11. Mantra dan Sihir

24 3 0
                                    

"Mantranya; 'Jadi tuan puteriku, ya?. Sihirnya; senyumku. "

*****

Mobil mini Cooper itu memasuki petarangan rumah mewah yang didominasi warna putih. Kuna tersenyum riang saat melihat motor besar berwarna putih terparkir di teras rumahnya. Dengan buru-buru ia turun dari mobil, berlari kecil memasuki rumahnya.

"Jangan masuk dulu, Ken," perintah Alkan. Ken diam ditempatnya sambil mengernyit heran. "Kamu temannya Ion bukan?"

"Teman lo juga. Kita satu kelas, btw. Yah, teman eskul juga," jawab Alkan jujur. "Emangnya ada apa?"

"Tadi ia tak eskul denganmu?" Ken menggeleng.

"Katanya tadi mau antar Kuna."

"Kamu izinkan?"

Ken mengangguk mantap.

"Kasihan Kuna-Kunang nggak ada temen," jawab Ken. Alkan menatap tajam Ken, hal itu membuat Ken meneguk ludahnya susah payah.

"Bodoh!" tukas Alkan tajam. Ken langsung membelalakkan matanya.

"Maksud lo apa Al ngomong gitu?!" protesnya tak terima.

"Kalau terjadi apa-apa dengan Kuna bagaimana? Kau harusnya menjaganya Ken!"

Ken menatap Alkan tak kalah tajam.

"Dia sudah dewasa Al. Lo nggak perlu membatasi dia. Dia sudah tau mana yang terbaik!"

"Lo--" Amarah Alkan mulai menaik, namun segera ia redakan. "Saya hanya berusaha menjaganya," ucap Alkan penuh penekanan. Ken tertawa remeh.

"Lo nggak menjaga dia Al. Lo mengekang dia," terang Ken. Pria itu tersenyum miring. "Sampai kapan lo terus membentengi Kuna? Dia juga perlu kebebasan dan privasi Al. Jangan egois!"

Ken langsung keluar dari mobil. Membanting keras pintu mobil itu. Alkan berdiam diri didalam mobil, memejamkan matanya erat. Lalu meluapkan segala emosinya dengan memukuli stir mobil. Setelah dirasa sedikit reda emosinya, Alkan masuk ke dalam rumah.

Ia masuk dengan ekspresi datar miliknya, tak pernah berubah. Alkan melihat bundanya, Kuna, Deka,  dan Ken yang sedang mencomot kue bolu di ruang tamu depan. Tatapannya bertemu dengan Ken. Pria itu langsung berdiri, berlalu melewati Alkan yang masih diam ditempatnya.

"Ken mau mandi, gerah banget auranya!" ujar Ken sarkas. Lalu pria itu melenggang jauh.

"Kak Alkan, ini ada Deka. Gabung sini," tegur Kuna. Alkan hanya menatap keduanya dingin.

"Aku mandi dulu," ucapnya datar, lalu beranjak dari sana. Hal itu membuat suasana jadi kikuk.

"Orang-orang kenapa suka mandi sih," gumam Kuna. Deka yang disebelahnya refleks langsung menggeser tubuhnya.

"Jadi Kuna nggak pernah mandi?"

Gadis itu nyengir. Menunjukkan beberapa deret gigi putihnya. Senyumnya sangat manis.

"Jarang, hehehe." Adelia menggeleng pelan melihat tingkah anak perawan satu-satunya.

"Mama tinggal ya, mau siapkan makan malam. Deka mau makan disini?" tanya Adelia lembut. Deka tersenyum.

"Boleh tante Kuna aku ajak makan diluar?" ijin Deka sopan. Kuna tersenyum agak kaget. Adelia menatap putrinya, kemudian mengulum senyumnya.

"Kalau tante terserah Kuna." Gadis itu tersenyum riang. Deka menatapnya.

"Mau, Kuna?"

Gadis itu tersipu malu. Kemudian mengangguk. "Tapi Kuna minta izin dulu sama Kak Alkan," jawabnya. Deka mengangguk pelan, kemudian gadis itu melenggang pergi.

FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang