Dua hari setelahnya, Sasuke benar-benar mengacuhkan Sakura. Pria itu bahkan dengan terang-terangan mengusir semua wanita yang mencoba mendekatinya. Bahkan, Yamanaka Ino yang biasanya tak pernah takut dengan tatapan tajam dari bungsu Uchiha tersebut kini hanya bisa memasang wajah sebal, ketika dengan terang-terangan pria itu menghentakkan kedua tangannya yang mencoba membelit sisi pinggang pemuda itu.
Namun, Sakura sama sekali tak keberatan dengan hal tersebut. Justru gadis itu merasa begitu senang hingga tanpa sadar tersenyum sedikit lebar. Setidaknya, ia tidak perlu menguatkan hatinya selama dua hari terakhir ini. Dan itu semua tertangkap oleh netra indah milik sahabatnya.
"Apakah ada yang membuatmu tersenyum? " Tanya Hinata penasaran. Mereka berdua kini tengah berada di kantin sekolah untuk mengisi perutnya.
Sakura hanya menggeleng pelan seraya memasukkan satu sendok salad buah kedalam mulutnya," Tidak. "
" Benarkah? Tapi kenapa wajahmu mengatakan hal yang sebaliknya? "
" Aku tak mengerti maksudmu, Hinata. "
Hinata tertawa pelan," Apa Sai? "
" Sai? "
" Ya, Sai. "
" Kenapa dengan dia? " Tanya Sakura heran. Jujur ia tak mengerti dengan apa yang dimaksud dengan Hinata, kenapa jadi Sai?
" Mungkin saja dia mengungkapkan perasaannya pada——"
"Uhuk! " Sakura terbatuk hebat ketika ia menelan salad buahnya secara paksa. Sungguh, tenggorokkannya terasa sakit sekarang. Gadis itu menyambar air yang disodorkan Hinata kearahnya dan meminumnya sampai tandas. Wajahnya memerah sempurna.
Bukannya merasa kasihan, Hinata malah semakin menaikan volume suaranya ketika ia tertawa, menurutnya Sakura begitu menggemaskan, "Astaga Sakura! Kau begitu lucu."
" Apanya yang lucu! Tenggorokkan terasa panas gara-gara ucapanmu! "
" Maafkan aku. " Hinata mencoba menghentikan tawanya," Tapi aku serius bertanya padamu, apakah Sai mengungkapkan pera——"
"Tidak, Hinata!" Sela Sakura cepat.
"Ah, Oke. " Ucap Hinata lagi," Lalu alasan apa yang membuatmu bisa tersenyum dengan begitu lebar seperti itu? Jangan bilang kalau..... " Hinata menghentikan kalimatnya, ketika netranya menangkap Uchiha Sasuke dan kawan-kawannya memasuki area kantin. Ia melambaikan tangannya ketika melihat Sai melambai kearah mereka berdua dengan senyuman super lebar. Lebih kearah senyuman bodoh, mungkin?
"Kalau apa? " Sakura mengikuti arah pandang Hinata, dan emeraldnya bertemu tatap dengan onyx Sasuke yang kini tengah memelototinya, seketika ia menahan nafasnya." Sas-sasuke. " Ucapnya tanpa sadar.
***
Malam harinya, Sasuke mengendarai mobilnya secara gila-gilaan. Fikirannya mungkin juga sudah gila karena selama dua hari ini ia selalu menolak semua wanita yang mencoba mendekatinya. Luar biasa bukan? ia bahkan tak segan-segan memberikan mereka semua tatapan tajam serta kata-kata manis dari mulutnya agar mereka semua menjauh.
Dan yang lebih gila lagi adalah, selama dua hari terakhir ini fikirannya selalu dipenuhi oleh sosok berambut merah muda bermata emerald yang selalu memasang raut wajah datar kearahnya. Ia mencoba mengabaikannya, ia bahkan tak menyapa gadis itu selama dua hari ini. Sasuke berfikir jika ia mengabaikan gadis itu selama dua hari terakhir emosinya akan benar-benar reda. Tapi ternyata tidak!
Ditambah ketika tadi siang ia melihat si mayat hidup itu langsung menghampiri Sakura sesaat setelah mereka semua memasuki area kantin. Emosinya kembali memuncak. Bahkan tangannya tanpa sadar menggebrak meja yang mengakibatkan semua teman-temannya terlonjak kaget dan berakhir menjadi pusat perhatian seisi kantin. Sialan! Ia ingin sekali melayangkan tinjunya kearah pemuda pucat itu ketika melihat mereka berdua—tidak, bertiga bercengkrama cukup akrab. Sejak kapan Sakura mudah akrab dengan seseorang? Setaunya gadis musim semi itu sangat susah bergaul, dan hanya memiliki beberapa teman saja selama hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai)
Fanfiction18+ A Sasusaku fanfiction. Aku baik-baik saja. Bahkan ketika kau bersikap seperti itu padaku, aku masih baik-baik saja. Bukankah hatiku begitu kuat, Sasuke? Bahkan melebihi kuatnya baja sekalipun! Cover : by pinterest Story : by elinahikari