Jika duniaku hilang bersama dengan kepergian kalian. Lalu, apalagi yang harus ku pertahankan?
-Anya Abigail Callia-
Sudah lima hari sejak kepergian kedua orangtuanya. Gadis itu—Anya, mencoba bangkit seorang diri. Sedih rasanya, di saat-saat terpuruk tak ada yang menjadi tempat bersandar.
Saudara papanya, tak ada yang tau tentang keadaan saat ini, karena mereka yang tinggal di luar negeri dan juga Anya belum bisa menerima keadaan ini, sehingga sulit baginya untuk mengatakan semua. Sedangkan mama gadis itu merupakan anak satu-satunya, yang sudah pasti tak memiliki sanak saudara.
Saat ini Anya berada di depan cermin panjang, tengah menyisir rambutnya yang terasa sangat kasar, sehingga sulit untuk disisir. Di tatapnya lekat-lekat wajah yang tampak suram itu, sedikit senyum ia paksakan, berganti lagi dengan wajah muramnya.
Perlahan ia menghembuskan nafas, lalu mengambil tas yang tergeletak rapi di atas meja. Bergerak ke luar kamar hendak berangkat.
"Papa!" teriak Anya, sehingga menimbulkan suara yang menggema.
"Anya udah siap. Ayo berangkat, nanti Anya telat!" omel gadis itu dan lagi-lagi tak mendapat sahutan.
Sadar atas yang ia lakukan, tanpa sadar gadis tersebut mengeluarkan air yang berasal dari mata sayunya itu. Lagi dan lagi ia menangis lirih begitu menyayat hati.
Semua tampak berubah, semua tak sama. Tak ada lagi sarapan bersama, tak ada lagi teriakan seorang ibu membangunkan sang putri, tak ada lagi Anya yang merengek minta ditambah uang saku, tak ada lagi tangan sang Papa yang mengacak gemas rambut Anya
Kebahagiaan telah hilang, dunianya terasa berantakan. Lantas apalagi yang harus dipertahankan?
_oOo_
"Bidadari sekolah datang!"
"Bibir Anya kok manyun, gak kayak biasanya."
"Hai Anya, mana senyumnya?"
Sambutan-sambutan dari para murid Bina Karya terdengar seiring ia berjalan di lorong menuju kelasnya. Jika sebelum kedua orangtuanya tiada, ia begitu sangat menikmati sambutan hangat ini. Tapi, berbeda dengan sekarang, justru ia menulikan telinga dan ingin menyumpal mulut orang itu yang sudah pasti para pria yang kerap mengganggunya. Mengganggu dalam artian merayu.
"Anya, lo ke mana aja? Lo gak papa 'kan? Yang sabar ya, Nya, gue yakin kok lo kuat," cecar seseorang, saat Anya mempercepat jalannya agar secepatnya sampai di kelas.
Setelah berkali-kali ia menangis di rumah tadi, akhirnya dengan penuh niat ia menghapus kasar air matanya dan langsung bergegas ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Guide My Lover [COMPLETED]
Teen Fiction[UPDATE: RABU • SABTU]❤ Akibat dari satu kejadian yang menimpa seorang gadis, membuat gadis itu berada di titik terendahnya. Sampai pada akhirnya ia merasakan puncak kekecewaan pada Tuhan dan tanpa sengaja, ia dipertemukan oleh cowok yang super teng...