13. Cantik itu Luka

38 4 0
                                    

Banyak peprempuan yang ingin jadi cantik. Tanpa tahu bahayanya menjadi cantik.

*****

Langit sudah tampak legam, tertimbun awan kelabu yang menderu biru. Pekat, gelap, dan menakutkan. Samar-samar terdengar suara gemuruh, kilatan kecil mulai beradu di kepungan awan. Hingga jutaan bintang dan bulan enggan untuk menampakkan sinarnya.

Gadis cantik dengan dress panjang berwarna kuning ala Princess Belle itu duduk di sofa lobi hotel. Sesekali menatap jam, pukul dua belas lebih tiga empat malam. Hotel sudah sepi, semua sudah melenggang pergi. Acara sudah selesai beberapa menit yang lalu. Kuna memilih untuk pulang bersama Deka. Jadi ya, tinggal ia di sini dan mbak-mbak resepsionis yang menemani.

Kuna menatap ke arah luar. Langit gelap dan menakutkan. Untungnya masih ada lampu jalanan yang memberi penerangan, walaupun hanya remang-remang.

"Mbak Kuna, temannya masih lama?" tanya mbak-mbak resepsionis itu. Ia memang sudah kenal dengan Kuna. Jelas! Ia anak pemilik hotel ini.

"Mungkin masih di parkiran ambil mobil mbak," jawab Kuna sopan. Wanita itu tersenyum, lalu berohria saja. Tak lagi bertanya.

Tak lama kemudian, mobil hitam pun datang di depan lobi.

"Mbak Kuna, itu mobil temannya," tunjuk mbak resepsionis. Kuna terperangah sebentar, kemudian tersenyum. Ia pamit, lalu beranjak menuju mobil itu.

Kuna berjalan sembari mengangkat dressnya yang panjang. Astaga, menyusahkan! Ia kembali menatap mobil itu, kenapa Deka tak keluar membantunya? Ah, mungkin pria itu kelelahan. Kuna bisa mengatasi itu sendiri.
Gadis itu membuka pintu mobil, kemudian masuk, duduk di jok depan.

"Kamu kok nggak bantuin aku sih?" keluhnya sembari menutup pintu mobil. Pria itu tak menjawab. Kuna menatapnya aneh. Kemudian pria itu menatapnya, sontak Kuna membelalak sempurna.

"Hai, Alkuna," sapanya dengan senyum yang menakutkan bagi Kuna.

Kuna buru-buru membuka pintu mobil, tapi sayang pria itu sudah lebih dulu menguncinya. Dan langsung menancap pedal gasnya. Melaju, membelah jalanan yang sebentar lagi akan turun hujan.

"Kuna sayang, jangan banyak gerak. Aku susah bawa mobilnya," keluh pria itu sambil menahan Kuna yang merontah hebat. Sesekali ia harus fokus ke depan, agar tak menabrak. Untung saja jam segini tak banyak kendaraan berlalu lalang.

"Lepasin! Aku mau pulang!"

"Iya, ini mau pulang ya. Diam ya Kuna."

"Enggak! Aku nggak mau pulang sama kamu. Aku maunya pulang sama Deka!" Kuna terus saja merontah hebat. Tak peduli bahwa sekarang memang ia tengah ketakutan setengah mati.

"Diam!" pekik pria itu yang mulai habis kesabaran bersamaan dengan petir yang menyambar. Sontak Kuna langsung menutup telinganya, memejamkan erat matanya, takut. Hujan mulai turun begitu derasnya mengguyur ibu kota dini hari.

Pria itu tampak mengeluarkan sesuatu dari dashboard. Sebuah jarum suntik kecil. Lalu tanpa aba-aba langsung menancapkannya di lengan Kuna, membuat gadis itu meringis sakit. Tulangnya terasa ngilu saat pria itu mendorong jarum suntik.

Pening. Itulah yang saat ini Kuna rasakan. Matanya memberat, perlahan ia memejamkan mata. Guyuran air hujan hanya terdengar samar-samar. Sampai kemudian, semuanya menghilang. Ia tak tahu lagi bagaimana jalannya dunia.

Pria itu hanya tersenyum puas saat melihat gadis cantik di sampingnya itu tak sadarkan diri. Ia membelai lembut rambut Kuna.

Sebentar lagi aku akan memilikimu!

FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang