"Setelah kejadian itu, Helen seperti menghilang bersamaan dengan gosip kalau Helen berantem sama Jenny, temen sekelas nya. Nggak ada yang tau kabar dari Helen sama sekali."
Hari ini adalah hari pertama tanpa kehadiran Helen, udah 1 bulan nggak ada kabar tentang dirinya atau keluarganya. Berulang kali aku, Tasya, Sasa dan Zaskia datang ke rumahnya tapi selalu dalam keadaan kosong dan hening yang kita temui.
Banyak kabar burung yang terdengar bahwa Helen malu untuk menampakkan dirinya di sekolah ini, padahal kalau dia mau minta maaf dan mengakui perbuatan salahnya dihadapan Fikri, dia pasti di maafkan dan nggak akan ada siswi yang meninggalkan sekolah karena perasaan malu.
"Ke kantin La?" tanya Athy teman sekelasku.
"Duluan aja," Tak ada semangat sedikitpun untuk menjalani hari ini, bahkan melihat keramaian dikelas pun aku lebih banyak diam sekarang.
Kehidupan ku berubah, entah apa yang harus aku lakukan setelah ini, apa masih berharap ke Fikri? Seorang yang sama sekali tak mengenalku, mungkin aku harus melupakan kenyataan bahwa aku pernah menyukainya.
Aku sangat sadar bahwa aku dan Fikri mempunyai perbedaan besar, tapi apa tak mungkin ada hal yang bisa menyatukan kita? Tetapi jika dia sendiri yang meminta ku untuk pergi maka dengan senang hati aku akan melakukan hal apapun demi dirinya.
Aku pun berjalan sendirian menuju kantin dengan melewati arah lapangan basket, sama sekali tak terfikir kalau Fikri akan ada di sana hingga suara seseorang membuat ku sadar dari lamunan ku.
"Kamu mau kena bola disitu?!" kata Dion, teman Fikri.
"Udahlah gapapa, orang nggak kena kok. Kamu gapapa?" Fikri kemudian menghampiriku, dan melempar senyum indahnya.
Kembali dalam lamunan ku, apa benar sosok di depan ku ini adalah Fikri Putra, cowok yang selama ini aku kejar dalam lamunanku.
"Kok malah ngelamun?" Fikri melambaikan tangannya di depan wajahku.
"Eh, gapapa kok. Duluan ya," Aku terkejut saat jarak kami sedekat ini, hingga yang aku pikirkan hanya pergi dari hadapannya.
Kemudian aku berlari menuju kantin dan memesan makanan seperti biasa, aku sangat terkejut dengan kehadiran dia secara tiba-tiba di hadapan ku dan kemudian menanyakan kondisi ku tetapi aku kembali sadar bahwa aku harus cepat-cepat melupakan semua hal tentang dia daripada nantinya mendatangkan masalah yang lebih rumit di kemudian hari.
"Hay La, udah lama ya," Sasa kemudian bergabung di meja ku.
"Udah pesen duluan aja nih," Ternyata Tasya juga ada disini, dan Zaskia juga.
"Kamu kenapa sih La?" tanya Zaskia.
"Kylaa Setyodwingga!" teriak Tasya didepan wajahku.
"Eh apaan si kalian," gumam ku.
"Kamu yang apaan, di ajak ngobrol daritadi malah ngelamun, ada apa sih?" Sasa menggoyangkan badanku supaya aku meresponnya.
"Gapapa kok, udah yuk makan," jawabku.
Kunikmati setiap detik yang tersisa bersama mereka, saat ini udah memasuki masa Ulangan Akhir Semester yang berarti sebentar lagi kita akan naik ke kelas 3 SMK dan setelah itu kami di hadapkan pada pertanyaan bahwa mau lanjut kuliah atau langsung kerja dan sudah pasti kita ber-empat akan terpisah di daerah orang tua masing-masing.
Sasa bilang kalau dia akan melanjutkan kuliah di Bogor, Tasya akan bekerja di perusahaan kakeknya di Bojonegoro, Zaskia akan membantu bisnis papanya di daerah Pontianak, dan aku ? Aku akan mencari jati diri ku di China.
Itulah yang selama ini aku inginkan, bebas dari semua tekanan dan hal yang menyulitkan. Aku ingin belajar mandiri setelah lulus dari SMK, mungkin itu juga yang di inginkan oleh Papa dan Mama untuk membiarkanku mengejar cita-cita seperti yang aku mau dengan salah satu syarat bahwa aku tidak akan macam-macam di negeri orang.
Sebetulnya kak Nabil bisa aja mengejar cita-citanya ke Amrik, sudah tujuannya dari kecil untuk melanjutkan pendidikan dan mendapat keluarga di sana. Tapi entah kenapa dia memilih berada di Palembang menemani ku.
Saat sampai di rumah aku bergegas untuk mandi dan ganti baju, aku ingin istirahat sebentar setelah banyak kejadian yang tak terduga seharian penuh, aku mulai memejamkan mata dan hanyut dalam suasana yang indah.
Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu, ternyata aku terlalu lama hanyut dalam fikiranku sendiri dan tertidur sangat nyenyaknya.
"Bangun La, ayo makan dulu," kak Nabil membangunkanku dengan lembutnya.
"Jam berapa ini Kak?" tanya ku dengan berusaha bangun dari tempat tidur.
"Udah jam 8 malam, waktu kakak datang Bibi bilang kamu belum makan," jawabnya.
"Malam sekali kakak pulang, di antar siapa?" Aku mulai beranjak duduk dari ranjang.
"Di jemput pak Yanto kok tadi, udah jangan khawatir, ayo makan dulu kakak bawakan nasi goreng kesukaan kamu."
"Turun duluan aja kak, aku mau bersih diri dulu, masa habis tidur langsung makan."
"Yaudah kakak tunggu di meja makan, kamu jangan lama-lama udah malam ini," kak Nabil beranjak dari kamarku.
"Iya kak."
Aku baru sadar kalau sedari pulang sekolah tadi aku belum mengisi perut ku, tapi entah kenapa aku tidur dengan pulas dan bangun dengan keadaan sedikit tenang walaupun masih ada kemungkinan bahwa mimpi tak seindah kehidupan asli kita.
Setelah itu, aku langsung turun ke meja makan buat makan bersama kak Nabil, udah lama aku nggak makan bareng karena dia selalu pulang malam entah apa yang di kerjakan hingga dia juga jarang ada di rumah, terlebih kalau Mama sama Papa pulang.
Saat sedang ngobrol dengan kak Nabil, hp ku berbunyi dan saat aku angkat itu adalah nomor Helen dan dia berbicara dengan terbata-bata.
Aku memutuskan besok akan menemui dia di tempat yang sudah jadi tempat tujuan kami.
____________________________________
Kira-kira apa yang terjadi dengan Helena ? Dan apa kejadian selanjutnya yang membuat Kyla menyesali kedatangan nya.
Cek next chapter ya 😉.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunting Breath (END)
Teen FictionKetika seluruh remaja merasakan nikmatnya dunia, bermain hingga tak kenal waktu. Disinilah hadir sosok Kyla yang akan menggapai semua impiannya, dengan kerja keras dan semangat dari laki-laki yang akan membimbingnya menjalani kehidupan di kota Palem...