Mau seperti apapun kamu, jika aku cinta, tak peduli sebanyak apapun kurangamu, perasaan ini tidak akan berubah.
*****
"Ampun Al, bukan gue Al!" pekik pria yang wajahnya sudah berlumur darah. Alkan tak peduli pekikkan guru yang memintanya berhenti.
Alkan mencengkram kerah seragam milik Ion. Bahkan kemeja putihnya sudah ternodai dengan darah segar.
"Terus kalau bukan lo, siapa lagi brengsek?!"
Alkan menghujami pria itu tanpa ampun. Habis ia jadi tontonan di tengah lapangan. Tak ada yang berani mendekat ketika Alkana sudah mengamuk begini. Bahkan para guru hanya berani berteriak tanpa mendekat.
"Sumpah Al, demi Tuhan bukan gue!"
"Al, ampun Al! Udah Al!"
"Bukan gue Al!"
Alkan seolah tuli dan tak peduli rintihan Ion. Ia terus memukuli habis tanpa ampun.
Gerakan Alkan terhenti saat tangan mungil memegang kuat lengan kekarnya. Tatapan Alkan mengendur.
"Udah, mau bikin anak orang mati?"
****
Kuna menatap Deka yang tengah menyuapinya dengan lembut serta telaten hingga suapan terakhirnya. Pria itu mengusap lembut sudut bibir Kuna yang belepotan. Lalu ia ambilkan segelas air putih untuk Kuna.
"Sudah kenyang tuan putri?" tanya Deka. Kuna mengangguk semangat. Pria itu mengusap pelan pipi Kuna, lalu membereskan bekas makanan gadis itu. Deka menaruhnya di nakas, lalu kembali menghampiri Kuna.
Tanpa aba-aba, Kuna langsung mendekap pria itu. Dekapanya begitu erat. Deka menghembuskan napasnya perlahan, kemudian membalas pelukan gadisnya.
Deka mulai merasakan punggung Kuna yang bergetar hebat. Suara isakannya begitu tercekat. Deka memejamkan matanya erat. Lalu ia usapi punggung Kuna agar ia merasa bisa tenang.
"Aku benci sama aku yang lemah," lirih Kuna. Jujur, ia masih tak bisa terima dengan semuanya. Hidupnya seperti berubah begitu saja. "Aku takut, Ka," terangnya dengan nada terisak.
"Ssstt... Ada aku Kuna, kamu nggak perlu takut," balas Deka menenangkan.
Kuna langsung melepas dekapannya. Deka tertegun, gadis itu tampak menutup kuat telinganya. Astaga Kuna! Ia tampak menggila.
"Mereka pasti akan hina aku! Aku kotor, Ka! Kamu jangan dekat-dekat aku!" pekiknya parau. Deka benar-benar tak sanggup melihat gadisnya seperti ini.
Deka menangkup pipinya lembut. Menyuruh Kuna menatap matanya.
"Bukan salah kamu, Kuna," ungkap Deka jelas. Air mata Kuna meleleh, Deka langsung menyekanya. "Jangan sedih lagi, ya," pinta Deka lembut. Sedangkan Kuna hanya menatapnya kosong.
"Kamu tetap yang aku sayang."
Cup!
Deka mengecup lama kening Kuna. Gadis itu agak sedikit tenang. Lalu ia baringkan Kuna ke atas ranjangnya. Membenahkan rambut Kuna yang berantakan. Deka lalu menyampirkan selimut tebal untuk gadisnya. Lalu ia genggam erat jemari Kuna yang begitu terasa dingin.
Mata Alkuna perlahan terpejam. Wajahnya pucat pasi, tampak seperti putri salju yang tengah tertidur pulas karena memakan apel beracun dari penyihir. Deka menggenggam erat jemari Kuna tanpa berniat melepaskan. Pria itu menghembuskan napas lelahnya. Kepalanya terasa begitu berat, pikiran-pikiran itu seolah menghujamnya tanpa ampun.
Ponsel Deka bergetar, ia langsung mengambil benda pipih itu dari saku celananya. Ada dua pesan masuk.
Jangan terlalu lama pangeran.
Temui aku pukul 7 malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairytale
Romance"Percaya gak sih kalo cerita cinta dalam dongeng itu bisa jadi nyata?" "Percaya." "Kenapa bisa percaya?" "Karena aku yang akan mewujudkannya jadi nyata, untuk kamu. Bersama kamu." Dia yang selalu berusaha mewujudkan mimpi dan menentang kebenaran yan...