14. Aku Kekasihnya

34 3 0
                                    

Sang pangeran bersikap berani. Tak kenal mati untuk mendapatkan sang tuan putri. Melawan benteng terkuat pun akan ia jabani asal demi tuan putri.

*****

"Bodoh! Gimana bisa kamu kehilangan Kuna?!" Alkan dengan tatapan mengintimidasinya membuat Deka menunduk lemas. Astaga, menakutkan sekali pria ini!

Deka memberanikan diri untuk menatap kakak dari kekasihnya itu.

"Al, aku juga nggak tahu. Tiba-tiba ada yang mendahuli aku menjemput Kuna," jawab Deka jujur.

"Kenapa kamu tinggalkan Kuna seorang diri?!"

"Aku nggak tega bawa dia ke parkiran Al. Tahu sendiri pakaiannya dia itu melelahkan."

Alkan dan Deka terus saja berdebat. Alkan yang terus menyudutkan dan Deka yang berusaha membela diri. Sedangkan pria yang duduk di jok belakang itu tengah sibuk dengan laptop dan ponselnya. Ken, mencoba melacak keberadaan Kuna. Ken jago dalam masalah melacak, meretas, dan lainnya berkaitan dengan komputer. Dalam hatinya mengumpat, ada-ada aja si Kuna! Mengganggu tidur nyenyaknya bermimpi dengan mantan terindah. Heh, mantan terindah? Laluna kah?!

Ah sudah jangan diteruskan! Ia harus fokus. Ken rela-rela tak berganti pakaian tidurnya dengan sarung yang melilit di pinggangnya itu demi Kuna. Sejujurnya ia khawatir betul. Panik sedikit.

"Gue udah nemu lokasi Kuna sekarang," ucap Ken menghentikan perdebatan dua pria itu. Sengaja memang tak mengadu pada Adelia dan Baraks. Bisa-bisa keduanya mengamuk besar.

"Cepat sekali," cerca Alkan. Ken tersenyum bangga. Ken gitu lho!

Ken menyodorkan ponselnya. Terpampang google maps di sana. Deka mengambilnya dan langsung menancap gas dengan tak sabaran. Menuju lokasi tersebut.

Tak perlu waktu lama untuk sampai ke lokasi. Di tambah jalanan ibu kota yang begitu lenggang pada dini hari. Mobil Deka terparkir pada sebuah rumah tua dan kosong pastinya. Tapi ada sebuah mobil sedan hitam yang senada dengan mobilnya.

"Ken, lo yakin ini tempatnya?" tanya Deka hati-hati. Pria itu mendengus kesal.

"Gue gak pernah salah melacak keberadaan orang. Apalagi Kuna!" desisnya sarkastik. Deka hanya mengangguk saja sedangkan Alkan diam menatap kosong rumah itu.

Ketiga pria itu keluar, melangkahkan kakinya masuk ke dalam petarangan rumah yang becek dan penuh tumbuhan liar.

"Aku yakin, yang nyulik Kuna bukan musuh Papa," ujar Alkan. Ken mengangguk menyetujui.

"Iya, gampang banget ngelacaknya. Dia nggak profesional," timpalnya. Sedangkan Deka hanya diam. Kemudian mereka masuk lebih dalam lagi.

Samar-samar terdengar suara rintihan dan jeritan. Mengundang ketiga pria itu untuk mencari sumber suara.

Ketiga pria itu terdiam sejenak saat melihat gadis dengan dress kuning yang sudah koyak bagian atasnya di ranjang kumuh tengah ditindihi seorang pria yang sangat-sangat Ken dan Alkan kenal.

Alkan langsung berlari. Emosinya mencuat, rahang tegasnya menegang. Ia langsung menarik baju pria yang asyik mencumbu tubuh adiknya itu dan langsung melayangkan tinju.

"Keparat!" pekiknya emosi. Matanya seperti ada kobaran api neraka yang siap untuk membunuh iblis yang sudah berani menyentuh bidadari yang selama ini ia jaga dengan sepenuh jiwa, adiknya.

Ion mendongkak ke atas, menatap kemurkaan Alkan. Ia takut setengah mati. Belum sempat ia melawan sudah dihujamkan tinjuan bertubi-tubi hingga mulutnya mengeluarkan darah segar.

FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang