Beri jejak jika bertemu TYPO.
Happy reading ^^
.
.
.
.
."Sakura? Kau baik-baik saja?" tanya Tenten pada gadis yang kini tengah melamun itu.
Sakura menoleh pada temannya. Sore ini, ia sedang duduk di kantin rumah sakit. Pikirannya kacau sekarang. Seharusnya, dia tak secepat itu terlena akan ciuman sang suami. Mungkin Sasuke memiliki hubungan khusus dengan sekretarisnya. Atau bisa saja bukan Sasuke tak melakukan apapun dengan sekretarisnya?
Bagaimana pun juga, Sakura tetap merasa dipermainkan oleh sang suami. Mestinya Sakura tahu perasaan Sasuke selama ini. Seharusnya dia memberanikan diri bertanya langsung pada suaminya. Ia seketika merasa sia-sia pergi kuliah jauh. Bukan hanya ingin mengejar cita-citanya, Sakura juga sebenarnya ingin menjauh dari Sasuke sejak lulus sekolah.
Sayangnya, perguruan tinggi tempatnya menimba ilmu justru merekomendasikan dia datang ke rumah sakit internasional ini. Dia kembali ke Tokyo, setelah bertahun-tahun mengenyam ilmu dan tinggal di Nagasaki. Alhasil, Sakura harus dihadapkan lagi dengan seorang lelaki tak berhati itu. Semua terasa mimpi buruk tanpa bisa terbangun, baginya.
Awal yang ia sangka baik ternyata tak seperti itu pada akhirnya. Sakura merasa sendirian sekarang. Tak ada rumah tempatnya pulang. Alias, tak ada ibunya yang selalu bisa menjadi tempatnya mencurahkan isi hati.
"Apa aku harus menceraikannya?" tanya Sakura pada Tenten. Gadis bermanik cokelat itu mengerjapkan mata.
"Kau bilang apa? Kenapa?" tanyanya.
"Sepertinya, dia mencintai orang lain," ucap Sakura.
"Siapa?"
"Mungkin ... sekretarisnya."
"Ne, Sakura. Kalau kau merasa bahagia saat bersamanya, berarti perasaanmu terbalas. Aku tahu dari Ino, kau sudah berusaha memenangkan hati si pantat ayam itu. Tapi tidakkah kau merasa yang kau lakukan selama ini berlebihan?" tanya Tenten.
Sakura sedikit membenarkan dalam hatinya. Apa dia berlebihan mencintai Sasuke? Bahkan semenjak belasan tahun, bukan?
"Aku merasakan apa yang kau rasakan, setidaknya sedikit."
Sakura tersenyum mendengar hal itu. "Kau sudah pernah menyatakan perasaanmu?" tanya Sakura.
"Pada siapa?" Tenten balik bertanya.
"Neji, tentu saja. Aku tahu kau masih mencintainya."
Tenten mengalihkan pandangannya. "Sepertinya, dia justru mencintai perempuan lain."
"Sungguh? Siapa?" tanya Sakura.
"Kau yang dicintainya, Sakura. Buktinya, dia mengikutimu ke Nagasaki, dan berusaha keras kuliah di perguruan yang sama denganmu," jawab Tenten, dalam hati.
"Aku tahu banyak tentangnya. Tapi satu yang belum kutahu pasti, siapa yang dicintainya," ucap Tenten, sedikit berdusta.
Sakura merasa ponselnya berdering. Itu dari Tsunade. Setelah beberapa detik menerimanya, Sakura segera berpamit pada Tenten karena ia dipanggil. Karena sudah tak ada lawan bicara, Tenten memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Baru saja ingin beranjak, seseorang memanggilnya.
"Tenten-chan!" teriak seseorang.
Gadis itu menoleh ke sumber suara. Mendapati seorang lelaki berambut kuning dan seorang wanita bermanik Indigo berjalan ke arahnya. Sejujurnya, Tenten merasa sedikit gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yosougai [SasuSaku] ✔
Fanfiction[SELESAI] //Yosougai - Naruto Fanfic [REVISI BERTAHAP]// "Izinkan kami berpisah," ucap Sakura. Semua yang ada di ruangan itu menghentikan aktivitas mereka, tanpa terkecuali sang suami. "Apa ... dia serius?" tanya lelaki itu dalam hati. . . . Perasaa...