Terimakasih atas bahumu yang mau menaungi kepalaku. Terimakasih untuk jemarimu yang bersedia menggenggam erat tanganku. Dan terimakasih telah membuatku nyaman.
*****
Suasana kelas begitu hening, semua tampak fokus dengan buku miliknya masing-masing. Laluna yang sibuk mencari perhatian Ken, Alkan yang sibuk dengan rumus-rumus yang membingungkan itu, dan Kuna yang sibuk mengotak atik ponselnya sambil ketawa-ketiwi. Alkan menatap kearah gadis disampingnya, sesekali Alkan melihat rona mera Kuna saat bermain ponselnya. Ia heran, apa menariknya?
"Kuna selesaikan dulu tugasmu," perintah Alkna, Kuna memutar bola matanya malas. Fisika membuatnya lelah. Mungkin bagi Kuna soal-soal itu tidak terlalu sulit, ia bisa saja menyelesaikannya. Namun untuk saat ini, ia lebih tertarik dengan ponselnya.
"Nanti saja kak, sebentar lagi juga bel istirahat," jawab Kuna dengan masih fokus mengotak-atik ponselnya. Alkan menggeleng pelan.
"Kamu sedang apa sih dengan ponselmu itu?" tanya Alkan. Kuna menatap kembali pria dengan wajah teramat datar disampingnya.
"Kepo amat sih kak!" jawab Kuna dengan nada kesal. Alkan menangkup pipi Kuna,mengarahkan wajah Kuna untuk menatap wajah dingin milik Alkan. Tatapan mereka bertemu, Kuna selalu terlihat menggemaskan. Tatapan Alkan memang tajam, tapi jika menatap mata milik Kuna ada secarik kelembutan didalamnya.
"Kakak tuh bukan kepo, hanya saja kaka pengen tahu sama--"
"Hal-hal yang dilakukan dan berhubungan dengan adik kakak," potong Kuna cepat dan tepat. Alkuna menghela pelan, "Kan udah Kuna bilang sama aja artinya sama kepo!" protesnya dengan mencebikkan bibirnya. Alkan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan.
"Ya sudah, kamu tinggal kasih tau apa yang sedang kamu lakukan dengan ponselmu itu?" tanya Alkan kembali.
Kuna langsung memegang erat ponselnya. Ia tersenyum manis kearah Alkan.
"Kapan-kapan Kuna kasih tahu. hehe," jawabnya sambil menyengir. Alkan hanya menaikkan satu alisnya dan tak akan memaksa Kuna untuk menjawab. Toh Kuna akan memberitahunya lain waktu. Pria itu memilih untuk kembali fokus dengan bukunya.
Kuna tersenyum malu dengan pesan yang ia dapatkan. Siapa sih sosok yang mampu membuat Kuna seperti itu? Padahal jika kalian tahu banyak sekali notice pesan yang Kuna dapat dari nomor yang tak ia kenali. Beberapa cowok itu mengaku adalah temannya sekolah. Dan Kuna jarang sekali menggubrisnya, bahkan karena sering banyaknya pesan yang ia terima, ia jadi takut untuk menghidupkan ponselnya. Namun, akhir-akhir ini banyak yang berubah dari dirinya. Entah kenapa, Kuna sering sekali mengecek ponselnya hanya untuk bertukar pesan dengan seseorang. Mungkin kalian kenal dengan orang itu ?
****
Tiga insan dengan paras menawan duduk di bangku paling pojok kantin SMA Patriot. Mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Alkan yang konsentrasi membaca buku tebal dihadapanya, Ken yang asik dalam permainan online di ponselnya, dan Kuna yang larut dengan ponselnya, entah sedang apa gadis itu.
Kuna tampak tertawa, sontak Alkan dan Ken saling bertatapan. Alkan memberi tatapan seolah bertanya, namun Ken membalasnya dnegan menggedikkan bahunya acuh. Kuna terus terkekeh, membuat kedua pria yang ada disampingnya terganggu.
"Kuna berisik!" kesal keduanya. Kuna menatap kedua saudara kembarnya dengan tatapan tak berdosa.
"Maaf, hehe," gumamnya dengan menyeruput es cokelat kesukaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fairytale
Romance"Percaya gak sih kalo cerita cinta dalam dongeng itu bisa jadi nyata?" "Percaya." "Kenapa bisa percaya?" "Karena aku yang akan mewujudkannya jadi nyata, untuk kamu. Bersama kamu." Dia yang selalu berusaha mewujudkan mimpi dan menentang kebenaran yan...