Bagian 29 (give up hope)

10 1 0
                                    

"Kan tadi udah minta maaf waktu di kantin," Aku langsung menoleh menghadapnya, hingga jarak kami kini sangat dekat dan aku bisa merasakan hembusan nafasnya.

***

Jika waktu bisa dihentikan barang sejenak saja, aku ingin terus mengamati cowok di depanku. Meneliti setiap guratan wajahnya, yang tak asing dalam hidupku.

"Woyy!!! Apaan nih" Seseorang menggebrak meja di hadapanku, membuatku terkejut dan minuman ku tumpah. Siapa lagi kalau bukan Zaskia dan teman-temannya. Mereka mengganggu ketenangan hidupku lagi.

"Maaf, Anda siapa ya? Seenaknya ganggu orang aja," Aldi kemudian berdiri.

"Eh-eh maaf, nggak bermaksud buat ganggu kamu kok," Kali ini Sasa yang bersikap sok manis.

"Cihh!!," gumam ku.

"Maksud kamu apa bilang gitu Ky?" Zaskia menarik tangan ku, namun Aldi membebaskan tanganku dengan menghempas tangan milik Zaskia.

"Lebih baik kalian pergi, Kyla lagi makan jangan ganggu!" 

Apa apaan ini, kenapa Aldi membelaku terang-terangan!

"Ooh, jadi sekarang tuan putri udah dapet babu baru," Zaskia kemudian tertawa terbahak-bahak dan membuat seluruh murid di kelas memperhatikanku.

"Jaga omongan ya Zas! Nggak usah bangga deh jadi anak pelakor!!" Aku membiarkan emosi mengendalikanku, tapi aku merasakan Aldi menggenggam erat tanganku dan kemudian menarik tangan ku untuk mengikutinya.

Dan sekarang aku dan Aldi ada di taman belakang sekolah, cukup indah namun sedikit menakutkan, ada beberapa tanaman yang tumbuh liar di sekitar pagar belakang.

"Kamu kok tau tempat menakutkan gini si? Tau dari mana?" tanya ku heran.

"Ya tau aja, buktinya kita udah sampai sini," jawab Aldi sambil beranjak mengambil kursi.

"Oh," jawab ku singkat.

"Terus kita mau ngapain disini? Kan aku tadi lagi makan roti!" lanjutku.

"Eh iya maaf, kamu belum sarapan emang?" tanyanya.

"Belum, makanya tadi aku lagi makan di kelas," Ah, bisa-bisa aku nggak makan sampai jam pelajaran selesai!

"Kalau gitu kamu tunggu sini, aku beliin makanan," Aldi kemudian bangkit dari duduknya dan berlari meninggalkanku di tempat sepi ini.

"Aldi!!!" teriakku.

"Tunggu bentar aja," Terlihat dia menengok ke arahku dan kemudian menyatukan kedua tangannya sembari meminta maaf karena menabrak siswa di depannya, dasar Aldi!

Sebenarnya taman ini tak begitu sepi, ada beberapa siswa baru yang sedang mengerjakan tugas di sana. Juga ada seorang siswi yang duduk sendirian, mungkin dia memiliki nasib yang sama sepertiku untuk saat ini.

Kenapa aku belum pernah ke taman ini selama aku sekolah di sini. Aku hanya menghabiskan waktu bersama Zaskia dkk tanpa pernah tahu keadaan sekeliling dan ingin berbenah atau sekedar melirik siswa lain, banyak pelajaran yang bisa diraih dari kesendirian, sifat mandiri dan lebih punya banyak waktu untuk diri sendiri.

Bel pelajaran selanjutnya akan berbunyi, dimana Aldi? Apakah ia membohongiku dan meninggalkanku sendiri disini?

"Aku nggak akan ninggalin kamu kok. Tadi rame banget di kantin, jadi agak lama pesen makanannya. Nih, aku bawain nasi goreng sama es teh. Gapapa kan, Cuma ini?" tanyanya.

"Gapapa kok, makasih. Terus kamu nggak makan juga?" Aku hanya melihat Aldi membawa sebungkus nasi goreng dan dua plastik es teh manis.

"Kamu makan aja, aku masih kenyang," Aldi meminum es teh manisnya dan menyandar pada sandaran kursi sembari memejamkan mata.

"Awas ada burung lewat," godaku.

Jika aku menolak pemberian Aldi, maka yang ada aku akan kelaparan sepanjang pelajaran terakhir berlangsung. Akhirnya aku mengambil makanan itu dan segera menyantapnya, dengan sesekali melirik cowok yang dengan santainya menengadah menghadap langit. Aneh? Memang.

Mungkin Aldi adalah cowok pertama di hidup ku yang punya tingkah aneh seperti ini. Beda seperti kak Fatih. Ah, bagaimana kabarnya? Sejak dia mengantar ku pulang setelah pemakaman kak Nabil kami jarang tukar kabar lewat chat maupun ngobrol langsung.

Beberapa menit kemudian bel tanda pelajaran selanjutnya berbunyi, aku membereskan bungkus makanan dan membuangnya ke tempat sampah, beranjak berdiri dan berjalan meninggalkan Aldi sendirian dengan posisi yang masih sama, mungkin dia ketiduran?

Saat aku masuk ke kelas, banyak obrolan yang menyangkut pautkan namaku dan Aldi. Kemudian Aldi menyusulku dari belakang dan mengoceh tidak jelas!

"Eh, kamu kok tega si ninggalin aku di sana tadi. Kalau ada yang nyulik aku gimana? Kalau ada burung terbang di atas ku terus jatuhin pu-."

"Udah deh, duduk dulu. Pak Desta udah masuk tuh," Aku menarik tangan Aldi dan menyuruhnya untuk tenang.

"Apaan si Ly," Aldi pun menurut untuk duduk tenang, setelah ribut karena ditinggal di taman sendirian.

"Nama ku Kyla, kok jadi dipanggil Ly si?," protes ku.

"Lyly."

"Kyla, nama ku Kyla bukan Lyly," Aku mencubit lengannya karena seenaknya mengganti nama orang.

"Aduuh, iya iya Lyly," godanya.

"Terserah dehh."

***

Akhirnya pelajaran hari ini telah usai, meskipun begitu Aldi tetap saja mengikutiku mulai dari keluar kelas hingga di tempat parkir. Bukan mengganggu, lebih tepatnya sedikit risih dengan tingkah lakunya.

"Apaan si kamu ngikutin terus? Ada barang yang kebawa sama aku?" Aku berhenti sejenak, dan kurasa Aldi masih mengikutiku. Saat aku menghadap ke belakang, ternyata dia sudah meninggalkan tempatnya.

Ah, dasar Aldi!!!

Hari-hariku akan berjalan seperti sekarang, akan diputar dan terus berputar. Melewati terbitnya matahari hingga sampai terbenam kembali, menyuruh angin untuk tetap berhembus dan melewati setiap pepohonan yang rindang.

"Lagi-lagi sendirian!"

Sejak aku meninggalkan latar parkiran sekolah, aku merasa ada seseorang yang mengikutiku atau bahkan lebih. Tapi bukankah itu hanya perasaan gelisah yang bercampur dengan sedikit amarah? Akhirnya aku tetap melanjutkan perjalanan untuk segera kembali ke rumah.

Aku sampai di rumah tepat pukul 2 siang, merebahkan tubuh sejenak kemudian membersihkan diri dan makan siang. Rencana kali ini adalah mengurus segala keperluanku di daerah asing yang akan menjadi tempat tinggalku.

"Tuhan, biarkan aku menjalani segala alur yang telah kau buat untuk kehidupanku

Berikan segala yang kau punya untuk melindungiku saat ini."

Kita boleh berharap untuk kehidupan bukan? Tentang keluarga kecil dan sederhana. Ataupun rumah mewah yang ditinggali gadis remaja sendirian.

____________________________________

See you next part ....

And enjoy this video.


Hunting Breath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang