23. pria aneh

104 7 2
                                    

" Nafh " panggil jingga merengek sambil terus mengikuti.

" Apasih " ketus Nafhesa menatap sinis jingga

" Maafin gue Nafh " balas jingga meminta maaf.

" Apasih mau lo? Gue bener bener sakit hati banget sama lo ngga, nih ya, kalo Lo di posisi gue, apa yang lo lakuin kalo misalnya Lo punya sahabat, dan sahabat Lo itu tetep berhubungan sama cowo yang Lo suka, sedangkan sahabat Lo itu udah tau kalo Lo juga suka sama cowo yang dia juga suka, Lo udah suka cowo itu udah lama, Lo sama dia udah mengikat janji, Lo sama dia pernah saling mencintai setelah sahabat Lo muncul di hidup cowo itu, sahabat Lo gak mau lepasin, gak mau relain cowo yang Lo suka itu demi dirinya sendiri, apa ya yang akan Lo lakuin untuk itu? Memaaf kan nya atau tidak memaaf kan nya? " Ujar Nafhesa kesal kasar, berang, dan penuh pembentakan.

" Kayak rel kereta api Lo ngomong, gak ada re

" GUE GAK LAGI BERCANDA!!! "

" Re rem nya " lanjut jingga sangat pelan, melanjutkan kalimatnya yang terpotong karena berangan Nafhesa padanya.

" Iya oke! Jujur, gue gak bisa relain kara demi Lo, gue terlalu cinta sama dia " ujar jingga tertunduk sedih.

" Gue kasih Lo pilihan gratis khusus untuk Lo, Lo pilih gue sahabat lo atau kara cinta Lo itu, gue tunggu keputusan sampe besok pagi di sekolah " tegas Nafhesa lalu pergi meninggalkan jingga yang terdiam membisu. Bibir nya tidak tau harus berkata apa. Dan Nafhesa sudah menghilangkan dari balik pintu kelas dengan penuh amarah.

" hai Jingga " sapa kara riang, sembari merangkul bahu kekasih nya.

" hai kara " balas Jingga lesu, melepaskan rangkulan kara dan berjalan lebih dulu meninggal kara di belakang penuh keheranan.

" Kenapa tuh anak? Kumat lagi penyakit bad mood nya yang ilang timbul? Au ah pusing gue mikirin anak orang " gumam kara mengikuti jingga dari belakang.

®®®

Jingga berjalan santai di tepi tepi trotoar sembari melihat lihat transport atau angkutan umum lewat untuk di naiki nya untuk pulang.

" Perasaan nih angkot kok gak lewat lewat dari tadi, cemilan gue udah sekarat buat di cemilin " gumam jingga kesal membuang sampah snak keripik singkong sembarangan.

Seseorang berjongkok mengambil sampah snak tersebut dan membuang nya ke tong sampah terdekat.

Jingga hanya menatap bingung dan aneh pada orang itu, melihat dari penampilan nya jingga bergidik ngeri, bulu kuduk dan tubuhnya terasa merinding.

" Kasian penyapu jalan yang sudah membersihkan jalan yang sudah renta umur nya itu harus kembali ketempat ini untuk di bersihkan kembali jika melihat ada sampah, membuang sampah sembarang dengan sengaja dan penyapu itu melihat nya, orang yang membuang pasti tidak tau bahwa satu sampah saja bisa menyakiti perasaan si penyapu " ujar orang itu kembali melanjutkan perjalanan dengan santai melewati jingga.

" Ngomong apasih lo " sembur jingga kasar, pada pria aneh itu ketika ia melewati jingga.

" Ngomong realita yang gue lihat barusan " balasnya Jingga kembali melihat penampilan pria itu. Jaket hitam dengan kepala yang tertutup oleh topi dari jaket, jeans hitam, sepatu hitam, dan wajah yang di tutup setengah dengan masker. Seram. Itulah pendapat Jingga ketika melihat nya.

" Asal Lo tau gue gak suka dilihat dengan cara itu. Tolong gak usah natap gue sembarangan " perintah pria aneh itu santai tanpa beban, lalu ia melanjutkan perjalanan nya yang sempat terhenti oleh jingga.

Jingga menyipit kan matanya melihat dengan cermat pria tersebut. Tak lepas pandangan nya dari pria itu.

" Kok gue ngerasa gak asing ya sama tuh cowo " batin jingga masih termangu.

Tittt tittt tittt

" APASIH "   bentak jingga pada seseorang yang meng klakson nya.

" Ayo pulang " suruh kara tegas, sembari melepas helm nya menampak kan wajah nya yang tampan, hidung nan mancung, alis mata yang tebal, dan bibir yang sedikit menawan. Rambut nya yang berantakan sehabis memakai helm membuat nya terlihat lebih berkharisma.

" Aaa iihss apa apaan sih lo " teriak jingga mengelap kasar wajah nya basah terkena percikan air yang di percikan kara padanya karna ia melamun.

" Siapa suruh lo nglamun " balas kara Memakai kembali helm nya

" Lo nanyak siapa yang suruh? Semesta yang suruh " ketus jingga kesal menaiki motor kara di tempat boncengan belakang. Ia meletak kan tangan nya kasar di atas bahu kara, membuat pria itu harus meringis karena sakit.

" Kasar amat sih nih cewe " komentar kara pelan

" Apa Lo bilangg? Kasar? Asal Lo tau ya,  kalo gue gak pegang bahu lo nanti gue jatoh gimana? Kalo gue jatoh Lo mau tanggung jawab? " Ujar jingga cerewet

" Gue mau kok tanggung jawab "

" Mau tanggung jawab pake apa Lo? " Tantang jingga Masih kesal

" Pake cinta mau? "

Jingga diam beberapa detik lalu tertawa keras. Kara yang mendengar hanya diam. Fokus mengendarai motor nya.

" Mau " jawab jingga selanjutnya

" Mau apa? "

" Mau cinta lo "

" Satu cinta 500 ribu "

" Ih murah banget harga cinta lo "

" Iya, karna untuk ngedapatin cinta lo butuh perjuangan, pengorbanan, penantian, penungguan, dan kesabaran, jadi kalo gue jual mahal untuk lo ntar cinta lo keburu di gondol buaya darat, gue gak kebagian "

" Aaaa makin sayang deh gue sama Lo " ujar jingga memeluk pinggang kara, menidur kan kepala nya di di bahu kiri kara, sembari tersenyum senang.

" Iya sayang " canda kara tertawa kecil

" Gak usah panggil gue sayang " berang jingga, masih di posisi.

" Trus panggil nya apa? "

" Ya apa aja, yang penting jangan sayang " rungut nya.

" Iya isteri ku sayang " gombal kara lagi.

" Iih kara " jingga mencubit pelan lengan kara. Ia tertawa senang.

Jingga terus tersenyum tanpa disadari nya. Matahari sore, pohon-pohon rindang, kicauan burung, debu asap, suara kendaraan lain, angin sore, adalah saksi. Saksi keberduan mereka. Saksi tawa, senyum dan prasaan senang mereka. Apakah semesta juga ikut melihat takdir mereka, Apakah semesta menyetujui takdir mereka untuk bersama.


Salam manis
Lintasan_Bintang

Bagaskara (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang