Bagian 28 (my plan)

3 1 0
                                    

Kalung emas tadi sangat indah, aku putuskan untuk mengambilnya dan beranjak ke depan cermin. Kalung ini sangat indah dan akupun memakainya, berharap bahwa aku akan tetap merasakan keberadaan dan dukungan mama walaupun tak bersamanya.

***

Pada dasarnya, semua pemberian orang lain itu sangat berharga, dan nilai barang itu semakin berharga jika diberikan oleh orang yang berharga pula. Bahkan lebih indah jika barang itu pemberian dari orang yang kita sayangi.

Arti kata sayang bukan hanya sebagai hubungan antara sepasang kekasih atau dua orang yang bertemu secara tak sengaja yang sering disebut takdir. Kita berhak menyayangi siapapun, juga berhak mendapatkan kasih sayang dari siapapun.

Hari ini kita bisa memutuskan akan menjadi apa juga siapa di masa yang akan datang. Tapi, Tuhan akan membawa kita ke masa yang paling indah hingga kemudian membawa sebuah ujian sebagai petaka atau kejutan.

Dan yang aku dapatkan sekarang adalah kejutan dari sang Pencipta, besok aku harus mulai menjalani kehidupanku kembali. Walau semua sudah terasa asing dan begitu memuakkan untuk dilakukan, tapi ada beberapa hal yang harus aku lakukan untuk kehidupan masa depanku. Dan itu, dimulai dari esok.

***

Ketika bangun, aku merasakan seluruh ruang terasa sangat penuh dengan bekas dari kesedihan yang ditinggalkan oleh pemilik rumah. Pagi ini berbeda dari biasanya, yang sebentar lagi aku akan meninggalkan rumah ini untuk mencari mama.

Waktu menunjukkan pukul enam pagi, aku bergegas mandi dan berangkat ke sekolah. Kali ini aku tak bisa mematuhi perintah Papa untuk tidak membawa mobil ke sekolah, jika mencari taksi kemungkinan besar aku akan telat dan mendapatkan hukuman.

Dua puluh menit berlalu untuk bersiap diri, mungkin aku akan sarapan di kantin jika sempat. Saat kupastikan seluruh rumah sudah aman, aku melakukan perjalanan ke sekolah, biasanya ada pak Yanto yang mengantarkan ke sekolah dan bi Sri yang membuatkan makanan saat pagi hari, juga tentunya sapaan singkat dari kak Nabil, tapi semua itu tentang waktu lampau.

Belum genap satu minggu kak Nabil pergi dari dunia ini, tapi rasanya aku ingin lekas menyusulnya dan menanyakan siapa yang tega membunuhnya. Lalu bagaimana dengan semua usaha mama untuk membuatku tetap bertahan walau dengan kesulitan saat ini. Dan aku tak akan menghianatinya.

Saat sampai di sekolah entah perasaanku saja atau semua siswa dan guru sedang menatapku saat turun dari mobil. Ada apa dengan mereka? Apa maksud dibalik tatapan mereka itu?

"Lihat deh, kakaknya udah meninggal dan dia hidup sendirian sekarang."

"Kasian ya, ada yang bilang Kyla yang menyebabkan kematian Helena."

"Dia bukannya udah nggak sama gengnya Zaskia?"

"Denger-denger mereka udah bubar."

Bisa gila aku kalau denger omongan mereka terus, dan aku baru ingat tentang Zaskia. Aku belum sempat buat perhitungan kepadanya. Apa yang dilakukannya harus mendapatkan hukuman yang setimpal dan tak akan pernah bisa dilupakan walau sedetik saja.

Lebih baik aku bergegas pergi dan menuju kantin, masih ada sedikit waktu yang tersisa sebelum bel tanda masuk berbunyi. Setibanya di kantin, aku memutuskan untuk membeli roti coklat dan susu vanilla. Ketika balik badan, aku tak sengaja menabrak cowok dan makanan yang ia bawa tumpah.

"Ah, sorry. Aku nggak liat tadi waktu balik badan, biar aku ganti makanannya," Aku mengambil makanan yang jatuh itu, lebih tepatnya sandwich yang dibungkus kertas minyak.

"Biarin aja, aku udah makan sedikit kok," Cowok itu mengambil alih sandwich yang sudah jatuh, dan membuangnya ke tempat sampah.

"Sekali lagi minta maaf ya, aku harus ke kelas dulu, bel udah bunyi," Aku segera meninggalkan cowok itu dan sedikit berlari menuju kelas.

Hunting Breath (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang