05◾Jemput Camer

6.3K 239 2
                                    

"morning" Nayla melompat lompat kecil memeluk leher Daren.

"seneng banget" Daren mengecup bahu Nayla, tangannya sudah berada di pingang ramping gadis itu.

Nayla terkekeh "iya dong" Nayla melepaskan pelukannya. "tebak, kenapa coba?"

Daren melepaskan satu tanganya dari pingang Nayla dan dimasukan kedalam saku celananya sedang yang satu tetap berada di pingang gadis itu. "apa coba?"

"ih tebak dulu"

"karna aku jemput lebih pagi?" tebak Daren.

Nayla mengeleng pertanda tebakan Daren tadi salah.

"karna aku sayang kamu?"

Nayla tertawa pelan menarik hidung mancung Daren. "selain itu baby!"

"aku ngak tau yang"

"payah kamu" cibir Nayla.

"terus apa?"

"mami sama papi pulang dong!" Nayla tersenyum dengan mata berbinar senang membuat matanya terlihat menyipit.

"kapan?" Daren membukakan pintu mobilnya untuk Nayla, setelah melirik jam ditangannya.

"hari ini, sorean gitu!" jawab Nayla setelah Daren masuk dan duduk di kemudi. "nanti kita jemput ya"

"iya sayang" Daren mengelus rambut Nayla. "Jadi ngak sarapan bubur dulu?"

"jadi"

Daren membawa mobilnya keluar dari halaman rumah Nayla, mereka memang janjian akan sarapan bubur dulu sebelum berangkat ke sekolah sebenarnya ini permintaan Nayla semalam, gadis itu menyuruh Daren menjemputnya lebih pagi agar sarapan buburnya tidak terburu-buru karna takut terlambat.

                        ❄❄♥❄❄

para murid langsung memberikan jalan begitu mobil Daren memasuki halaman sekolah, sebagian memilih berdiam di tempat memandangi tuan mobil itu sampai keluar. Sudut bibir mereka tertarik membentuk senyuman memuja begitu sang empu mobil keluar, walaupun dengan ekspresi datar tidak membuat kadar ketampanan Daren luntur di mata mereka. Pandangan memuja mereka berganti dengan tatapan berharap dengan batin yang berandai seperti; kenapa ngak gue aja, yang jadi Nayla? Atau kenapa gue ngak secantik cewek itu?

Daren mengandeng tangan Nayla membawa gadis itu menuju kedalam kelasnya.

"jangan nakal" Daren mencubit dagu Nayla begitu mereka sudah sampai di depan kelas 11 Ips 2.

"emang aku bocah"

"sifat kamu yang kaya bocah" canda Daren.

"ih.."

"becanda sayang" Daren menyampirkan rambut Nayla kebelakang "masuk gih"

Nayla tidak beranjak dia malah menoleh kedalam kelas "Aira sama Vanesa belum dateng deh"

Daren ikut melihat kedalam kelas Nayla memastikan, dan benar dua gadis itu belum datang. "mau ke kelas aku dulu?"

"engak ah, males"

"duduk di kelas aja,sampe mereka dateng" suruh Daren. Nayla menganguk.

"aku ke kelas ya" pamit Daren mencium kening Nayla.

"Ren, hp aku ketingalan di mobil kamu kayaknya" Nayla mengecek ponselnya di saku kameja dan dia baru ingat hp itu tadi dia taruh di atas dashboar mobil dan lupa mengambilnya lagi.

"nanti istirahat aku ambil"

"iya, udah sana kekalas" Nayla menatap Daren yang masih diam tidak beranjak pergi padahal cowok itu tadi sudah pamit akan ke kelas.

"morning kiss nya mana?"

Nayla melotot kaget mendengar ucapan Daren, yang benar saja? mereka sedang di sekolah dan Nayla yakin suara Daren tadi bisa di dengar oleh sebagian murid yang ada di koridor, persis di dekat mereka.

dasar ngak tau tempat.

"apa sih, ini di sekolah kalo kamu lupa"

Daren mengangkat bahunya acuh dia tidak perduli ada yang mendengar ucapannya barusan. "emang kenapa? morning kiss doang sayang"

"engak, udah sana" Nayla masuk kedalam kelasnya.

                     ❄❄♥❄❄

"ah.. kangeenn" Nayla memeluk mami dan papi nya begitu mereka tiba di bandara.

"kamu baik kan sayang?" Diana Mami Nayla mengelus pungung anak gadisnya itu.  Nayla menganguk

"ko nangis?" aryan Papi Nayla mengangkat wajah anaknya itu ketika mendengar suara tangis kecil dari putri semata wayangnya.

Nayla masih menangis. "mami sama papi lama banget pulangnya" rengek Nayla.

"belum juga sebulan nak" goda Mami sambil menghapus air mata Nayla.

"mami ih" Nayla semakin merengek dan kembali memeluk Mami nya, menengelamkan wajahnya di bahu wanita yang melahirkan nya ini.

Wajar saja Nayla sampe menangis karna mami dan papi nya hampir satu bulan pergi ke hongkong untuk mengurus perusahaan mereka disana.

Daren menunduk menyembunyikan senyumnya  melihat rengekan Nayla, sunguh! gadis itu terlihat sangat mengemaskan.

"cengeng banget ya, baru juga ditingal ke hongkong" cibir Razka.

"jangan lo ledekin" Ujar Daren tajam.

"eh iya lupa, pacarnya galak"

Daren tidak mengubris, cowok itu berjalan menghampiri orang tua Nayla. "sehat tante?" tanya Daren setelah menyalim Diana.

Diana tersenyum lembut mengelus lengan Daren. "sehat nak"

Daren kemudian menyalim Aryan. "apa kabar om?"

Aryan menepuk pelan bahu kekasih putrinya itu. "baik, kamu apa kabar? putri om dijagain kan?"

"wih.. dijagain banget pi, kemana-mana aja selalu berdua, ngak mau pisah. apa lagi si Aya, nempel mulu kaya ke lem udah kay__"

Mami langsung menarik kuping Razka setelah melihat Nayla memberengut tidak suka dengan ocehan Razka tadi.
"kenapa seneng banget ledekin adiknya ka" omel Mami.

"astaga Mi, sakit loh ini" Razka mengaduh dia melirik Nayla yang tertawa dalam rangkulan Daren. "mi lepasin mi..." Razka memegang tangan maminya yang masih menjewer telinganya.

"tetap kaya gini sampe mobil, ngak boleh protes ini hukuman karna kamu tadi telat kesini"

Razka memang telat datang kesini,katanya macet padahal yang sebenarnya dia telat karna masih asik kumpul dengan teman-temannya. kalo saja Nayla tidak menelpon menanyakan apakah dia akan ikut menjemput orang tua mereka mungkin saja dia sudah lupa orangtua nya pulang hari ini. dia memang terlalu cuek.

Mereka semua berjalan menuju parkiran dengan mami yang tetap menjewer kuping Razka yang membuat cowok itu malu di lihat oleh orang-orang, juga papi yang nerangkul bahu Razka dan tidak berniat untuk membantu melepaskan jeweran di kuping anak pertamanya.

sedang Daren dan Nayla berjalan di belakang mereka.

"merah gitu hidungnya" Daren menoel hidung Nayla yang memerah karna sehabis menangis tadi.

"jelek ya?"

Daren tersenyum sambil menekan pelan sebelah tangan nya di kepala gadis itu.
"iya kamu jelek kalo nangis, ada ingusnya"

"nih.. ingus nih.. ingus" Nayla mengesek kan hidungnya di bahu Daren.

Daren tertawa tangannya merangkul leher Nayla dan mengangkat dagu gadis itu untuk melihat wajahnya. "lucu banget, bikin gemes yang" Daren mengigit pelan pipi kiri Nayla. Mengabaikan tatapan iri orang-orang yang mereka lalui. Nayla tertawa geli merasakan pipinya digigit Daren.

                      ♥♥❄♥♥






























DARENAYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang