"Heh Park Jimin!" Seulgi mendobrak pintu kamar berwarna krem, membuat seorang laki-laki memakai kacamata tersentak dalam duduknya dan mengintip dari balik monitor laptop, mendapati seorang wanita berkacak pinggang di ambang pintu.
"Demi janggut Merlin! Ada perlu apa kau kesini, Kang Seulgi?"
"Aku ingin informasi orang itu," Seulgi melenggang masuk, mengambil sebuah kursi lain tak berpenghuni dan menyeret kursi tersebut untuk disejajarkan dengan kursi tempat bokong Jimin bersemayam. "Calon suami tuan putri."
"Itu informasi rahasia."
"Tuan putri yang meminta."
Jimin menghela napas berat dan memutar bola matanya. Ia keluar dari sebuah layar yang menjabarkan tentang rancangan keamanan Eden Mansion yang baru saja diperbaharui, dan membuka kembali file berisi informasi sang pewaris takhta nomor empat Hierheich tersebut.
"Kau sudah memiliki informasinya?" Seulgi bertanya saat Jimin menyerahkan beberapa lembar kertas yang mencuat keluar perlahan dari printer milik Jimin.
"Namjoon memintanya," kata Jimin. "Dimana laki-laki itu sekarang?"
Seulgi menerawang kertas tersebut dari atas sampai bawah. "Bersama Jungkook, ia menemani tuan putri yang pergi berburu bebek di danau istana."
"Langsung setelah jadwalnya selesai dari pembukaan rumah sakit itu? Tidakkah sang putri lelah?"
"Pikirannya mungkin lebih lelah dari fisiknya sendiri." Seulgi membuka halaman selanjutnya tanpa melihat Jimin. "Ia perlu pengalihan."
"Apa yang dilelahkannya?"
Seulgi menghela napas, memutar kursinya agar menghadap Jimin lurus, kemudian memasang ekspresi 'kau pasti bercanda, kan?'.
"Baiklah, aku mengerti." Jimin mendelik dan kembali menghadapkan perhatiannya ke arah layar monitor selagi Seulgi beranjak dari kursi menuju koridor luar.
*****
Wendy memicingkan mata selagi ia angkat Winchester Super X4 sejajar dengan bahunya sedikit. Tangannya perlahan memegang pelatuk senapan tersebut tanpa menarik dan ia menghela napas.
"Pelan-pelan saja," Namjoon berbisik di belakangnya, tak ingin membuat dua ekor unggas yang sedang bercengkerama di air danau terbang kabur.
"Aku tahu apa yang kulakukan, Kapten." Wendy berbisik balik. "Jangan berbicara atau kau akan menakuti mereka."
Wendy mendekatkan pipinya beberapa senti lagi ke ganggang hitam senapan tersebut dan saat ia pikir kedua bebek tersebut berada dalam jarak sasaran sempurna menurut perkiraan sang putri, ia bersiap untuk menarik pelatuk bersamaan dengan suara bunyi ponsel Jungkook yang tiba-tiba memecah keheningan.
Tanpa pikir panjang Wendy menarik pelatuk dan melancarkan tembakan memekakkan telinga ke arah dua bebek yang sayangnya terlebih dahulu melarikan diri ketika mendengar suara ponsel Jungkook.
Gusar, Wendy melepas kasar topi beret berwarna zaitun yang senada dengan mantel yang ia pakai. "Sialan!"
Dengan geraman yang teredam, Wendy berbalik dan mendapati Namjoon yang tersenyum manyun ke arah Wendy sambil menyandarkan sisi kanan badannya ke sisi samping perahu. Wendy memberikan sang kapten tatapan membunuh dan Namjoon berdehem, menyingkirkan senyumnya sebelum mengalihkan perhatian ke pemandangan lain selagi Wendy melayangkan tatapan menuju Jungkook yang duduk di bagian paling belakang perahu, komat-kamit ringan dengan cepat saat ia berbicara dengan orang di ujung sambungan dan dengan segera pamit untuk mengakhiri sambungan telepon tersebut. Wendy mengerahkan telapak tangan ke arah Jungkook, mengisyaratkan agar pria tersebut memberikan telepon genggamnya pada Wendy. Menjadi seorang pengawal yang menurut pada perintah majikan, ia serahkan ponselnya ke genggaman tuan putri dan menatap sendu saat Wendy langsung saja melempar ponsel itu ke dasar danau.
KAMU SEDANG MEMBACA
of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}
FanfictionHidup Wendy bagaikan labirin, penuh kejutan dan tak lari dari kompleksitas. Berisikan gemerlapan lampu gantung dan alunan musik klasik, serta sutra yang dikenakan oleh orang-orang yang berkuasa di negerinya; dibalut dengan aroma kuat alkohol. Intipl...