Seven

319 21 0
                                    

                      Happy Reading...
               Jangan lupa voment ya!
    
                                     🍂

Candra menatap mata Angga dengan sangat tajam. Bisa bisanya anaknya mempermainkan nya seperti saat ini.

"Jaga bicara kamu!!" Candra menunjuk wajah Angga, tapi sedetik kemudian Ia menurunkan tangannya dan memegangi keningnya.

Rahang Angga semakin mengeras, matanya memerah, terlihat jelas kini bahwa Ia tengah menahan emosinya yang memuncak.

"Apa kamu tidak bisa membanggakan Papah seperti yang kakak kamu lakukan Angga?"

"Dari kecil kamu memang tidak bisa di andalkan" kalimat itu berhasil menusuk hati Angga saat Ia mendengarnya.

"Ini kesekian kalinya kamu membuat Papah malu"

Angga menatap wajah Candra "Iya, aku memang selalu bikin papah malu, aku memang bukan anak yang berguna" jawab Angga yang kini sudah menatap mata candra dengan tajam.

"Tapi papah tau kan? aku itu bukan Revangga!"

"Revangga akan selalu jadi anak kebanggaan Papah!! Dan selamanya akan kayak gitu" Angga bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan ruangan itu dengan penuh emosi.

"Angga!! Papah belum selesai bicara!!"

Persetan. Peduli apa Angga jika Papahnya itu belum menyelesaikan omong kosongnya yang membuat telinga Angga muak.

Angga menuruni anak tangga dan berjalan menuju parkiran. Ia menyalakan mobilnya dan mengendarainya dengan kecepatan di atas rata rata.

Ia memukul setir mobil itu dan sesekali mengumpat, Ia ingin melampiaskan amarahnya saat ini. Tapi pada siapa? Tentu saja Mamahnya. Ya, Angga memutuskan untuk kemakam Mamah nya dan menenangkan diri disana.

                                     🍂

"Galih!"

"Angga mana?" tanya Delisa yang kini tengah berdiri di hadapan teman dari kekasihnya itu.

"Pulang dia"

"Pulang?" Delisa mengulangi kata pertama yang keluar dari mulut pria itu.

"Hooh"

"Kan belum waktunya pulang?" tanya Delisa lagi.

"Gak tau juga gue, dia main asal pergi aja. Lo kayak gak tau aja pacar lo yang kayak es itu"

Delisa hanya ber oh ria dan pergi setelah mengucapkan terima kasih kepada Galih. Gadis itu menggendong tasnya yang berwarna merah muda dan berjalan malas menuju gerbang sekolah, Ia memutuskan untuk menunggu bus lewat di halte seperti anak anak yang lainnya.

Ia mendaratkan bokongnya dengan sempurna pada salah satu kursi yang tersedia di sana.

"Eh Delisa. Gak pulang bareng pacar lo?"

Delisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tumben banget, biasanya juga selalu bareng bareng haha"

"Putus kali" bisik anak gadis yang berada disebelahnya.

"Mungkin aja sih, pasti lagi patah hati tuh" bisik gadis lainnya lagi.

Delisa merasa muak mendengarkan bisikan bisikan dari gadis gadis menyebalkan itu. Inilah yang menjadi resiko saat hubungannya dengan orang populer di sekolah itu diketahui oleh banyak orang, pasti banyak saja yang nyinyir. Delisa menarik nafasnya dan memutuskan untuk pindah tempat duduk sebelum telinganya menjadi tuli karena panas mendengarkan ucapan tidak berfaedah seperti tadi.

𝔻𝔼𝕃𝕀𝕊𝔸ℕ𝔾𝔾𝔸 [𝙴𝙽𝙳]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang