[13] garden of sins

614 100 54
                                    

⚠ implikasi seksual dan kekerasan, dimohonkan kebijaksanaan pembaca.

_

_

"Kau sudah siap?" tanya Kyungsoo.

"Tenanglah Kyungsoo," Alih-alih Yoongi, Minseok yang menjawab. "Aku dilahirkan untuk siap."

Yoongi memutar bola matanya mendengar jawaban sang kakak. "Jangan tunjukkan ekspresimu itu, tak baik meninggalkan kesan yang buruk pertama kali." Minseok menambahkan selagi ia meluruskan kembali jasnya yang kerutan akibat duduk berjam-jam di dalam pesawat.

"Berapa lama kau akan bersama kami?" tanya Yoongi pada Minseok.

"Sebulan atau dua, mungkin." Minseok masih membenahi kerahnya. "Atau setidaknya sampai kupikir kau siap untuk kutinggal."

"Sebulan itu terlalu lama," Yoongi memastikan ia menyiratkan kejengkelannya dalam setiap frasa yang bisa ia sebut.

"Janganlah seperti itu Yoongi." Minseok berbalik, akhirnya menatap adiknya. "Aku tahu kau sebenarnya tak setuju, tapi kita semua tahu bahwa ini demi kebaikan kedua negara. Itu tugas kita, sebagai pangeran dan putri, untuk berkorban."

Yoongi tak menjawab.

"Lagipula," Minseok berdehem. "Putri Wendy itu wanita yang cantik dan pintar. Aku bertemu dengannya sekali saat ulang tahun Pangeran Amedeo. Putri yang menyenangkan. Kurasa jika Amedeo belum menikah sekarang, ia akan menerobos langsung dan memboyong sang putri kembali ke Belgia."

Yoongi benar-benar tak mempedulikan apa yang dikatakan kakaknya. Ia mengalihkan pandangan ke pintu pesawat yang mulai dibuka oleh petugas pesawat.

"Ayo," Minseok mengisyaratkan.

Yoongi mengikuti sang kakak yang berjalan di depannya. Ia melihat ke luar dari bandara luas tersebut. Di luar pesawat, telah menunggu sedan-sedan mewah berwarna hitam serta begitu banyak pria menggunakan setelan. Di ujung tangga, seorang pria yang memakai kacamata hitam berdiri tegap dengan tangan yang berada di balik tubuhnya.

Ketika Minseok berhasil turun dari tangga pesawat dan menyalami pria tersebut, sang pria membuka kacamatanya dan tersenyum. Yoongi memasang senyum paksa ketika gilirannya untuk bersalam dengan pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Son Hyunwoo, Komandan Pengawal Kerajaan Rodavia serta merangkap sebagai sepupu jauh sang calon istri.

"Pangeran Yoongi," Hyunwoo menundukkan kepala untuk memberi hormat. "Selamat datang di Rodavia."

*****

"Bagus," Jungkook memastikan tangannya tak berkutik atas semua pukulan yang dilayangkah oleh Namjoon. "Pertahankan posisimu."

Namjoon melepas sikap tinjunya untuk sementara, membiarkan tangannya bergelantungan saat ia menggerakkan kepalanya ke samping, memastikan urat-urat lehernya tidak tegang karena tekanan dan adrenalin yang ia rasakan sekarang.

"Sekarang," Jungkook mengepalkan tangannya dalam sarung tinju, begitu juga dengan Namjoon. "Aku akan—"

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, secara tiba-tiba Jungkook segera maju menyerang Namjoon dengan sebuah tusukan yang langsung melayang ke wajahnya. Terkejut, Namjoon mengerang atas rasa perih dan kaget yang ia rasa, terhuyung ke belakang atas tinju yang Jungkook keluarkan.

"Kau tak apa?" tanya Jungkook yang dijawab dengan sebuah anggukan oleh Namjoon. "Ingat, ancaman takkan memberitahu kapan ia akan menyerang." Jungkook kembali lagi dalam posisi siaganya dengan dua tangan yang dikepal di dalam sarung, menampilkan posisi siap offense-nya. "Kau harus selalu siap."

Tanpa pikir panjang, Namjoon berbalik menyerang Jungkook, namun dengan mudah si pengawal lebih muda tersebut mengelak dari serangan Namjoon, sehingga tinju yang Namjoon layangkan membuatnya goyah hampir terjatuh sambil memukul udara tipis. Namjoon berjalan menuju tali ring dan bertengger dengan satu tangannya memegang tali tersebut untuk tumpuan, dan satu laginya ia letak dipinggang selagi ia berjuang untuk mengatur napasnya.

of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang