Beri jejak jika bertemu TYPO.
Happy reading ^^
.
.
.
.
.Kicauan burung terdengar. Sepasang mata seorang gadis yang tadinya terpejam kini mengerjap pelan, lantaran menerima cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai jendela kamarnya. Rasa lelah menyelimuti tubuhnya. Ketika menyadari mentari sudah bersinar terang, ia terkesiap.
Buru-buru ia bangkit dari tidurnya. Tepat ketika ia menginjakkan kedua kakinya ke lantai, pintu kamar mandi terbuka. Menampilkan sesosok lelaki dengan telanjang dada dan hanya memakai handuk dari pusar hingga lututnya. Sakura menunduk.
"Sasuke-kun, gomen. Aku ... bangun terlalu siang," ucap Sakura pelan, penuh penyesalan.
Sasuke berjalan menuju almarinya. Ia tak berniat menjawab ucapan sang istri. Setelah memakai pakaian, Sasuke mendekati Sakura. Tanpa berkata, ia menyerahkan dasinya ke gadis itu. Sakura mengerti. Segera saja ia menerimanya lantas memakaikan dasi suaminya.
"Jangan pernah mencari perhatian lagi untuk bisa melindungi dirimu sendiri, Sakura," ucap Sasuke tiba-tiba. Dingin dan penuh ancaman.
Sakura mendongak, menatap manik hitam sang suami. "Apa maksudmu, Sasuke-kun?"
"Kau pikir aku tak tahu caramu yang kotor itu? Pura-pura lelah dan pulang lebih dulu dari rumah sakit. Lalu saat kau tak di sana, membiarkan Izumi membelamu sehingga Itachi pun ikut membelamu," ketus Sasuke.
Sakura menatap tak percaya. Ia memang disuruh Izumi untuk pulang lebih dahulu semalam. Sakura sudah menolaknya, namun Izumi memaksa. Karena rasa lelah, ia akhirnya pulang. Baru pagi hari, ia harus kembali merasakan sakit hati dari suaminya sendiri.
Melihat mata Sakura yang berkaca-kaca, Sasuke mendecih samar. Seketika Sakura mengerjapkan kedua manik Emerlad-nya dengan cepat. Menggagalkan air matanya lolos dari sana. Ia tak ingin semakin diolok oleh Sasuke hanya karena ia cengeng, dan Sakura pun mengakuinya. Mengakui bahwa dirinya cengeng.
"Gomen, ne, Sasuke-kun. Hari ini aku harus bergantian menjaga orang tua kita dengan Izumi-nee. Akan kubuatkan sarapan untukmu sebentar," ucap Sakura seraya berjalan menuju pintu. Baru saja menyentuh kenopnya, suara berat lelaki itu terdengar.
"Tak perlu. Aku akan berangkat sekarang," ucapnya kemudian.
Sakura menghentikan gerakannya. Ketika suaminya berjalan mendekat pintu, ia menepi, memberi jalan. Diikutinya sang suami sampai halaman mansion, seperti biasa. Setelah Sasuke pergi, Sakura segera masuk ke dalam lantas bersiap menuju rumah sakit. Perasannya makin kacau hari ini. Ia tak ingin memikirkan sang suami untuk sekarang.
🌸🌸🌸
"Bagaimana?" tanya Sakura pada Neji.
Mereka berada di depan ruang rawat kedua orang tua Sakura. Sakura baru sampai di sana sekitar lima menit yang lalu. Saat itu, Neji sedang memeriksa keadaan orang tua Sakura.
Neji menggeleng. "Luka bakar itu cukup parah, Sakura. Kecil kemungkinan untuk bisa sembuh dengan keadaan tubuh normal seperti sebelumnya. Untuk ayahmu, ada tulang rongga dada yang menyentuh paru-parunya, dan hampir membuatnya robek. Jika dalam satu bulan ini tak ada kemajuan untuk pasien, maka Ventilator akan dicabut," jawab Neji dengan berat hati.
Sakura membeku. Ia tak mampu membayangkan jika ia akan sendirian di dunia ini tanpa dua orang yang teramat dicintainya. Tanpa disadarinya, air mata mengalir di pipinya. Neji yang panik pun bingung harus berbuat apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yosougai [SasuSaku] ✔
Fanfiction[SELESAI] //Yosougai - Naruto Fanfic [REVISI BERTAHAP]// "Izinkan kami berpisah," ucap Sakura. Semua yang ada di ruangan itu menghentikan aktivitas mereka, tanpa terkecuali sang suami. "Apa ... dia serius?" tanya lelaki itu dalam hati. . . . Perasaa...