Satu

10.7K 210 0
                                    

Sunset Café, Jakarta.

Anna turun dari taksi yang membawanya dari kantor dan langsung menginjakan kakinya di depan gedung berlantai tiga dengan papan bertuliskan 'Sunset Café' di bagian depan. Ia mengenakan kemaja kotak-kotak berwarna biru dan celana jeans dengan warna hitam agak pudar, tak lupa juga kaca mata frame hitam yang menambah kesan penampilan sederhananya.

Ia memeriksa jam yang melingkari pergelangan tangannya. Jarum-jarumnya masih menunjuk angka lima dan sembilan yang menandakan ia tidak terlambat. Fernanda, rekan kerja di berita criminal mengatakan acara akan dimulai pukul lima dan ia bersyukur ia tidak terlambat. Sebenarnya ia tidak tahu ada acara apa sore ini, hanya saja dari ucapan Fernanda menegaskan bahwa Anna harus datang. Tidak boleh tidak.

Anna celingukan mencari keberadaan teman-teman sesama wartawan. Anggun baru saja sms mengatakan mereka ada di lantai tiga dan sekarang Anna berada di lantai tiga. Anna lebih memfokuskan matanya menjelajahi setiap meja yang ada di ruangan itu dan tiba-tiba saja seseorang menutup matanya dari belakang.

Refleks, Anna mencoba melepaskan tangan itu. "Aduh, ada apa sih?" keluhnya. Ini pasti kerjaan teman-temannya.

"Jangan protes, jalan lurus aja!" ia mendengar suara laki-laki di belakangnya. Tunggu, bukankah itu suara Fernanda? Ahhh....

Anna menurut. Ia terus melangkah maju diiringi oleh langkah kaki Fernanda yang ada di belakangnya. Ia tidak tahu apa yang direncanakan teman-temannya dan tiba-tiba firasat tidak enak menyusup ke hatinya. Ada apa dengan hari ini?

"Stop!" Fernanda memberi aba-aba dan Anna langsung menghentikan langkah kakinya. Jangan tanyakan dimana tepatnya saat ini ia berada, kedua matanya masih tertutup dan semuanya gelap!

Perlahan Fernanda melepaskan tangannya yang menutupi kedua mata Anna. Anna mulai membuka matanya dan melihat teman-teman satu tim di berita criminal, ada Anggun, Gita, Wisnu dan dua kursi yang masih kosong. Mereka menatap Anna tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Dan ketika Anna melihat ke meja di hadapan mereka!

Kue Tart.

"Selamat ulang tahun!!!!!!" sorak mereka dengan mengeluarkan benda-benda yang mereka punggugi. Anggun menyemprotkan air dengan pistol air, Gila menaburkan tepung ke seluruh badan Anna dan Wisnu menaburkan berbagai bunga bersamaan dengan Gita yang menaburkan tepung. Anna hanya bisa mendesah dengan kelakuan mereka, namun setelah itu tersenyum.

"Gue...."

"Nggak boleh terharu!" Gita memotong. "Sebelum adegan satu ini," tambahnya.

Anna menautkan alisnya. Adegan, adegan apaan?

"Selamat ulang tahun ya!" tiba-tiba saja Fernanda menyerahkan kotak berbentu persegi dengan hiasan pita berwarna merah di atasnya. Dia yang tadi ada di belakang Anna, kini sudah beralih di samping Anna dan memandangi gadis itu dengan tersenyum.

Anna menerimanya. "Kalian nggak perlu repot-repot kayak gini...."

"Melankolisnya ditunda dulu, lebih baik lo tiup lilinnya dan potong kue tart ini, lo nggak kasihan liat temen-temen lo pada ngiler kayak gitu?" kali ini Wisnu yang memotong.

Anna menyerah dan menuruti perkataan Wisnu. Seperti biasa, selama satu tahun mereka menjadi satu tim kerja, setiap ada perayaan ulang tahun sebelum meniup lilin dilakukan doa terlebih dahulu. Begitu juga dengan perayaan ulang tahun Anna kali ini. Anna memejamkan matanya, berdoa kemudian ia meniup lilin.

"Gue minta yang ada cokelatnya," pesan Anggun saat Anna akan memotong kue dan langsung mendapatkan tatapan tidak suka dari gadis itu. "Na, lo biasa aja dong! Bukankah lo paling tahu gue suka banget sama cokelat?" protes Anggun saat menyadari tatapan mata Anna.

Antagonis (21+) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang