Tiga

3.2K 102 5
                                    

Na, nanti malam ada acara nggak? Dinner, yuk!

Ia menerima sms itu siang tadi dan sorenya Anna sudah bersiap-siap. Seperti biasa, ia memilih pakaian yang sederhana, atasan lengan pendek sifon berwarna pink dan rok bahan kaos selutut berwarna hitam. Untuk riasanannya, ia juga hanya memakai bedak padat dan lipsgloss. Style Anna banget, pokoknya. Tak lupa kaca mata dengan frame hitam yang selalu menemaninya.

"Lo mau kemana, Na?" tanya Anggun yang masuk kamar Anna dengan menyeruput teh gelasnya.

Anna menoleh. "Dinner sama Fernanda," jawabnya santai.

Anggun langsung tersenyum sumringah. "Jadi kalian udah jadian?"

"Jadian apaan?"

"Ya dinner di malam minggu, apa lagi coba kalo nggak jadian, ngaku aja deh lo, Na!"

Anna ikut duduk di tepi ranjang seperti yang dilakukan Anggun dan memakai sepatunya. "Kami nggak jadian, kok. Ya, buat gue sih dijalani seperti air mengalir aja."

"Jadi lo memutuskan untuk membuka hati lo?" tanya Anggun dengan antusias.

Anna menaikan bahunya. "Entahlah. Tapi nggak ada salahnya dengan Fernanda, dia baik..."

"Terima kasih Tuhan, akhirnya Kau bukakan mata teman saya satu ini," potong Anggun dengan menadahkan tangannya ke atas, membuat Anna tersenyum.

Anna memeriksa jam tangannya dan berpamitan pada Anggun. "Gue berangkat ya! Kayaknya Fernanda udah nunggu di depan gang."

"Have fun ya!" sahut Anggun. "Oh ya, salam buat Fernanda."

"Oke."

Anna meninggalkan rumah kontrakannya dan berjalan keluar dari gang sempit kompleks kontrakannya. Ketika berada di dekat gang masuk kompleks kontrakannya, ia bisa melihat sosok Fernanda. Dia duduk di atas motor maticnya dan matanya tampak memperhatikan segerombolan remaja yang tengah lewat di depannya.

"Sudah lama menunggu?" tanya Anna ketika sampai di samping motor Fernanda.

Fernanda menoleh dan menggeleng. "Barusan, kok. Tapi nggak bisa sms karena hape Wisnu yang gue pinjem ketinggalan."

"Sebaiknya gue kembaliin aja hape lo, biar lo nggak perlu pinjem ke Wisnu."

"Nggak usah!" tolak Fernanda. "Udah siap?"

Di perjalanan, Fernanda mengajak Anna mengobrol banyak hal. Tentang pekerjaan mereka, tentang atasan-atasan di kantor yang agak killer dan juga tentang kehidupan pribadi mereka. Namun untuk satu itu, Anna hanya berbicara sedikit. Kehidupan pribadinya yang menurutnya tak senormal orang-orang pada umumnya tidak akan menarik untuk dibicarakan.

"Sebenarnya kita mau kemana sih, Fern?" tanya Anna karena hampir setengah jam mereka di perjalanan dan tidak juga sampai di tujuan.

"Bentar lagi sampai, kok," jawab Fernanda. Tak lama kemudian Fernanda membelokan motornya dan menghentikannya di depan sebuah kafe. "Kita udah sampai."

Anna membaca tulisan yang ada di gedung tersebut dengan kaca mata minusnya. Green Day's Café. Anna membulatkan matanya dan menyadari sesuatu. Bukankah ini kafe yang dikatakan Anggun menjadi favorit nge-date pasangan muda di Jakarta? Dan Fernanda mengajaknya ke sini?

"Kenapa?" tanya Fernanda yang menyadari kebengongan Anna.

Anna menggeleng. Anna memperhatikan penampilannya dari kaca dan beralih memperhatikan penampilan Fernanda. Laki-laki itu mengenakan kemeja polos berwarna abu-abu dan celana jeans hitam. Ia sangat rapi malam ini.

Antagonis (21+) (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang