38. hari kedua

71 6 0
                                    

" hari ini tempat terakhir nya museum ya? " tanya Rahma masih sibuk merias wajah nya.

" kata nya sih gitu " jawab Nafhesa sembari memakai sepatu.

" gue sebenernya males harus ke museum, tapi ya apa boleh buat, hue gak berdaya " keluh Rahma.

" btw jingga kenapa lama amat mandi nya? " ujar Rahma tiba tiba. Nafhesa diam lalu melihat ke sekitar ruangan.

" gue pikir dia udah siap siap ternyata masih mandi, ma lo panggil jingga dej suruh cepet " ujar Nafhesa, dan kembali memainkan handphone nya karena sudah selesai bersiap.

" lo gak liat gue masih dandan? lo aja deh sana yang panggil " tolak Rahma kesal.

" ribet banget sih jadi manusia " ketus Nafhesa lalu berdiri menuju pintu kamar mandi.

" jingga! udah belum? lama banget? molor lo ya? " teriak Nafhesa sembari menggedor pintu kamar mandi.

" apa " sahut jingga, ia sudah berdiri di hadapan Nafhesa dengan tampang kesal.

" lama " balas Nafhesa.

" buang air besar dulu tadi " jawab jingga lalu berjalan duluan untuk bersiap siap.

Nafhesa dan Rahma diam setelah melihat jingga selesai bersiap. celana seperti kulot warna hitam, namun panjang nya hanya selutut, dan bertali di bagian kanan dan kiri nya, di padukan dengan kaus polos berwarna putih, tepat nya seperti dengan nama gaul baju monyet, dan rambut di kepang dari ujung atas rambut (kepang kalajengking). dan riasan wajah yang seadanya. penampilan tersebut mampu membuat kedua sahabatnya mengernyit heran.

" lo gak ada style lain ngga? " tanya Nafhesa, masih tidak percaya.

" kenapa? ada yang salah? ok kok bagi gue, simple " jawab jingga santai.

" ini simple banget jingga! coba deh ya lo itu sekali kali dandan yang rapi, biar feminim dikit " oceh Rahma.

" udah deh, kelamaan! yuk turun, yang lain udah pada turun kan? " ujar jingga menyudahi. Rahma dan Nafhesa hanya bisa pasrah jika sudah begini.

®®®

ini adalah tempat terakhir yang mereka kunjungi, yaitu museum, tempat mengenal sejarah. saat asik menikmati seorang siswi berlari ketakutan, cemas dan panik ke arah kara.

" kak kara! kak! kak! " teriak salah satu siswi itu panik dan cemas.

" kenapa? ada apa? " tanya kara ikut panik. melihat apa yang terjadi membuat siswa dan siswi yang berdiri di sana penasaran, lalu berkumpul mengelilingi kara dan siswi tersebut. ingin tahu apa yang terjadi.

" Yusti lari ke atas gedung kak, dia mau bunuh diri! " ujar siswi itu, salah satu anggota OSIS.

" gila kamu? " bentak kara, tidak percaya

" ini serius! "

" kamu yakin serius? " tanya kara memastikan.

" serius kak "

" kalo gitu ayo cepet kita kesana! " ujar kara penuh kepanikan dan ke khawatiran. ia berlari begitu cepat, menabrak siapa saja yang menghalangi jalan.

" Yusti! " panggil kara berteriak saat ia sudah berdiri di atap, napas nya masih ngos ngosan sehabis berlari.

" kak kara " gumam Yusti lirih.

" turun! " perintah kara. terlihat di lehernya urat urat keluar karena pria itu menahan emosi melihat apa yang di lakukan Yusti.

" gak mau "

" turun Yusti " perintah kara lagi, namun Yusti tetap menggeleng.

seseorang berhenti dan terdiam kaget melihat apa yang di lakukan Yusti. jantung nya berdegup sangat kencang. Yusti tersenyum kecut melihat kedatangan orang tersebut.

" kakak tau siapa penyebab aku berdiri disini? " ujar Yusti, menahan geram. kara menggeleng. tanpa ragu Yusti menunjukan seseorang yang berdiri di belakang, tidak jauh dari kara. seseorang itu terbelalak kaget. ragu ragu kara menoleh ke belakang dan terkejut dengan siapa orang yang di belakang nya.

" jingga " guman nya.

" dia kak! dia orang nya "

" apa maksud kamu yus? ngomong yang jelas "

" aku cemburu sama dia kak! " bentak Yusti, air mata nya sudah jatuh membasahi wajah cantik itu.

" cemburu? " tanya kara tidak mengerti.

" aku putus asa! semalam aku liat kakak berduaan dengan kak jingga di luar, itu romantis banget, tapi sayang, keromantisan itu justru bikin hati aku teriris kak! asal kakak tau, aku itu suka sama kakak udah dari satu tahun lalu, aku rela masuk osis dan aktif in diri di OSIS supaya aku bisa deket sama kakak, tapi apa, aku yang berjuang kak jingga yang dapet, aku sempat mundur saat kakak jadian sama jingga, dan maju lagi saat kalian putus, tapi tetap aja kaka gak ngeliat aku, kakak hanya liat aku sebagai babu sekolah aja, sekretaris osis tanpa gaji, Kakak hanya liat aku sebagai itu kak, gak pernah lebih, aku sangat mencintai kakak, terserah kakak mau bilang lebay atau apa tapi itu yang aku rasain kak, gimana rasanya perasaan kakak liat kak jingga mesraan sama cowo lain? sakit kan kak? itu yang aku rasain terhadap kalian, aku kurang apa kak? apa yang gak aku punya tapi kak jingga punya? apa yang bikin kakak begitu bodoh di depan kak jingga?😭" ujar Yusti menggebu gebu bersamaan dengan tangis nya.

" Yusti, kamu salah! aku gak pernah nganggap kamu gitu, gak pernah! sekarang turun dulu, biar kita Ngomong dulu baik baik, setelah itu terserah kamu mau apa, kamu mau lanjut loncat juga gak papa sekarang turun dulu " bujuk kara halus. yusti diam lalu Menurut. kara membantu gadis itu turun.

" aku emang nolak kamu kemarin yus, kamu tau apa alasan nya? " ujar kara mulai memperbaiki kesalahan pahaman. Yusti menggeleng.

ragu ragu jingga berjalan menghampiri mereka berdua dan berjongkok di samping kara, sedangkan yang lain menonton sambil mengeluarkan julitan mereka.

" aku nolak kamu karena aku gak mau kehilangan kamu " ujar kara lembut. jingga terkejut dengan ucapan kara barusan, ada rasa perih terlintas di hati nya. kara menoleh kearah jingga dan jingga cepat cepat mengalihkan pandangannya dari wajah kara.




salam manis
Lintasan_Bintang

Bagaskara (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang