Bagian 30 (decision) The End

15 1 0
                                    

"Kita boleh berharap untuk kehidupan bukan? Tentang keluarga kecil dan sederhana. Ataupun rumah mewah yang ditinggali gadis remaja sendirian."

***

Aku merasa ada hal aneh yang terjadi, entah sebuah firasat atau sebuah kenyataan yang akan terjadi.

Saat aku terbangun dari tidurku, aku melihat seluruh ruangan berwarna putih dengan aroma obat-obatan menyengat dan beberapa orang mengelilingiku, ada apa ini?

Suhu ruangan terasa sangat dingin dan mencekam, tubuhku sangat lemas dan tak bisa  digerakkan. Aku memandangi seluruh isi ruangan, dan terhenti pada sosok yang ada di sebelah kanan ranjang pasien.

Lihatlah di sekelilingku, Mama, Papa, kak Nabil dan semua temanku ada disini. Apa ini semua mimpi? atau hanya gurauan Tuhan dalam mimpiku untuk membuat rasa bersalah dan kecewa semakin menjadi.

"Sayaang, kamu sudah bangun nak?" Itu adalah suara Mama, suara yang cukup familiar tetapi sedikit serak.

"Ky...," Kak Nabil? Ini suara kak Nabil bukan? Apa yang terjadi sebenarnya?

Perlahan aku mendengar suara dentuman sepatu mengarah ke ruangan ini, lebih tepatnya sedikit berlari. Dan seluruh isi ruangan menjadi sedikit memancarkan kehidupan.

Aku merasakan jarum suntik tepat di lenganku, membuatku sedikit mengantuk dan akhirnya kembali kedalam sebuah mimpi indah. Di dalam mimpi itu, aku bertemu dengan kedua laki-laki yang sempat menolong hidupku. Mereka adalah kak Fatih dan Aldi, berjalan ke arahku dan saling menggenggam tangan satu sama lain hingga mereka mengucapkan "Selamat tinggal Kyla"

***

Hembusan nafas terasa di tanganku dan ketika aku melihat siapa yang berbaring di sisiku, aku melihat kak Nabil sedang terlelap dengan raut wajah yang menunjukkan kecemasan. Apa ini semua adalah mimpi? Atau yang baru saja terjadi adalah mimpi yang sebenarnya? Dan kenapa aku ada di ruang serba putih ini? Semua pertanyaan itu membuat kepalaku pusing seketika.

Aku tak sengaja menarik tanganku, hingga membuat kak Nabil terbangun. 

"Ah, Kyla. Kamu udah sadar? Kakak panggilkan dokter dulu ya," kak Nabil bergegas keluar ruangan dan mencari dokter, kemudian kembali bersama dokter dan juga mama papa.

Dokter itu perlahan memeriksaku, hingga berujar "Alhamdulillah, pasien sudah sadar sepenuhnya. Jangan terlalu banyak ditanya dulu, yang ada akan membuat pasien kebingungan." Dokter itu pun pergi, meninggalkanku dengan seluruh keluargaku.

"kak Nabil?" Aku mencoba untuk memanggil nama itu, dan yah berhasil!

"Ya Kyla? Kakak disini, ada apa sayaang?" Pelukan hangat yang aku rasakan, hingga aku menangis sesenggukan.

"Kamu kenapa sayang?" Kini giliran Mama yang memelukku, entah berapa lama aku tak pernah merasa senyaman dan setenang ini.

"Kyla takut maa...."

Mereka saling pandang, mungkin mereka merasa aku aneh atau apa aku tidak tau. Setelah itu, mereka meninggalkanku hanya berdua dengan kak Nabil. Kedua orang tua ku bilang, bahwa mereka akan menemui dokter untuk konsultasi.

"Kamu kenapa Ky? Apa yang kamu takutin?" kak Nabil berusaha menenangkanku, mengecup puncak kepalaku dan  memegang erat tanganku.

"Kakak jangan pergi lagi," ucapku pelan.

"Nggak ky, kakak selalu disini, kamu tenang aja. Kakak temui dokter dulu ya, kamu istirahat dulu," kak Nabil meninggalkan ruangan nuansa putih ini.

Fikiranku terus bergelayut dalam sebuah emosi, ketidakadilan ataukah keberuntungan yang aku dapatkan sekarang? Semua terlalu nyata untuk dinyatakan sebagai mimpi. Tuhan... tolong buat semua menjadi kenyataan, biarkan aku tumbuh bersama keluargaku yang utuh, tanpa ada sedikitpun gambaran dari masa lampau.

Jarum detik terus berputar, berdenting dengan sangat teratur, mengisi kesunyian ruangan hingga sesekali terdengar dentuman sepatu dan orang berlarian, tapi tak ada yang datang kembali menemuiku, pelan dan pelan hingga aku kembali dalam mimpi tadi.

***

Terdengar suara berisik di sekelilingku, sunyi tapi berisik, itu yang aku rasakan. Terbangun dari mimpi yang tak pasti, dan kembali dalam dunia nyata dan fakta.

Kak Nabil menceritakan, ketika akan membangunkanku untuk makan malam, aku tidak berusik sama sekali dan membuat seluruh rumah khawatir, menunggu selama beberapa jam dan coba membangunkanku, hingga memutuskan dirujuk ke rumah sakit, dan disinilah aku berada saat ini.

Semua yang terjadi adalah mimpi, perceraian Mama dan Papa, Kematian kak Nabil, hingga keberadaan kak Fatih, dan Aldi.

Frustasi aku dibuatnya, rasa jatuh cinta, rasa kehilangan, dan rasa kesepianku, itu semua hanya mimpi? Drama apa yang dibuatkan tuhan untukku?

Hingga kemudian satu persatu keluarga terdekat menghampiriku, perlahan aku menceritakan semua yang aku alami, hingga dokter pun ikut menyimak apa yang kusampaikan. Hingga semua berkata, "Lucid Dream"

Yahh, aku mengalaminya. 



-------------------- THE END --------------------


Hunting Breath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang