💥MGML💥 26

540 38 106
                                    

Keributan yang sempat melanda seisi warga sekolah, kini mulai surut. Berita simpang siur mengenai Riko Elmero Aditama juga mulai meredam.

Tadi saat lima menit setelah bel pulang berbunyi, suara dari speaker yang terpasang di sudut-sudut sekolah bersuara, menarik perhatian para warga sekolah untuk mendengarkannya.

Suara kepala sekolah lah yang terdengar, meminta maaf dan meralat berita-berita yang terpampang di mading tadi mengenai Riko-anaknya.

Tak mau ambil pusing, mereka yang mendengar suara Pak kepala sekolah itu dalam hati mengiyakan dan membenarkan. Apalagi Riko dikenal sebagai siswa teladan. Jadi, tak sulit bagi mereka untuk percaya begitu saja.

Di sisi lain, seorang cewek bernama Anya sedang menyuapi makan Riko yang sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.

Kata dokter, tak ada yang parah dari kecelakaan tadi. Hanya saja Riko yang shock, membuat kondisi jantungnya melemah dan terpaksa harus dimasukkan ke ruang ICU. Juga, lukanya yang terdapat disekitaran kening dan tangan, membuatnya harus diperban.

"Nya, bokap gue belum datang, ya?" tanya Riko seraya menghindari suapan demi suapan yang Anya layangkan.

Saat ini mereka hanya berdua saja. Tadi, sambil menunggu Riko ditangani dokter, Aldan pamit untuk pergi ke kantin rumah sakit membeli beberapa makanan.

Jadi, ketika perawat menyuruh salah satu keluarga Riko untuk menjaga, Anya lah yang bergerak masuk.

"Belum, Kak. Dari tadi gak kelihatan. Kalau udah ada, Anya gak bakal di sini, nyuapin orang bandel kaya Kakak!" ketus Anya. Anya terlihat kesal, karena suapan yang ia sodorkan hanya dua yang berhasil masuk ke dalam mulut cowok di depannya.

Katanya gak enak, hambar.

"Gak usah, Nya. Gak mau." Lagi-lagi Riko menolak.

"Kata susternya harus dihabiskan. Kalau Anya kena marah gimana?" Anya mendengus kasar, menatap Riko ogah-ogahan.

"Lo aja yang makan."

"Dua suap lagi deh? Gimana?" Kedua alis Anya terangkat memberi isyarat akan penawaran yang ia buat.

"Oke." Setelah melihat raut wajah Anya yang mulai berbeda, membuat dirinya tak enak hati. Akhirnya mengiyakannya saja.

Tapi emang dasarnya Anya yang mempunyai seribu satu cara. Tak hanya dua, melainkan menyodorkan nasi itu sampai habis tak bersisa.

Suara deheman seseorang berhasil menghentikan aksi Anya yang berganti membujuk Riko untuk meminum obat. "Ayo pulang, Nya."

"Bentar, tunggu kak Riko minum obat. Lagian tadi Kak Aldan kayaknya khawatir, sekarang udah ngelihat orangnya malah minta pulang." Anya terkekeh pelan.

Kampret nih curut, malu-maluin aja.

Rahang Aldan pun mengeras, apalagi melihat Anya yang berusaha membujuk Riko kembali. Kilatan-kilatan aneh di dalam hatinya pun mengobar tak karuan.

"Tinggal minum aja ribet, ya!" celetuk Aldan, memalingkan wajahnya ke sudut ruangan VIP ini.

Melihat aura Aldan yang mulai berubah, dengan segera Riko mengambil alih segelas air dengan obat yang berada di tangan Anya.

"Makasih dan maaf udah ngerjai lo. Anjingnya udah marah, serem, Nya."

"Sama-sama. Sans aja, Kak. Anya imut kok," sahut Anya ngawur. Sebenernya ia tak ngerti apa yang dimaksud cowok berpakaian ala rumah sakit yang duduk di atas ranjang ini.

"Ngerjain gimana maksud lo?" Lipatan di kening Aldan tercetak dalam menandakan kebingungan.

"Ya, ngerjain Anya biar bujukin gue. Abisnya lucu. Coba deh, Al." Tak bisa menahan tawa, akhirnya Riko terbahak tak mempedulikan keadaannya.

My Guide My Lover [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang