Hymn of the Cherubim—Pyotr Ilyich Tchaikovsky; oleh The USSR Ministry of Culture Chamber Choir
_
_
Yoongi hanya terdiam mendengar seorang pria berceloteh panjang tak jauh dari tempatnya duduk. Di ujung meja bundar tempat begitu banyak kertas dan alat tulis bertebaran di depannya, Youngbae yang sekarang tak resmi menjadi kakak tersulung Yoongi juga terdiam membatu sama seperti Yoongi.
Sebenarnya penjelasan pria yang kini menjelaskan sebuah grafik tidaklah sesuatu yang vital ataupun berdampak besar pada Hierheich—Yoongi hanya merasa tidak begitu bersemangat. Sejak ia remaja dahulu, Ayah mereka menyuruh tiap putranya untuk ikut turun dalam urusan negara, walaupun lebih sering menjadi penonton, namun Yoongi sungguh menikmati posisinya yang begitu jauh dari singgasana, tanpa perlu khawatir ia perlu terlalu campur tangan.
Kesadaran Yoongi kembali saat ruangan yang awalnya gelap kini kembali terang—mengharuskan Yoongi mengerjap beberapa kali dan sadar bahwa pria berceloteh tadi kini telah selesai dan mulai membereskan proyektor. Youngbae selaku pemimpin tertinggi mengatakan beberapa kata penutup sebelum benar-benar menutup pertemuan mereka.
"Kau melamun," katanya ketika Yoongi sendiri mulai bersiap-siap dan semua orang telah meninggalkan ruangan.
Yoongi berdehem. "Kau tahu bahwa aku tak begitu cocok dengan hal ini."
Youngbae tertawa kecil. "Jika yang begini saja kau sudah merasa tak nyaman, maka apa yang akan kau lakukan ketika menjadi seorang consort Rodavia di kemudian hari?"
Yoongi hanya tersenyum seorang diri dan memilih untuk tidak menjawab apapun. Youngbae yang mengerti maksud di balik senyum adiknya itu pun menghela napas mengerti. Ia segera mengulurkan tangannya untuk menjangkau pundak Yoongi sebelum menepuknya iba.
"Kau akan baik-baik saja," kata Youngbae.
Yoongi mengangguk-angguk. "Aku tahu."
Tanpa sadar, setitik air mata meluncur jatuh di pipi Yoongi. Youngbae yang melihat Yoongi mulai menangis pun berdiri dari kursi, mendatangi adiknya tersebut yang kini tertunduk terisak.
"Kau tak apa?" tanya Youngbae yang kini telah meremas kedua bahu Yoongi.
Yoongi mengangguk sambil berdehem. "Tak apa."
"Lalu mengapa kau menangis?" tanya Youngbae lagi. "Jarang sekali aku melihatmu menangis."
"Tak ada," kata Yoongi. "Aku hanya merasa tak tahu apa yang sedang atau akan kulakukan."
"Mengapa kau bersedih?" Youngbae mengangkat salah satu alisnya. "Kau ingin aku membatalkan perjodohan tersebut?"
"Tidak. Kurasa aku akan baik-baik saja dengan perjodohan itu. Setidaknya, itulah yang kuharapkan," Yoongi tertawa kecil dan menggeleng. "Aku hanya masih dilanda rasa terkejut dan tak percaya mengenai bagaimana keadaan tiba-tiba berubah dengan tempo yang begitu cepat. Perasaanku campur aduk dan kurasa batinku lelah. Aku bahkan tidak tahu mengapa aku bisa begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}
FanficHidup Wendy bagaikan labirin, penuh kejutan dan tak lari dari kompleksitas. Berisikan gemerlapan lampu gantung dan alunan musik klasik, serta sutra yang dikenakan oleh orang-orang yang berkuasa di negerinya; dibalut dengan aroma kuat alkohol. Intipl...