💥MGML💥 18 | Jalan-Jalan Malam

569 40 203
                                    


Menjagamu adalah tugasku.
Rasa sayangku, salah satu investasi untukmu.

D

"Anya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Anya ..., itu ikannya gosong lagi!" pekik Diana saat melihat wajan. Padahal baru saja Diana pergi sebentar mengambil sesuatu di dalam kulkas, dan langsung disuguhkan oleh ikan gosong untuk kedua kalinya.

Anya yang melamun langsung tersadar. Sekali lagi ia merutuki kebodohannya.

"Maaf, Tan. Aduh, Anya melamun lagi!" Kedua tangannya ia tangkupkan di depan dada-meminta maaf.

Bukannya marah, Diana malah tersenyum. Kemudian ia mencubit pelan pipi Anya. "Gak apa-apa, kamu duduk aja. Kayaknya kamu lagi banyak pikiran."

Anya menggeleng, ia merasa tidak enak. Tapi, melihat raut wajah Diana yang berusaha membujuk membuat Anya bergerak duduk.

Ia duduk tak jauh dari Diana yang sedang berkutik dengan masakannya. Dengan teliti Anya memperhatikan, otaknya juga berkerja untuk mengingat setiap apa yang ia lihat. Menurut Anya, Diana begitu mahir dalam urusan memasak.

Tanpa sengaja Anya kembali melamun. Kejadian tadi siang cukup menyita kerja otaknya.

"Makanya kasih tau apa alasannya, jangan bikin gue bingung!"

"Mama lo."

Untuk sekejap Anya terdiam berusaha mencerna baik-baik.

"Kok mama gue dibawa-bawa? Mama gue udah gak ada. Gak usah ngeles, Dev!"

Devian berdecak pelan, ia merutuki mulutnya yang keceplosan. Padahal ia berusaha mati-matian untuk tak memberi tau. Apalagi ini adalah masalah janji. Berjanji tak akan mengatakannya kepada Anya langsung.

"Tuh kan gak jawab!" Habis sudah kesabaran Anya. Ia pergi dengan kekesalan yang ada.

"Anya hey," panggil Diana lembut. Tangannya bergerak mengusap kedua pipi Anya yang sudah terdapat aliran air mata.

Anya tersentak kaget, ia tak sadar sejak kapan ia menangis. Melihat perlakuan Diana membuat tangan Anya refleks melingkar di perut Diana yang sedang berdiri.

"Mama ..., salah gak sih kalau nangis gara-gara cowok?"

"Apa?" Sesaat Diana dibuat kaget. Tapi, sebisa mungkin ia menuruti hal yang ingin dilakukan Anya, karena menurutnya remaja yang sedang memeluknya sekarang, sedang ada masalah seperti remaja kebanyakan.

Layaknya orang yang posesif, Anya semakin mengeratkan pelukannya-menanti jawaban atas pertanyaan tadi.

Tangan Diana berpindah ke ujung kepala Anya, mengelusnya lembut memberi ketenangan.

My Guide My Lover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang