duapuluhsatu

1 0 0
                                    

"alhamdulillah, darah mas arkan cocok dengan darah mbak retha". ucap seorang suster.

"alhamdulillah, yasudah sus cepat donorkan darah saya pada retha". ujar arkan

setelah arkan mendonorkan darah nya pada retha dan membayar semua biaya rumah sakitnya, arkan diperbolehkan untuk masuk kedalam ruangan icu.

saat telah memasuki ruangan itu, arkan tidak tega melihat retha yang terkapar diranjang rumah sakit dengan alat alat yang menempel di tubuhnya.

arkan menghampiri retha yang masih setia menutupkan matanya, arkan duduk di kursi samping brankar dengan menggenggam tangan retha.

"andai aku tha yang ada diposisi kamu, aku nggak tega liat kamu kaya gini. sayang..bangun ya, buka mata kamu aku disini nungguin kamu kalau kamu bangun aku janji deh mau nurutin apa pun yang kamu mau". gumamnya sendu masih dengan menggenggam tangan retha.

tiba tiba saja suara deringan dari ponsel retha yang berada di meja samping brankar itu pun berbunyi. arkan segera mengambil ponsel milik retha dan dilayar ponsel itu terdapat nama artha yang tengah menelfonnya, arkan pun mengangkat telfon dari artha.

"halo dek, lo dimana?".

"ini gue arkan".

"oh elo, retha dimana?".

"retha.. dirumah sakit".

"apa? dirumah sakit? siapa yang sakit ar?".

"retha, dia tadi kecelakaan didepan cafe. lebih baik lo kesini aja dulu nanti gue jelasin dia sekarang ada di ruang icu".

"gue otw".

setelah sambungan telefon terputus, arkan mengembalikkan ponsel retha ketempat semula.

tidak membutuhkan waktu yang lama, artha pun datang kedalam ruangan icu

"ini kenapa, jelasin ar". ucap artha dengan menatap retha sendu.

arkan pun menjelaskan semuanya.

"pasti ini semua ada yang ngerncanain ar"

"gue juga mikir gitu".

"gue harus selidikin ini semua, gue harus cari tau. gue titip adek gue dulu ya". artha pun langsung melenggang pergi dengan emosi.

arkan kembali menatap retha yang masih setia memejamkan matanya.

"aku sayang sama kamu". ucap arkan dengan meneteskan air matanya yang membasahi tangan retha yang tengah ia genggam.

namun siapa sangka jari jemari retha bergerak perlahan, arkan yang menyadari akan hal itu langsung saja memanggil retha berulang kali dengan senyuman.

"retha sayang". ucapnya berulang kali

dan secara perlahan mata retha pun terbuka, arkan pun tersenyum lebar menatap retha.

"alhamdulillah sayang kamu udah bangun". ucap syukur arkan

namun beda dengan retha, ia merasa bingung menatap seorang laki laki yang juga menatapnya. ada apa?

"aku dimana?". ucapnya lemas sambil celingukan kanan kiri

"kamu dirumah sakit sayang". ujar arkan sambil menangis bahagia.

"sayang? kamu siapa?". ucap retha sambil memegang kepalanya

degggg

arkan diam mematung menatap retha, ada apa ini? apa maksutnya?

"aku arkan sayang, pacar kamu". ucap arkan sambil menatap retha tak percaya

"maaf. seingat aku, aku belum pernah pacaran". perkataan retha mampu membuat jantung arkan bergemuruh

"kamu jangan bercanda deh yang, aku serius tapi kamu malah bercanda kaya gini, aku gak suka". ujar arkan yang mampu mrmbuat retha semakin bingung dibuatnya

"tapi aku gak tau apa ap-". ucapannya terpotong kala kepalanya terasa sangatlah sakit.

"awhh, sakittt". teriaknya sambil memegangi kepala nya, arkan yang cemas pun memanggil dokter.

"dokter, dokter". teriak arkan, dokter pun masuk kedalam ruangan itu.

langsung saja dokter risa pun mengecek keadaan retha, yang ternyata retha sudah memejamkan matanya kembali.

"dok mengapa retha tidak mengingat saya. ada apa?". tanyanya

"maaf mas arkan, setelah saya mengecek keadaan mbak retha, ternyata karna benturan dibagian kepala cukup keras hal itu mengakibatkan mbak retha mengalami amnesia". jelas dokter risa

degg

arkan menatap dokter risa tak percaya. "a.. amnesia?, jadi dia tidak mengingat kejadian yang baru saja menimpanya?". ucapnya gugup

dokter risa pun mengangguk, "kurang lebihnya seperti itu, dia hanya mengingat sebagian kejadian dari masa lalunya".

arkan pun mengacak rambutnya frustasi, dia memukul mukulkan tanganya ke dinding ruangan itu.

"yasudah, mbak retha akan segera kami pindahkan keruang inap karna sekarang ia dalam masa pemulihan". arkan pun mengangguk dan keluar dari ruangan itu


*****

~arretha~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang