Bagian 8 (back to calm down)

70 44 4
                                    

"Oh Helen, semoga engkau tenang di sana, dan mendapatkan balasan atas kebaikan yang selama ini kamu perbuat."

Sudah satu minggu sejak kepergian Helen pada hari itu, entah mengapa perasaan menyesal dan kecewa selalu datang menghantui ku, bahkan saat tertidur pun aku sering bermimpi bermain bersama helen.

***
"Jam berapa kita jadi ke rumah orang tua Helen?" tanya
Sasa di grup.

"Sekitar jam 1 siang aja gimana? Gue ada janji sama nyokap soalnya," kata Tasya.

"Oke deh jam 1 aja, lagian rumah orang tua Helen juga nggak terlalu jauh," lanjut ku.

***
Kyla POV

Butuh berapa lama lagi hingga kebenaran Helen bisa terungkap di hadapan semua teman-teman? Ah pusing aku terlalu memikirkan pertanyaan tersebut, apa sudah saatnya bicara jujur mengenai kebenaran yang terjadi di hari itu? Hari di saat helen mengungkapkan perasaan nya ke Fikri.

Apa yang menjadi penyebab kebencian Jenny terhadap ku? Apakah aku salah mencintai orang yang belum mempunyai pasangan? Salah kah?

Pagi berganti siang, matahari pun mulai perlahan menghilang dibalik awan yang tebal, siang ini kami akan berkunjung ke rumah orang tua Helen, dan di sana kami akan meminta maaf atas tragedi yang telah terjadi pada putri nya, meskipun itu bukan murni kesalahan kami, tapi kami tetap merasa bertanggung jawab atas kejadian itu.

***
"Kak Nabil" panggil ku.

"Sebentar, kakak ganti baju dulu," ujar nya.

Setelah 5 menit pun mereka duduk bersama diselingi perbincangan atau omelan, sudah lama sekali mereka tidak berada pada kegiatan seperti ini, menonton film dan makan camilan kesukaan bersama.

"Kak, Kyla mau cerita nih." 

"Ada apa hm? Sudah lama sekali kamu tidak bercerita apapun pada kakak," jawab kak Nabil.

"Hihiii, iya kak. Jadi begini, 1 minggu yang lalu Helena meninggal akibat kecelakaan, dan pada saat itu aku dan temen-temen ngajak dia buat kumpul di cafe biasanya, tapi entah gimana si jenny juga ada di sana, dan aku baru menyadari kalau Helena sudah pergi dari tempatnya berdiri, ketika aku berlari menyusulnya dia sudah terkapar di jalan," sambung ku.

"Masya allah, sahabat kamu itu? Kenapa bisa ceroboh gitu Ky?" tanya kak Nabil.

"Bukan ceroboh Kak, cuma sebenarnya kita mau meluruskan masalah di sana, tapi mungkin Helena sudah trauma dengan keberadaan si Jenny," jawab ku.

"1 minggu yang lalu? Jadi hari ini harusnya kalian pergi ke rumahnya kan?" lanjut kak Nabil.

"Iya kak, jam 1 nanti kita semua rencana mau ke rumah orang tua Helena, sekalian mau minta maaf juga," jawab ku.

"Yaudah, kamu istirahat dulu aja di kamar, biar nanti nggak kecapekan," tukas kak Nabil.

"Iya Kak, Kyla ke kamar dulu ya," lanjut ku.

***
Setelah pembicaraan singkat itu pun, Kyla beranjak ke kamar nya, menyendiri dan berkutat dengan fikiran nya, mengenai dunia dan imajinasi nya.

"Sang matahari pun, perlahan menghilang
Apalagi sang cahaya, ia pun sudah tergantikan
Apakah sudah saatnya untuk melupakan mu ?
Apakah aku bisa melakukannya ?
Tapi apa daya ku, jika kamu adalah sang matahari itu
Bagaimana hidup ku akan berjalan tanpa cahaya mu".

Sebuah kalimat yang aku tulis di lembaran kertas, memulai imajinasi ku untuk kembali menulis semua hal mengenai dirinya, sang cahaya ku.

Ah sedih sekali melihat diriku sekarang, hingga aku berfikir untuk pergi dan menjauh dari semua orang yang aku kenal, aku ingin bebas dan tanpa di bawah pengaruh orang lain, bisa kah? Aku berharap itu bisa terjadi.

______________________________

Sedih banget ya jadi Kyla, kasi semangat dong buat dia, dengan cara tinggalin kesan kalian di kolom komentar.

See you next chapter 🤗.

Hunting Breath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang