Tiga Belas

1.8K 65 1
                                    

"Gue mau menjelaskan semuanya, Nggun!" ucap Anna begitu ia sampai di kontrakan.

"Nggak ada yang perlu dijelaskan," sahut Anggu jutek. "Lagian gue juga belum PDKT sama Briptu Reihan," tambahnya.

"Tapi lo kesel kan sama gue?"

"Iyalah," jawab Anggun. "Kenapa lo nggak cerita kalo Reihan itu mantan lo?"

"Gue butuh waktu. Gue belum siap buat cerita."

Anggun mendesah. "Ya udah lah, percintaan lo dan Reihan itu kehidupan pribadi lo. Gue nggak mau ikut campur," kata Anggun dengan berjalan meninggalkan ruang tengah dan masuk ke kamar.

Anna membuntutinya, namun Anggun mengunci pintu dari dalam. "Nggun, maafin gue!"

Anggun tak merespon apapun dan Anna menyerah. Sampai keesokan harinya Anggun masih tidak mau bicara dengan Anna. Ia berangkat lebih dulu dan membuat satu timnya penasaran.

Fernanda mendekati Anna setelah melihat keanehan itu. "Kamu marahan sama Anggun?" tanya Fern.

Anna mengangguk. "Kok bisa?" lanjut Fern.

"Ada masalah gitu, aku udah nyoba jelasin tapi Anggun nggak peduli."

Fern menganggukan kepala tanda mengerti. "Cepat diselesaikan, nggak enak lho berantem sama teman satu rumah."

"Iya."

Fern kemudian pergi ke meja Wisnu karena ada data yang harus ia edit. Baru saja Fern pergi, seseorang sudah datang ke meja Anna dan begitu Anna memandangnya, ia membulatkan matanya. Karena kaget dan juga jantungnya yang tiba-tiba berdebar-debar.

"Reihan, ngapain di sini?" tanyanya heran.

Reihan mengarahkan jarinya ke ruangan kepala redaksi. "Ada urusan sama Pak Beni." Anna hanya mengangguk-angguk. "Nanti malam dinner yuk!"

Anna menaikan alisnya. "Dinner?"

"Iya. Katanya kamu mau ngasih aku kesempatan?"

Ia teringat Anggun yang masih marah padanya, Anggun bisa tambah marah kalo tahu Anna dinner sama Reihan. Tapi seperti mendapatkan kekuatan entah dari mana, Anna mengangguk.

"Oke. Aku jemput kamu jam 7," ucap Reihan dengan tersenyum.

Setelah Reihan pergi, Anna memukulkan kepalanya di atas meja. Ahhh, kenapa aku nggak bisa nolak sih?

***

"Hai!" Reihan melambaikan tangannya begitu melihat Anna keluar dari gang kontrakannya. Reihan memperhatikan Anna dari atas sampai bawah. "You're so beautifull," pujinya.

Anna tersenyum. "Selama ini kamu kemana aja, Rei? Kok baru tahu kalo aku cantik."

Reihan ikut tersenyum kemudian membukakan pintu mobil untuk Anna. "Silahkan masuk."

Anna menggeleng-gelengkan kepala dengan apa yang dilakukan Reihan, tapi ia tetap tersenyum.

Malam itu dengan mobilnya Reihan membawa Anna ke sebuah tempat yang sangat indah. Sangat menakjubkan. Baru kali ini Anna datang ke tempat itu. Meski mereka harus menempuh perjalanan hampir satu setengah jam, tapi Anna langsung terpukau sampai di sana.

Sebuah tempat di pinggir danau – yang pasti buatan – dimana di sekelilingnya dikelilingi oleh obor dan di danau ada beberapa perahu yang di atasnya tergantung lampion-lampion dengan berbagai bentuk. Di sebelah utara tempat itu, ada sebuah panggung yang kemungkinan digunakan untuk hiburan dan Reihan memilih tempat duduk yang tidak jauh dari panggung.

"Silahkan duduk!" Reihan mempersilahkan. Reihan mengambil korek api dan menyalakan lilin yang ada di sekeliling mereka. Lilin yang berhasil membentuk hati.

Antagonis (21+) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang