[11] swan lake

622 102 32
                                    

⚠ implikasi seksual secara ringan dan unsur incest, dimohonkan kebijaksanaan pembaca.

-

-

Leonidas menggonggong bersemangat saat Jaehyun melempar sebuah bola yang telah ia bawa bersamanya. Dengan cepat anjing tersebut berlari ke seberang lapangan tempat mereka berpiknik dan membawa kembali bola yang basah dengan air liurnya, kembali ke tangan Jaehyun. Wendy melihat anjing tersebut dengan gemas sambil telungkup dan mengangkat kedua kakinya mengudara. Ia pastikan telunjuk dan jari tengahnya tak luput menandai halaman dari buku yang ia baca.

Sólo tenemos ojos para lo que nos ciega.

Wendy tersenyum kecut melihat frasa yang tertulis dalam literasi tersebut.

Kita hanya bisa melihat apa yang membutakan kita.

Wendy menghela napasnya. Ia tutup buku yang ditulis oleh Rafael Lechowski tersebut dan melipat pinggiran halaman untuk menandainya, kemudian membalikkan badan.

We only have eyes for what blinds us.

Wendy menutup matanya. Ia sudah sering memperhatikan hal-hal yang dapat membutakannya. Jaehyun mungkin salah satu dari hal tersebut. Berapa kali sudah sang Ayah mengancam untuk tidak bergaul dengan adiknya itu? Berapa kali sudah ia melihat Ibunya menangis karna apa pun itu yang terjalin antara mereka? Berapa kali sudah sindiran Kino yang menyakitkan kerap beberapa kali membuatnya tersadar? Siapa lagi yang belum tersebut oleh Wendy dalam pikirnya. Seulgi telah mengingatkan berkali-kali, begitu juga Hoseok walaupun ia tidak benar-benar menyampaikannya secara langsung demi menjaga perasaan Wendy agar tak terluka. Lalu ada Rosé yang terus-terusan berusaha untuk memperkenalkan Wendy dengan pria-pria rupawan dari belahan dunia, serta Beomgyu dan Yoonbin yang selalu mengeluh tentang bagaimana teman-teman sekolah mereka yang selalu meminta nomor ponsel sang putri.

Jika Wendy pikir sendiri, ia bisa mendapatkan pria manapun yang ia mau. Namun di sana selalu ada Jaehyun, laki-laki yang begitu indah. Wendy tahu apapun yang ia rasakan, apakah itu cinta ataupun nafsu belaka, harus ia musnahkan. Jaehyun adalah darah dagingnya dan Seulgi benar, Jaehyun adalah seorang pendosa yang juga menjerumuskan Wendy menjadi seorang pendosa. Namun, Jaehyun terlihat tidak masalah dengan itu semua, dan sejujurnya Wendy juga.

Ia senang berada di dekat Jaehyun, dan senang setiap kali Jaehyun menyentuh kulit polosnya. Setiap bisikan lembut yang ia hantarkan ke telinga Wendy selalu membuat wanita itu bergidik geli. Setiap belaian tangan besar dan kuat yang laki-laki itu layangkan dengan lembut ke rambutnya membuat Wendy tenang. Setiap sentuhan-sentuhan nakal yang disengaja oleh laki-laki berkulit putih itu pada bagian-bagian yang Wendy selalu sembunyikan, memberikannya sengatan listrik dan membuat bulu kuduknya berdiri. Serta tatapan nanar yang Jaehyun perlihatkan sebelum ia menghentakkan miliknya jauh ke dalam sarang birahi sang kakak-tanpa sadar semburat merah muncul di pipi Wendy.

Oh Tuhan, Jaehyun begitu nikmat.

Dengan mata tertutup, Wendy merasakan terik sinar matahari perlahan-lahan masuk ke kulitnya, sebelum aliran sinar tersebut berhenti dan digantikan sebuah bayangan gelap di balik kelopak matanya sana. Ia membuka mata dan menemukan Namjoon yang menghalangi matahari dari penglihatannya, sedikit tertunduk dan berkacak pinggang.

"Hyunwoo baru saja menelepon," katanya. "Ayahmu ingin bertemu di istana."

Wendy segera bangun. Ia menghampiri Jaehyun yang bermain kejar-kejaran dengan Leonidas. Namjoon melihat sang wanita mengatakan sesuatu dari jauh. Terlihat Jaehyun tak menyukai apa saja yang baru ia katakan. Namjoon menebak apakah fakta bahwa Wendy harus menghadap Ayah mereka atau waktu mereka piknik harus terpotong untuk mendukung hipotesa bahwa sang pangeran menggerutu saat Wendy berbalik jalan kembali ke Namjoon.

of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang