Lima Belas

1.7K 54 0
                                    

Anna keluar dari kantor polisi dan berhenti di bawah pohon yang ada di dekat tempat parkir. Ia memandang ke sekelilingnya, namun tak menemukan orang yang ia cari. Dari tas jinjing yang ia kenakan, ia mengeluarkan ponselnya, namun belum sampai ia berhasil membuka pola kunci pada ponselnya, seseorang sudah meraih tangannya terlebih dahulu. Membuatnya sedikit terperanjat, namun ketika melihat orang yang meraih tangannya, wajah kagetnya berubah menjadi bahagia.

"Udah nunggu dari tadi?" tanya Reihan dengan menggandeng tangan Anna.

Anna menggeleng.

"Gimana keadaan Bandung kemarin?" tanya Reihan.

"Macet."

Reihan mendesah kecewa. "Kenapa ya sekarang Bandung udah kayak Jakarta?"

Anna menaikan bahunya. "Tapi aku pernah ke Bandar Lampung dan di sana juga macet tuh. Menurutku hampir semua kota di Indonesia macet pada jam-jam tertentu."

Reihan meminta Anna segera naik ke motornya. "Semoga aja hari ini Jakarta nggak macet."

Anna tersenyum dan naik ke motor sport milik Reihan. Kemudian Reihan membawa Anna membelah Kota Jakarta, melewati setiap kemacetan yang ada di sana dan berhenti di sebuah warung tenda bertuliskan 'Warung Betawi Nyak Imah'. Anna memandang Reihan dengan senyuman yang bertengger di wajahnya.

"Aku jadi inget jaman kita SMA, kita sering banget makan di warung tenda kayak gini," kata Anna mengenang jaman mereka masih SMA.

"Itu salah satu alasan aku mengajak kamu ke sini."

"Terus alasan lainnya?" tanya Anna penasaran.

"Karena makanan di sini enak."

Reihan kembali menggandeng tangan Anna untuk masuk ke dalam warung tenda. Ibu pemilik warung sudah mengenali Reihan dan Reihan memesan makanan yang sering ia pesan 2 porsi. Reihan memilih tempat duduk yang dekat dengan kipas angin.

"Kamu sering makan di sini?" tanya Anna.

"Begitulah."

"Kenapa? Ya, secara kamu kan punya banyak uang buat makan di kafe."

"Kalo aku jawab karena kamu, apa kamu akan percaya?" tanya Reihan yang berhasil membuat Anna tersipu. "Bagiku, aku nggak punya cara lain yang bisa aku lakukan saat aku kangen sama kamu, kecuali makan di tempat seperti ini."

Anna merasakan darah mengaliri tubuhnya lebih cepat dari biasanya dan mungkin karena aliran yang cepat itu membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya, atau malah terbalik? Degup jantung yang kencang membuat aliran darah menjadi lebih cepat? Entah mana yang benar, tapi yang pasti saat ini Anna merasa dunianya lebih penuh sensasi daripada biasanya.

"Na," ucap Reihan. "Selama kamu jauh dariku, berapa kali kamu merindukanku dalam satu hari?" tanyanya.

Anna mengangkat wajahnya, memandang Reihan. Kemudian ia menggeleng. "Entahlah. Selama aku nggak sibuk, aku selalu ingat kamu."

"Jadi kalo sibuk?"

"Kamu teralihkan."

"Berarti..."

"Reihan, aku juga butuh makan. Aku butuh ganti baju. Aku butuh uang untuk bertahan hidup. Jika hidupku hanya untuk memikirkan kamu, aku harus hidup dengan makan imajinasiku tentang kamu?" potong Anna. Anna membuang muka ke arah gelas-gelas yang berjajar rapi di rak. "Udahlah, Rei. Kamu tahu kan aku nggak bisa berkata yang manis-manis. Yang terpenting aku cinta kamu."

"Aku juga cinta kamu," sahut Reihan cepat. Ia kembali meraih tangan Anna dan mencium punggung tangan gadis itu. "Jangan tinggalkan aku lagi ya, Na!"

Jantung Anna kembali berdesir mendengar ucapan Reihan dan perlahan ia menganggukan kepala. "Iya. Aku nggak akan meninggalkan kamu."

***

"Lo yakin dengan Reihan?" tanya Anggun ketika Anna baru pulang. Anggun memandang Anna dengan serius.

Anna menganggukan kepala. "Gue memutuskan untuk memilih dia."

Anggun mendesah panjang. "Udah gue tebak," sahutnya dengan berlalu dari Anna.

Anna memandang Anggun sebentar kemudian masuk ke kamar. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasurnya yang empuk, ia memeriksa ponselnya dan mendapatkan satu pesan masuk dari Reihan.

Besok makan siang bareng lagi yuk!

Anna segera membalasnya.

Aku sih mau-mau aja, tapi besok ada rapat dari pagi sampai sore.

Tak lama kemudian, Reihan membalasnya.

Gimana kalo makan malam?

Anna memikirkan balasan, kemudian membalas.

Bisa nggak selain makan malam?

Reihan membalas.

Ada ide lain?

Anna membalas.

Dua minggu lagi, aku dengar kabar dari Melly kalo di sekolah kita dulu ada pentas seni. Ke sana yuk!

Reihan membalas.

Hari apa?

Anna membalas.

Minggu.

Reihan membalas.

Mmmm...

Anna membalas.

Kalo kamu nggak mau ya udah.

Reihan membalas.

Oke.

Anna tersenyum membaca balasan dari Reihan dan mengirim balasan.

Oke. Kita berangkat naik kereta, hari Minggu jam 5 pagi. Kali ini aku yang beli tiket kereta.

Reihan membalas.

Setuju.

***

Antagonis (21+) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang