"Ini lukisan kamu?" siang itu Anna sedang kebingungan setengah mati karena lukisannya hilang dan tiba-tiba seorang cowok datang ke kelasnya dan menyerahkan lukisan itu.
Anna membelalakan matanya dan segera merebut lukisan itu.
"Lukisan kamu bagus," puji cowok itu dan membuat tangan Anna bergerak menyembunyikannya.
"Kenapa?" tanya cowok itu. "Nggak usah malu, nggak semua orang bisa melukis sebagus itu lho," tambahnya.
Anna menaikan wajahnya dan berusaha memandang wajah cowok yang juga berseragam putih abu-abu, sama sepertinya. Ia mencoba mengingat-ingat apakah ia pernah bertemu cowok itu, tapi tak ada satupun memori yang mengingatkannya kepada cowok itu.
"Aku menemukan lukisan itu di taman dan menemukan nama kamu di bawah lukisanmu," jelasnya meski Anna tidak meminta penjelasannya.
Cowok itu kemudian mengulurkan tangannya. "Aku Reihan. Reihan Alfian," ucapnya mengajak berkenalan.
Anna ragu. Ia hanya memperhatikan cowok itu tanpa merespon apapun.
"Nama kamu siapa?" tanya cowok itu.
Anna mulai mengulurkan tangannya dan akhirnya menjabat tangan cowok itu. "Zivanna Nadia," Anna menyebutkan nama lengkapnya.
"Ziva?"
Anna menggeleng. "Panggil saja Anna."
Cowok itu mengangguk. "Baiklah, Anna. Mulai saat ini kita berteman dan boleh nggak aku jadi penggemar lukisanmu?"
"Eh?"
Dia tersenyum. "Serius! Aku suka dengan lukisanmu, boleh kan aku jadi penggemar lukisanmu?"
Anna memandangnya dan mencari keseriusan di sana. Sepertinya dia memang serius dan akhirnya Anna mengangguk. Sejak saat itulah mereka berteman dan semuanya dimulai.
***
Anna masuk rumah kontrakannya seperti orang linglung. Ketika Anggun membukakan pintu, tanpa banyak bicara Anna langsung masuk kamar.
"Lo kenapa, Na?" tanya Anggun dengan membuntuti Anna ke kamar. "Abis ketemu Briptu Reihan kok muka lo ditekuk gitu?" Tanya Anggun. "Briptu Reihan nggak ngapa-ngapain lo kan?" Tanya Anggun.
Anna menggeleng pelan.
"Terus lo udah dapet hape lo kan?"
Anna mengangguk pelan.
"Terus lo kenapa?"
Anna memandang Anggun dengan malas. "Gue nggak kenapa-kenapa."
"Gimana Briptu Reihan menurut lo?" Tanya Anggun.
"Biasa aja."
Anggun tercengang mendengar jawaban dari Anna. "Just that?"
Anna memandang Anggun dengan lemah. "Gue capek, gue mau tidur. Ceritanya kita lanjutkan besok ya!"
Meski masih heran, Anggun mengiyakan. Ia segera keluar dari kamar Anna dengan rasa penasarannya yang bertumpuk-tumpuk.
Anna mendesah setelah Anggun keluar dari kamarnya. Seharusnya ia tidak bersikap seperti itu ke Anggun, tapi ia sendiri tidak bisa menguasai perasaannya. Mungkin ia akan membiarkannya malam ini dan akan meminta maaf esok hari. Sedangkan untuk malam ini, ia akan memberi waktu untuk dirinya sendiri untuk menghadapi perasaan yang terus mengendap di dadanya selama tujuh tahun itu.
***
Ingatan Anna menuju tempat itu, delapan tahun yang lalu. Sebuah bus yang membawanya meninggalkan sekolahnya dan tentang kemana bus itu akan membawanya pergi, Anna tidak tahu. Cowok di sebelahnya yang lebih tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis (21+) (SELESAI)
RomansaZivanna Nadia terjebak nostalgia. Ia masih mencintai Reihan, mantannya saat SMA yang membencinya karena Anna pergi begitu saja. Lalu seetelah 7 tahun berlalu, Anna kembali bertemu dengan Reihan dan ia ingin menjelaskan ke Reihan bahwa ia bukan tokoh...