Beri jejak jika bertemu TYPO.
Happy reading ^^
.
.
.
.
.Wanita bersurai soft pink itu berada di kabin pesawat. Ia duduk di dekat jendela. Memandang bangunan megah yang selalu ramai di kejauhan itu. Bangunan yang akan menjadi tempat singgah orang-orang yang datang dengan pesawat. Tak lama, seorang wanita duduk di dekatnya. Dengan ramah, Sakura menyuguhkan senyumnya sekadar menyapa. Wanita di sampingnya itu membalas senyuman Sakura dengan anggukan.
Manik hijau Emerald-nya kembali menyebar pandangan pada tempat yang akan ia tinggalkan. Kota yang akan ia tinggalkan. Juga keluarga, kawan, dan pekerjaan yang ia tinggalkan dari kota yang menjadi pusat pemerintahan Jepang. Dengan kata lain, ia akan meninggalkan kehidupannya di Tokyo, menjadi sebuah kenangan. Ya. Sebatas kenangan tanpa keinginan untuk kembali. Sesaat, ia merasakan setetes air mata melintasi wajahnya, turun ke bawah.
Lamunannya buyar saat wanita di sebelahnya itu menyentuh tangannya. Sakura menoleh. Mereka lantas berbicara. Menghilangkan rasa jenuh selagi menanti pesawat yang mereka tumpangi lepas landas. Sakura merasa beruntung ada orang yang mau mengajaknya berbicara selama perjalanannya.
🌸🌸🌸
Sementara itu, di kota yang telah Sakura tinggalkan, seseorang justru mencarinya. Seorang lelaki yang sedang mengendarai mobilnya, menyusuri jalanan kota itu. Ia berusaha tetap fokus mengendalikan laju kendaraannya tak terlalu cepat, seraya mengedarkan pandangan mencari sosok yang sepertinya mulai memenuhi otaknya.
Wajahnya tenang mengamati. Mencari-cari wanita dengan postur mungil yang sejak beberapa hari lalu ia ingat dengan segala hal ihwalnya. Meski terlihat begitu, sebenarnya jantungnya tak bisa bekerja dengan tenang. Jika ia bisa menggambarkan, bagaikan mencari berliannya yang hilang di sungai yang arusnya deras. Ia berharap, sesuatu yang tak berbahaya membuat berlian itu tersangkut di tepi sungai itu, sehingga dirinya bisa mengambilnya kembali dengan tenang.
Sasuke, lelaki itu, menghentikan gerak mobilnya di parkiran stasiun kereta api. Ia turun, lalu mencari-cari sang istri, barangkali wanita bersurai merah jambu itu ada di sana. Sayangnya, ia tak tahu bahwa jawabannya adalah tidak.
Uchiha itu berakhir pada sebuah bangku panjang. Duduk mengatur ritme pernapasannya. Ia membuka ponsel, mencari kontak seseorang di sana.
"Moshi-moshi," jawab seseorang yang ia telepon.
"Sai, sepertinya ini kabar buruk untukku," ucap Sasuke tanpa basa-basi. "Sakura meminta cerai dariku. Mungkin sebentar lagi tamat riwayatku sebagai keluarga Uchiha."
"Kenapa begitu?"
"Kaa-san akan marah dan kecewa mungkin. Kau tahu sendiri aku menikah dengannya karena perjodohan itu," jawab Sasuke. Ia tak mengatakan bahwa dirinya punya maksud tersendiri menerima perjodohannya dengan Sakura.
"Lalu?"
"Aku akan diusir dari rumah."
"Hn. Terus?"
"Menjadi gelandangan."
"Baguslah," sahut Sai. Mata Sasuke menajam seketika. Ia tak tahu Sai sedang memberinya gurauan atau memang sedang serius.
"Aku bercanda."
Sasuke membuang napas kasar setelahnya. "Aku benci jika masalah pribadiku diketahui banyak orang," ucapnya kemudian.
"Aa. Aku mengerti."
Sasuke mengakhiri panggilan setelah beberapa saat diam. ia mengusap wajahnya dengan kasar, lantas pergi dari sana setelah merasa tak menemukan Sakura. Memang semestinya begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yosougai [SasuSaku] ✔
Fanfiction[SELESAI] //Yosougai - Naruto Fanfic [REVISI BERTAHAP]// "Izinkan kami berpisah," ucap Sakura. Semua yang ada di ruangan itu menghentikan aktivitas mereka, tanpa terkecuali sang suami. "Apa ... dia serius?" tanya lelaki itu dalam hati. . . . Perasaa...