Hai! Kamu suka dengan cerita ini? Boleh dong share ke teman-temannya yang sesama SasuSaku stan? Thanks ya sudah mau meramaikan!
Beri jejak jika bertemu TYPO.
Happy reading ^^
.
.
.
.
.Sakura menebar senyumnya di sepanjang lorong rumah sakit tempatnya berada. Bukan karena ia gila atau sengaja menggoda. Justru karena ia berkali-kali mendapat sapaan hangat dari beberapa orang yang ia kenal di sana. Tak sedikit dari mereka adalah laki-laki. Ada pula beberapa yang perempuan selalu menyapa Sakura saat mereka berpapasan karena rasa hormat mereka kepada gadis itu.
"Ohayou, Tsunade-sama," sapa Sakura saat ia memasuki sebuah ruangan yang tertera keterangan 'Kepala Rumah Sakit' di atas pintunya.
"Ohayou mo, Sakura. Sudah berapa kali kukatakan jangan memanggilku seperti itu!" balas seorang wanita bernama Tsunade itu. Sakura tertawa pelan.
Tubuh yang seksi berisi. Otak cerdas, cekatan, wanita karier yang sukses, serta payudara yang besar. Itu semua kelebihan seorang kepala bagian dokter bedah yang sudah bertahun-tahun mendapat kepercayaan itu di sana. Dia memiliki satu kekurangan, yaitu belum menikah. Padahal usianya hampir kepala empat, namun wanita berambut pirang panjang itu tak kunjung menikah.
"Anggap saja sebagai formalitas kita dalam bekerja. Atau akan lebih baik jika aku memanggilmu dengan embel-embel -san saat kita berada di luar rumah sakit?" tanya Sakura. Ia mendudukkan dirinya di kursi kerjanya.
"Omong-omong, kapan aku akan berpindah ruangan? Bukankah hal ini akan menjadi cemoohan untukku? Lihatlah dirimu, Sensei! Kau selalu menghabiskan waktumu dengan laporan-laporan rumah sakit. Kapan kau akan punya waktu berkencan dan menikmati hidupmu dengan orang yang kau cintai?" cibir Sakura saat mendapati Tsunade sepagi ini telah berkencan dengan pekerjaannya. Ia tak lagi memanggil Tsunade dengan sufiks -sama.
Entah bagaimana, Sakura merasa sedang mengumumkan cibiran itu untuk dirinya sendiri.
"Kau sendiri? Sudah menikah dengan pengusaha muda yang sukses tapi memilih bekerja sebagai dokter di sini," balas Tsunade tanpa menoleh, masih berfokus pada lembar-lembar kertas yang diperiksanya. "Bukankah melakukan hal-hal yang santai di rumah lebih menyenangkan dibanding bekerja dengan konsentrasi tinggi seperti ini," imbuhnya.
Sakura menghentikan tangannya yang tengah menulis laporan. Ia memegang ujung dagunya, terlihat berpikir.
"Tapi, Sensei, aku lebih suka hal-hal menantang seperti ini," jawab Sakura.
"Maksudmu bertemu dengan banyak luka dan darah yang bagi sebagian wanita itu menjijikkan?" Tsunade melirik Sakura yang duduk tak jauh di sampingnya.
"Seperti itulah," jawab Sakura. Gadis itu melanjutkan aktivitasnya.
Tsunade hanya menghela napasnya panjang. Meski perbedaan fisik mereka cukup mencolok, mereka adalah pasangan dokter yang paling akrab. Memang di rumah sakit itu tak ada aturan dokter berpasangan kerja dengan sesama dokter. Siapapun dokter yang sedang bertugas dan bersedia membantu dokter lain maka harus mau bekerja sama. Tsunade membuat aturan itu sendiri. Aturan tentang menjadikan Sakura sebagai pasangannya saat dibutuhkan. Menurutnya, Sakura-lah dokter paling hebat yang pernah ia akui.
Tsunade dan Sakura memiliki sifat yang sama, yakni keras kepala. Mereka pernah berada di satu perguruan tinggi kedokteran yang sama. Kala itu, Sakura masih menjadi mahasiswi baru, sedangkan Tsunade telah memulai skripsinya. Kebetulan lagi yang membuat mereka semakin dekat ketika wanita berambut blonde panjang itu bertemu dengan Sakura saat di perpustakaan kota. Mereka semakin sering bertemu di sana. Sakura saat itu sedang mencicil skripsinya, sedangkan Tsunade hanya ingin menyegarkan ingatannya dengan banyak buku-buku tebal dari perpustakaan tempat mereka biasa bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yosougai [SasuSaku] ✔
Fanfiction[SELESAI] //Yosougai - Naruto Fanfic [REVISI BERTAHAP]// "Izinkan kami berpisah," ucap Sakura. Semua yang ada di ruangan itu menghentikan aktivitas mereka, tanpa terkecuali sang suami. "Apa ... dia serius?" tanya lelaki itu dalam hati. . . . Perasaa...