Chanyeol duduk di pinggir ranjang dengan bertelanjang dada sambil menatap wajah terlelap Irene. Kulit wajahnya yang putih, bulu matanya yang walaupun tidak terlalu panjang tapi sangat lentik dan bibir tipisnya yang kemerahan. Wanita itu benar-benar terlihat seperti malaikat yang sedang tertidur.
"Apakah berlebihan jika aku berharap kita bisa membangun rasa seperti secangkir kopi dan segelas susu?"
Chanyeol bertanya-tanya apa kesalahan yang ia perbuat di kehidupan sebelumnya hingga di kehidupannya saat ini, ia ditakdirkan berputar-putar di kehidupan seorang wanita tanpa pernah bisa memilikinya.
Jika kisah mereka adalah buku karangan seorang penulis, Chanyeol ingin menghapus namanya dari buku itu dan mulai menulis ceritanya sendiri. Ia akan menuliskan sebuah kehidupan yang biasa-biasa saja dengan akhir yang bahagia.
"Aku tahu kita tidak akan memiliki akhir yang bahagia," Chanyeol menyingkirkan anakan rambut Irene ke belakang telinganya. "Tapi biarkan aku menikmati waktu ku dengan mu untuk saat ini."
Pria itu pergi setelah membenahi selimut Irene dan memberikan wanita itu kecupan ringan di pelipisnya.
☕☕☕
Sehun menyesap kopinya sambil sesekali mencuri pandang ke arah jendela. Hari ini matahari bersinar begitu terang, tapi aura diantara ia dan Chanyeol terasa sebaliknya, gelap.
"Tidak kah kau memiliki hal untuk dikatakan padaku?" tanya Sehun setelah keheningan panjang itu mengganggunya.
"Tidak," jawab Chanyeol. Ia kemudian menatap balik Sehun. "Bukankah kau yang memiliki banyak hal untuk dikatakan padaku?"
"Apa maksud mu?"
Chanyeol diam.
"Kau membuang-buang waktuku," Sehun mendengus frustasi. Ia bangkit setelah melihat Chanyeol yang tetap diam sementara benaknya dipenuhi banyak tanya. Demi Tuhan, mereka sudah duduk berasama selama tiga jam, tapi sepertinya Chanyeol masih enggan untuk mengatakan kenapa ia mengajaknya bertemu. "Aku pergi."
"Sampai bertemu lagi, Dokter Oh."
Sehun membalikkan badan dengan ekspresi terkejut. Tidak pernah ia bayangkan Chanyeol akan memanggilnya dengan sebutan Dokter Oh setelah kecelakaan itu.
Sesuatu pasti sudah terjadi, batin Sehun.
"Reaksimu berlebihan," Chanyeol tersenyum kecil.
"Apa katamu?"
Chanyeol mendecih tanpa menjawab pertanyaan Sehun. "Pertemanan kita yang sejernih air, kau membuatnya menjadi lebih pekat dari segelas espresso."
"Aku memiliki alasan-"
Belum sempat Sehun menyelesaikan kalimatnya, Chanyeol lebih dulu memotong dengan. "Jabatan bukan alasan untukmu menjadi seorang pembunuh."
Di detik berikutnya ketika kalimat itu meluncur dari mulut Chanyeol, Sehun menarik kerah pria itu dengan amarah yang berkumpul di wajahnya.
☕☕☕
Dua minggu sebelumnya..
Bangunan itu sudah ditinggalkan selama bertahun-tahun, tapi kehangatan dan segalanya masih sama seperti yang Chanyeol ingat.
"Kopi anda tuan muda,"
Chanyeol menoleh lalu mengucapkan terimakasih setelah mengambil gelasnya. Ia menghirup aroma yang begitu familiar sambil tersenyum, "Hacienda la Esmeralda? Kau masih sering pergi ke pelelangan kopi?"
"Tidak selalu. Hanya sesekali saat saya merasa sehat. Karena kaki saya tidak sekuat dulu,"
"Jika kau pernah pergi ke pelelangan setelah kecelakaan ku, bukankah, meski hanya satu kali setidaknya kita pernah bertemu?" tanya Chanyeol.

KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE FRAGRANCE
FanfictionChanyeol hanya uap di gelas kopi Irene yang akan hilang tanpa jejak, tanpa pernah diingat.