya pergi, bayi bontotnya malah bangun dan mengamuk karna tidak mendapatkan asupan Asinya (Kiya memang selalu menyusu kembali setelah bangun tidur) Afka yang bingung memilih membawa anaknya ke ruang tengah untuk mengajaknya bermain, dan berakhir dengan tangan jahil kiya yang menyerakan semua jenis mainanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Luar Biasa (End)
Spiritual⚠️ awas baper Cerita ini mengandung tingkat kebaperan yang cukup tinggi. Di cerita ini kalian juga bakalan nemuin kalau laki-laki yang sabar, setia itu masih ada, Afka contohnya. Awal hubungan yang rumit, pertemuan dengan kondisi penuh kesalahpaha...