Jingga melihat keseliling tapi tak ada satu pun orang yang dilihat nya, hanya ada sebuah surat kecil berwarna jingga seperti namanya tergeletak di depan pintu rumah.
" Ini surat siapa? " tanya Jingga pada diri sendiri. Wajah nya bingung memperhatikan surat tersebut.
" Surat kecil berwarna jingga, jangan jangan ini surat untuk gue dari kara, dia mau kasih surprise gitu, dia gak tulis nama penerima sama nama pengirim tapi dia ngasih kodenya lewat warna surat ini, aaa romantis banget dah si kara " batin jingga pede dan senyum senyum sendiri memikirkan nya.
" Eh tapi kok prangko nya gambar singa 🦁 ya? Ini juga di sudut kanan amplop surat juga ada gambar singa? Sejak kapa kara suka singa? Dasar aneh, selera nya ganti ganti Mulu dah, pantes di bilang misterius nih anak " gumam jingga lagiii membolak balik surat tersebut.
Jingga kembali menutup pintu dan pergi ke kamar bersama surat yang di temukan nya.
Ketika sampai di kamar jingga membuka surat itu pelan pelan. Detak Jantung nya berdesir hebat. Entah kenapa dia begitu deg degan membuka nya. Perasaan nya campur aduk. Ada Senang, ada penasaran. Tak ada rasa kecewa disana.
Sang raja rimba
Haii Aru, apa kabar? Gue seneng kalo Lo udah baca surat ini. Makasih ya Lo udah mau nyempetin baca surat konyol ini. Surat yang isi nya unfaedah banget.
Mungkin Lo emang gak tau siapa gue, tapi gue tau siapa lo. Arunika jingga swastamita. Bener gak? Bener donk.
Lo pasti pengen tau banget ya siapa gue? Lo gak usah mikir terlalu berat karna penasaran. Lo cukup anggap dan panggil gue sang raja rimba .
Sampai jumpa di surat selanjutnya Aru.
Salam manis
Sang raja rimbaJingga menautkan kedua alisnya. Mungkin kini ada rasa kecewa di benak nya karna ternyata surat ini bukanlah dari kara tapi dari orang misterius yang tidak di kenal nya.
Jingga menyimpan surat itu kedalam laci kecil di dekat nakas. Lalu membaringkan tubuhnya memikirkan siapa orang yang mengirimkan nya surat. Dia benar benar penasaran dengan orang itu.
Dengan sigap jingga tiba tiba bangun dari rebahan nya lalu mengambil ponsel yang berada di atas nakas. Di ketiknya beberapa huruf untuk mencari nama kontak Nafhesa lalu mengirim nya pesan, ingin menceritakan tentang surat itu. Tapi di pertengahan kalimat jingga berhenti mengetik, dia baru teringat sesuatu bahwa hubungan nya dengan Nafhesa sedang tidak baik. Dengan Rahma juga begitu. Lalu pada siapa ia harus menuang kan nya? Tinggal satu nama yang terbesit di pikiran nya. Kara.
Drrttt drttttt
Ponselnya tiba tiba bergetar. Ada panggilan masuk disana. Tertera nama kara di layar panggilan tersebut. Dengan sigap jingga mengangkat nya.
" Haii ngga " sapa kara dari balik telepon.
" Hai juga kar " balas Jingga sedikit lesu Karna malas.
" Loyo amat. Gue kesana sekarang ya "
" Gak usah, gue ngantuk nih mau tidur "
" Yaudah deh tutup aja kalo gitu telfon nya "
" Iya. Eh jangan. Gue mau curhat Kar tapi" Tapi apa? "
" Gak jadi ah nanti nanti aja gue lagi sibuk nih, kak senan barusan manggil, dia blum juga balik ke Jerman "
" Eh. Kak senan si
Tit Tit Tit
Telpon sudah di putuskan jingga sebelum kara membalas nya.
Jingga berlari kecil menuju ruang tv Menghampiri senan yang tengah duduk disana sambil mendengarkan earphone nya dan bermain game online. Dia memang termasuk pemain gamers.
" Lo manggil gue kak? " Tanya Jingga yang langsung duduk di samping senan sambil bersedekah di bawah lengan nya.
" Ih apaan sih Lo nyempil aja kayak anak kucing lagi nyusu sama induk nya " protes senan sedikit merenggang kan pergerakan nya agar dia bisa sedikit lebih leluasa bermain game. Jika senan merenggang kan pergerakan bukan berarti jingga harus keluar dari dekapan itu, jingga masih santainya di dalam dekapan senan.
" Kalo Lo gak manggil gue trus tadi Lo manggil gue untuk siapa? " Tanya Jingga lagi.
" Sang ibunda " jawab senan.
" Oh " balas jingga lalu pergi menuju dapur ketempat sang ibunda menyiapkan makanan untuk sang anak.
" Kenapa gak dari tadi lo keluar dari dekapan gue " teriak senan lega.
" Suek. Oya jangan lupa mandi Lo abis ini, ketiak Lo bacin tau, gak kuat gue nyium nya makanya gue ketempat ibu' " balas Jingga berteriak ketika sudah sampai di dapur.
" Diam Lo cebong anyut " kesal kara lalu melanjutkan permainan nya yang sempat tertunda.
®®®
Nafhesa berjalan santai di taman bersama ice cream Cornetto di tangan nya. Dari arah samping jingga berjalan santai pula menghampiri Nafhesa.
" Gue masih penasaran sama kesalahan pahaman kita ini Nafh " ujar jingga mengaget kan Nafhesa karena Jingga yang datang tiba tiba.
" Apa apaan sih Lo ngga, ngagetin gue aja, Lo ngikutin gue? " Sosor Nafhesa kesal.
" Gue kebetulan liat Lo disini, ya gue samperin aja, ngapain juga gue ngikutin lo " bela jingga tak ingin di salahkan.
Nafhesa menghabiskan Cornetto nya yang tinggal separo lalu duduk di salah satu kursi taman.
" Oya Nafh Lo gak merasa ada yang aneh gitu kalo kita lagi di perhatiin di ikutin diam diam " ujar Jingga memberi tau kerusuhan nya dengan alasan bertanya.
" Gak " jawab nafhesa.
" Kok gue merasa gitu ya? Udah beberapa hari ini gue ngerasain itu, yang pertama pas di telaga trus di kafetaria trus ada lagi pas gue mau ke taman ini nemuin Lo, gue merasa di ikutin tau gak ". Jelas jingga.
" Ntah " Jawab nafhesa acuh. Dia malas mendengar kan omongan jingga.
" Kayak nya ada penguntit deh Nafh, penguntit yang nguntitin gue kemana pun gue pergi " sela jingga lagi.
" Apa sih ngga, Lo mau ngomong in penguntit apa mau ngomong kesalahan pahaman kita? " Ketus nafhesa kesal.
" Eh iya iyaa maap maap "
" Jadi apa yang belum Lo mengerti? " tanya nafhesa to the point.
" yang gue ngrebut semuanya " jawab jingga cepat.
Nafhesa teringat ketika dia mengungkapkan tentang perasaan nya tentang kara pada Jingga kemarin disekolah.
Salam manis
Lintasan_Bintang
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara (Tamat)
Fiksi RemajaCerita Ke-dua Ketika matahari 🌞 dengan angkuh nya memberi panas kini tenggelam menyisakan senja ⛱ yang memunculkan sebuah cerita yang dilukis tanpa alat tanpa kanvas. " Bagaskara senja " Sebuah cerita tentang gadis remaja yang yang melukiskan cer...