Hati sang tuan putri sedang rapuh. Pangeran pun jadi sendu. Ia berjanji, hari ini akan jadi penyembuh.
*****
Sarapan pagi begitu hening, tak ada yang membuka suara. Hanya suara dentingan sendok yang berserobok dengan piring terdengar jelas di pendengaran masing-masing.
Kuna memakan makanannya dalam diam. Sebenarnya ia benar-benar tak napsu untuk makan. Kejadian itu membuatnya mati rasa. Kuna memakai syal berwarna gelap, ia lilitkan di leher jenjangnya untuk menutupi sesuatu yang menjijikkan baginya. Di sana, adalah luka.
"Kuna, dihabiskan makanannya ya," pinta Alkan, pria itu tersenyum lembut pada adik perempuan satu-satunya.
"Iya Kuna, lo jangan pikirin kejadian semalam. Gue pasti bantai si Ion hari senin nanti." Ken berujar sembari mengunyah makanannya. Alkan menatapnya tajam, padahal ia sudah mengingatkan pada Ken agar tak membahas masalah ini dulu. "Apa? Gue beneran masih gak habis pikir sama Ion. Gue kira dia baik tap--"
Pranggg
Kuna membanting sendoknya, ia kemudian langsung melenggang pergi. Menutup kamarnya dengan keras, sangat rapat.
"Ken, saya sudah bilang jangan bahas ini dulu sama Kuna. Lihat kan sekarang," ucap Alkan dengan helaan napas putus asa.
"Ya sori. Habisnya gue kesel banget," sesal Ken.
Deka menyelesaikan makannya. Habis, bersih tak tersisa. Ia memgambil tisu untuk mengelap bibirnya.
"Biar gue aja yang nenangin Kuna."
Deka hendak melangkah pergi, namun dengan cepat ditahan oleh Ken.
"Jangan harap gue bakal izinin lo," ketus Ken tajam.
"Ken, Kuna butuh seseorang buat nenangin dia." Deka masih mencoba untuk sabar.
"Tapi yang jelas orang itu bukan lo!"
Deka menghela napas kasar.
"Jelas dia butuh gue Ken. Gue pacarnya, dan akan selalu ada buat dia!" tegasnya sambil menatap Ken tak kalah tajam. "Gue gak mau Kuna hadapin ini sendirian. Gue mau ngehibur dia, biar gak sedih lagi."
Ken menatap lurus pada pria itu, tangannya masih terkepal. Deka hanya menatapnya dengan sorot yang lebih tenang, namun terkesan dingin.
"Lo tenang aja, gue nggak akan apa-apain Kuna. Gue gak sejahat temen lo itu kok." Deka hendak berjalan menuju kamar Kuna. Langkahnya berhenti tiba-tiba, ia berkata, "lo nggak usah susah-susah kotorin tangan lo buat balas perbuatan Ion. Semua udah gue selesaikan." Deka langsung melenggang pergi. Ken masih menatap lurus punggung kokoh milik Deka.
Ken meraung, kemudian menatap Alkan yang tetap diam tak bergeming itu.
"Kenapa lo biarin dia?!" tanya Ken dengan nada frustasi. Alkan hanya menatapnya datar.
"Saya rasa Kuna memang benar butuh Deka."
"Dia bisa aja nyakitin Kuna! Dimana sifat posesif lo itu terhadap Kuna hah?!" Ken benar-benar tak habis pikir, kenapa Alkan begitu lembek pada Deka. Ya walaupun Ken tahu, mereka punya hubungan yang terbilang dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairytale
Romance"Percaya gak sih kalo cerita cinta dalam dongeng itu bisa jadi nyata?" "Percaya." "Kenapa bisa percaya?" "Karena aku yang akan mewujudkannya jadi nyata, untuk kamu. Bersama kamu." Dia yang selalu berusaha mewujudkan mimpi dan menentang kebenaran yan...