[3] i dub thee

1.1K 154 46
                                    

Namjoon mempercepat langkahnya. Permadani yang terbentang sepanjang lantai marbel yang kini ia tapaki, membuat langkah kakinya benar-benar teredam. Rochestire House sekarang sunyi senyap. Sebenarnya pernyataan tersebut merupakan hal yang mudah untuk ditebak, mengingat bahwa sekarang pukul 4 dini hari-dan Rochestire bukanlah Istana Olympus, kediaman utama para monarki di negerinya. Sekarang belum waktunya sang raja untuk bangun, dan ia juga mengingat bahwa rasanya tidak ada jadwal khusus yang mengharuskan pria itu bangun saat matahari belum muncul di ufuk timur.

Ia mencapai ujung koridor, yang merupakan tempat paling terisolasi dari istana ini, tempat raja beristirahat. Di luar pintu emas dengan lambang kerajaan yang terukir tepat dimana pintu itu terbelah, berdiri atasan Namjoon, Hyunwoo, dengan kedua tangan yang bertautan dan dibiarkan bergelantungan di depan selangkangannya.

"Ia telah sampai," Hyunwoo berkata pada udara tipis sambil menekan earpiece yang tesemat di telinganya. Ia menatap ke lantai, mencoba untuk fokus mendengar jelas apa yang dikatakan oleh orang yang berada di seberang earpiece-nya. Hyunwoo mengangguk pada diri sendiri dan kemudian mengalihkan pandangannya ke atas untuk menyamakan jarak pandangnya dengan Namjoon. "Elang menyuruhmu masuk."

Hyunwoo kemudian membuka pintu dan memasuki sebuah ruangan dengan Namjoon yang mengekor di belakangnya. Ruangan tersebut terpisah menjadi dua bagian, bagian yang ia lihat pertama kali: berjejer beberapa sofa dan kursi yang mengelilingi sebuah meja mahoni. Sebuah asbak yang penuh dengan abu dan puntung rokok terletak di sebelah rangkaian bunga peony yang setahu Namjoon merupakan ide sang ratu-yang kini mungkin tidur di kamarnya jauh di bagian berlawanan dari kamar sang raja, walaupun masih menyandang status suami dan istri namun raja memilih untuk tidur di kamarnya sendiri agar benar-benar bisa tenang setelah seharian menjalankan tata negara; yang untungnya sang ratu benar-benar mengerti dan menghormati keputusan raja. Peony itu mungkin sengaja diletakkan sang ratu di sana, untuk mengingatkan raja bahwa walaupun mereka kini sudah tidak tidur di ranjang yang sama, secara harfiah, namun sang ratu tetap mencintai sang raja dan akan terus mendukung suaminya tersebut, begitu juga sebaliknya dengan raja.

Melewati ruangan pertemuan dari bagian kamar, kini kedua pria tersebut beranjak ke kamar tidur. Ranjang dengan kelambu merah darah yang terpampang di atasnya kini kosong, namun selimut yang tersingkap mengisyaratkan bahwa raja sempat tidur sebelum memutuskan untuk bangun dan secara mendadak memanggil Namjoon untuk menghadap. Mereka mendapati Junmyeon, asisten raja yang sedang membisikkan sesuatu, sedangkan sang raja duduk di kursi menghadap jendela yang terbuka-memperlihatkan taman indah Rochestire House yang diterangi lampu-lampu taman dan beberapa kunang-kunang.

"Ah Mayor Son, Letnan Kim," Sang raja menoleh melihat ia dan Hyunwoo yang kini berdiri tegap di hadapan pria nomor satu di kerajaan.

"Yang Mulia," Hyunwoo membungkukkan badannya dan diikuti oleh Namjoon.

Sang raja berdiri dan berjalan untuk menepuk bahu Hyunwoo. "Hentikan formalitasnya, Ayahmu adalah sepupu jauhku, kau tahu itu."

"Walaupun begitu, tetap tidak akan mengurangi rasa hormatku, Baginda," Hyunwoo menundukkan kepalanya sepersekian detik.

Sang raja beralih melihat Namjoon dan memberikannya senyum, yang mana Namjoon jawab dengan sebuah anggukan kecil dan pengutaraan 'Baginda Raja' lewat lisannya.

"Duduklah," kata sang raja sambil menyuruh kedua pria tersebut untuk duduk di salah satu sofa di ruangan sebelumnya. "Ada yang ingin aku bicarakan."

Sang raja duduk di salah satu sofa lebar sendirian dan di depannya duduklah Namjoon dan Hyunwoo, sedangkan Junmyeon duduk dengan kursi tambahan di belakang Raja.

"Maaf aku memanggil kalian secara tiba-tiba," Sang raja mengeluarkan sebuah cerutu dari dalam kantong jubah tidurnya. Junmyeon mengulurkan tangannya dari belakang untuk menyerahkan sebuah pemantik api. Sang raja menyalakan pemantik tersebut yang membakar ujung dari cerutu-ia menghirup dalam cerutu tersebut sebelum menjauhkan batang cerutu dari kedua bibir, menghembuskan asap putih dari mulutnya. "Sebagaimana yang kalian tahu, Kapten Wonho mengundurkan diri karena alasan pribadi. Jadinya, unit keamanan putriku kini tidak memiliki komando tim. Walaupun komando tertinggi tetap ada dari Mayor Son sebagai Komandan Pengawal Kerajaan, tapi tetap saja unit keamanannya tetap membutuhkan pemimpin tim."

of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang