Pada senin pagi, Sasuke memutuskan untuk kembali ke sekolah setelah tiga hari lamanya dia tidak masuk. Pria itu tetap tampan meskipun matanya tampak berkantung dan sedikit menghitam. Tetap mampu membuat para murid perempuan yang berpapasan dengannya menahan nafas entah karena apa.
Ia memutuskan berjalan menuju kantin untuk sarapan, karena ia berangkat dari apartemennya dan tidak ada yang membuatkan dirinya makanan disana. Tidak ada lagi tatapan menggoda yang biasa Sasuke perlihatkan pada murid perempuan yang ada disekolahnya. Hanya ada tatapan datar bahkan terkesan dingin yang pemuda itu perlihatkan.
Yamanaka Ino yang melihat pangeran Uchiha itu langsung tersenyum lebar. Ia merindukan pemuda itu, tentu saja. Dengan cepat, ia menyejajarkan langkahnya dengan sang pangeran dan bergelayut manja pada lengan kekar pria itu. Memasang tatapan menggoda yang selalu membuat pemuda itu bertekuk lutut karenanya. Jika biasanya Sasuke akan dengan senang hati menerima keberadaan gadis cantik bak boneka itu, Namun kali ini respon Sasuke diluar dugaan, karena pemuda itu segera menatap tajam dirinya, dan menghentakkan tangannya dengan begitu kasar. Ino menatap tak percaya pemuda itu.
"Kenapa?" Tanyanya marah. Ia tidak terima Sasuke memperlakukan dirinya seperti itu.
"Apa? " Tanya Sasuke dingin," kau keberatan? "
" Kau.. Apa kau baru saja menolakku? "
" Maksudmu? " Sasuke memiringkan kepalanya, menatap remeh pada gadis yang kini tengah menahan emosi dihadapannya." Aku merasa tidak pernah menerimamu, Nona. Kau yang selalu mendekatiku. "
Muka Ino memerah, entah karena malu atau tengah menahan amarahnya. Wajar saja, mereka berada di area kantin dan suasana pagi itu terlihat begitu ramai. Dan kata-kata yang dilontarkan oleh Sasuke mampu membuat gadis bermarga Yamanaka itu merasa direndahkan harga dirinya. Gadis itu menggertakkan giginya, tatapan matanya begitu tajam, sebelah tangannya terangkat, bersiap untuk menampar pemuda didepannya sebelum seseorang menginterupsinya, menyebabkan tangan putih dengan kutex berwarnaerah itu hanya menggantung di udara.
"Jauhkan tangan kotormu darinya, Yamanaka! "
Semua orang menoleh, menatap tak percaya pada orang itu. Tak terkecuali Sasuke, wajah pemuda itu terlihat begitu pias seolah-olah ia tengah melihat hantu saat ini. Bukan karena takut, tapi karena penampilan orang tersebut yang membuatnya terkejut. Dimana kacamata yang selalu menyembunyikan netra indah itu? Hingga tanpa sadar mulutnya berkata lirih, hampir terdengar seperti bisikan ketika ia menyebutkan nama orang yang kini tengah memberikan tatapan tajamnya pada gadis berambut pirang tersebut. " Sakura." Lalu tatapannya beralih pada seseorang yang berada tepat dibelakang gadis itu, yang kini tengah mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berlari, "Sai?"
Mereka berangkat bersama?
Sasuke mengernyitkan keningnya dalam.
***
Tatapan emeraldnya begitu tajam, menantang netra berwarna biru laut dihadapannya. Senyuman miring membentuk dibibirnya tipisnya, menyebabkan lesung pipitnya terlihat samar. Sakura masih bergeming, ketika ia melihat Yamanaka Ino berjalan kearahnya. Meninggalkan Uchiha Sasuke yang mematung dibelakang sana, sekitar sepuluh langkah darinya. Gadis itu melirik kesamping, dimana pria berambut hitam pendek tengah terengah-engah sembari memegangi perutnya. Lalu kembali beralih pada gadis cantik bak boneka barbie yang kini berada tepat dihadapannya.
"Ou... Haruno. " Ucap gadis itu pelan, mata birunya memicing tajam kearah sang gadis musim semi." Apa sekarang kau sudah berani untuk melawanku?"
Sakura hanya mendengus keras ketika emerald cerahnya masih menatap gadis Yamanaka tersebut.
"Kenapa? " Tanya Ino lagi," Kenapa kau menghentikanku untuk memberikan pelajaran pada bajingan itu? " Mata birunya menoleh sekilas kearah Uchiha Sasuke yang masih bergeming dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARENA AKU, HARUNO SAKURA (Selesai)
أدب الهواة18+ A Sasusaku fanfiction. Aku baik-baik saja. Bahkan ketika kau bersikap seperti itu padaku, aku masih baik-baik saja. Bukankah hatiku begitu kuat, Sasuke? Bahkan melebihi kuatnya baja sekalipun! Cover : by pinterest Story : by elinahikari