Tujuh

2K 90 0
                                    

Anna turun di depan KFC yang berada tepat di depan kantor polisi tempat Reihan bekerja. Ia merapikan pakaian terlebih dahulu sebelum masuk ke gedung KFC tersebut. Reihan mengatakan ia berada di lantai dua di bawah gazebo. Jadi, kali ini Anna tidak harus menunggu karena Reihan sudah berada di sana.

Anna menaiki tangga satu per satu untuk menuju lantai dua dan ia memegang dadanya agar jantungnya berdetak seperti biasanya. Ia menuju balkon lantai dua tempat dimana Reihan tengah menunggunya. Baru saja Anna akan menanyakan dimana keberadaan Reihan, laki-laki itu sudah melambaikan tangan kepadanya.

Anna tersenyum kepada Reihan kemudian duduk.

"Aku terlambat ya?" tanyanya hati-hati. Reihan menggeleng dan Anna bisa mendesah lega.

Reihan memperhatian penampilan Anna dan berhasil membuat Anna salah tingkah. Ahh, apa ia terlalu tebal membubuhkan make up di wajahnya? Atau gelungan rambutnya tidak rapi?

"Saya tidak punya banyak waktu, silahkan lakukan wawancara sekarang!" ucap laki-laki itu masih dengan suara dingin.

Anna segera mengeluarkan buku catatannya dan alat perekam. Tak banyak yang ditanyakanya. Dalam daftar yang ia tuliskan di buku catatannya, ia hanya menulis lima pertanyaan.

"Apa alasan Anda menjadi polisi?" tanya Anna.

Reihan mengangkat wajahnya. "Entahlah," sahutnya dengan tidak bersemangat. Reihan menarik napas dan menghembuskannya perlahan. "Mungkin karena saya tidak bisa jadi musisi, maka saya jadi polisi."

Meski jawaban Reihan kurang masuk akal, Anna tetap menuliskannya di buku catatannya.

"Lalu, apa hal tersulit yang Anda rasakan saat menjadi polisi?"

Reihan membuang pandangannya ke langit malam dan memperhatikan satu per satu bintang yang ada di sana. "Hal tersulit karena saya memilih untuk menjadi polisi adalah harus meninggalkan Bandung. Saya sengaja mengambil tes di Jakarta karena saya ingin meninggalkan Bandung dan semua kenangan saya bersama orang itu."

Anna memandang Reihan dengan nanar. Ia tahu bahwa orang itu yang dimaksud Reihan adalah dirinya, tapi ia mencoba untuk tidak mempedulikannya.

"Pertanyaan selanjutnya!" ucap Reihan yang berhasil menyadarkan lamunan Anna.

"Oh, maaf!" sahut Anna. Ia kembali melihat buku catatannya. "Apa yang ingin Anda lakukan selama jadi polisi namun belum tercapai sampai sekarang?"

Reihan menatap Anna cukup lama sebelum menjawab pertanyaan. "Memaafkan seseorang yang sudah mematikan impian saya untuk menjadi musisi," jawabnya. "Saya kira dengan menjadi polisi saya bisa melihat kasus-kasus kejahatan dan melihat alasan di balik tindakan tersebut sehingga saya bisa mencoba melihat alasan orang itu menyakiti saya dan bisa memaafkannya, tapi ternyata saya tidak bisa memaafkannya meski dia ada di hadapan saya," lanjutnya.

Anna menghentikan gerakan tangannya yang menulis di buku catatan. Dia mengangkat wajahnya dan menatap Reihan. Ia tahu Reihan sengaja mengatakan ini kepada Anna, namun Anna berusaha untuk tetap professional. Ini pekerjaan. Anna menarik napas dan menutup buku catatannya.

"Sepertinya wawancaranya sudah cukup."

Reihan tetap menatap Anna. "Sejak kejadian itu, aku berdoa kepada Tuhan setiap hari agar tidak bertemu denganmu lagi, tapi ternyata Tuhan tidak mengabulkannya."

Anna menggigit bibirnya dan memberanikan diri menatap Reihan. "Apa kamu sangat membenciku?"

Reihan hanya memandang Anna, tanpa mengatakan apa-apa. Membisu.

Anna menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Ada banyak hal yang harus aku jelasin ke kamu. Tentang alasan kenapa aku tiba-tiba menghilang. Tentang alasan kenapa aku jalan dengan Trian. Tentang alasan kenapa saat ini aku sampai rela melakukan segala cara agar kamu mau wawancara," ucap Anna. "Aku nggak sejahat yang kamu pikirkan. Mungkin aku udah buat hidup kamu jadi berantakan, tapi aku bukan tokoh antagonis seperti di sinetron Indonesia yang melakukan kejahatan tanpa alasan."

Anna kembali menatap Reihan. "Jika kamu memberi aku kesempatan, aku akan menjelaskannya, setelah itu semua terserah padamu, kamu mau membenciku atau memaafkanku," ucapnya. Setelah itu ia beranjak dan meninggalkan tempat itu beserta Reihan yang masih mematung.

Antagonis (21+) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang