💥MGML💥 30

518 36 83
                                    

Masih sibuk berkutik dengan buku-buku pelajaran, sesekali Aldan melirik handphonenya yang menyala, menampilkan wallpaper yang membuat ujung bibirnya melengkung.

Untuk sesaat pikirannya terasa buyar karena melihat wallpaper tersebut. Digelengkan kepalanya, kemudian ia kembali fokus ke buku Biologi yang lumayan tebal.

"Aish, kaki gue gatel pengen keluar." Aldan bermonolog seraya menendang kaki yang satu menggunakan kaki yang lainnya.

Saat ini ia tengah berada di meja belajar. Lengkap dengan minuman serta cemilan yang sama sekali belum ia sentuh.

Jam di dindingnya pun menunjukkan angka sepuluh. Tapi matanya tetap segar menghadapi perang kedua di esok hari.

Demi papa, mama, sama Anya nih! Sekali-sekali banggain beneran kek.

Ujian di hari pertama menurutnya berjalan dengan lancar. Walau sedikit masih tak yakin dengan beberapa jawaban.

Hanya saja yang tak lancar perasaannya. Baru sehari setelah permintaan yang ia buat untuk Anya, dirinya sudah merasa ada yang berbeda.

Bagaimana tidak! Pagi-pagi ia sudah harus berangkat dan itu tanpa Anya. Pulang dari ujian ia tak mendapati keberadaan sosok Anya yang katanya sedang ikut Diana pergi berbelanja bulanan sampai sore hari.

Karena bosan menunggu, akhirnya Aldan pergi bermain sebentar yang nyatanya pulang hingga jam tujuh. Setelah sampai rumah dan bertanya keberadaan Anya, ternyata gadis tersebut sudah mendem di kamar.

"Fix! Satu harian ini gue gak ada lihat tuh bocah!"

Suara ketukan membuat pikiran Aldan semakin bercabang.

Ceklek.

"Kak, Al."

Nah, suaranya kedengeran juga.

"Ngapain, Nya? Jangan ganggu deh! Tidur sana," usir Aldan tanpa menoleh ke arah pintu. Matanya terus mengarah ke buku dan berpura-pura sibuk, sementara telinganya semakin ia tajamkan untuk mengetahui pergerakan Anya.

"Sombong amat sih," cicit Anya pelan. Kepalanya hanya menyembul ke dalam dan matanya fokus ke sosok laki-laki yang terlihat serius belajar. "Rajin banget cieee. Kak Al minta tolong dong!" Anya tertawa cengengesan. Tangannya bergerak mengetuk-ngetuk pintu untuk mencari perhatian si penghuni.

Dengan senang hati Aldan menoleh, tapi tetap memasang wajah malas yang dibuat-buat. "Apaan!"

Sebelum mengatakan keinginannya, Anya melemparkan sesuatu ke kasur empuk yang terlihat rapi. "Tuh pomade, tadi gak sengaja liat terus keinget Kak Al. Tapi-"

"Ganti?" tuding Aldan tak memberi kesempatan Anya berbicara.

"Suuzon banget sih sama adik sendiri!" ketus Anya, tapi sedetik kemudian ia kembali cengengesan tak jelas. "Beliin permen sama ice cream yang biasa Anya beli di sekolah dong." Tampak bola mata Anya membesar, bibirnya pun mengerucut, sesekali matanya ia buat berkedip.

"Gak sempet, beli sana sendiri," tolak Aldan sangat bertolak belakang dengan hatinya. "Lagian nanti ice cream-nya cair lah! Gimana sih."

Anya mengangguk membenarkan perkataan Aldan. Tapi tetap saja bibirnya melengkung ke bawah pertanda kecewa. "Ya udah deh, besok Anya beli sendiri."

Kening Aldan tampak berkerut. Kemudian ia bertanya untuk memastikan. "Sendiri?"

Sebagai balasan Anya hanya mengangguk lemas.

"Gak ... ngajak gue?"

"Gak lah, besok kan situ sekolah. Anya mah libur." Anya tertawa, lidahnya pun terjulur berniat mengejek. "Besok Anya pergi, wlee!"

My Guide My Lover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang