Makanan mahal tidak selalu dapat membangkitkan selera. Apalagi ketika hati dan pikiran sedang kacau. Itu yang Chanyeol alami. Pria itu tidak bisa merasakan apapun ketika ia mencoba memindahkan makanan dari piring ke dalam mulutnya. Hambar.
Dan dari sekian banyak alasan, Chanyeol memilih rindu.
Ia kehilangan semangatnya hanya karena merindukan seseorang. Irene lenyap. Wanita itu hilang tanpa kabar dan menyebabkan kerinduan Chanyeol seperti penyakit kronis. Menggerogoti hatinya tanpa ampun. Menyisakan ruang hampa yang amat lebar.
Kerinduan itu juga menyebabkan Chanyeol kehilangan akal hingga ia mendatangi Richard untuk mengajukan pertanyaan, "Apa kau tahu dimana Irene?"
"Ada apa Chanyeol?" Richard memutar tubuhnya dengan kerutan dalam di kening.
Chanyeol mengangkat bahu sambil menggeleng, "Tidak ada. Hanya penasaran," ia menatap Richard yang juga sedang menatapnya. "Karena aku terbiasa melihatnya merawat taman di kantor lama kita,"
"Terbiasa?"
Chanyeol tahu ia telah salah memilih kalimat. Bukankah Irene bekerja saat sore menjelang malam? Saat orang-orang sudah pergi? Bukankah aneh jika kalimat terbiasa melihatnya digunakan? "Ya.. Aku-" Chanyeol berpikir apa yang harus dikatakannya kepada Richard. "Eum, kau tahu.. aku sering pulang terlambat karena masih menyesuaikan diri denganya pekerjaan ini. Dan belajar hal-hal baru lebih lambat dari orang lain. So, yah. Aku sempat melihatnya beberapa kali,"
Richard hanya menganggukkan kepala sebagai respon.
"Atau jangan-jangan, Irene sudah keluar dari pekerjaannya?"
Pria itu menggeleng. "Tidak. Dia hanya sedang beristirahat. Setelah sembuh, Irene akan kembali bekerja."
"Dia sakit?"
Richard tersenyum tipis. "Aneh mendengar mu menanyakan kekasihku seolah khawatir seperti ini,"
"Ja- jangan salah paham. Aku hanya penasaran, seperti kataku diawal."
Seseorang mengetuk pintu ruangan itu dan langsung masuk setelahnya. "Direksi sudah menunggu mu di ruang meeting, tuan."
Richard beranjak, "Baik." Begitupun dengan Chanyeol yang mengikutinya dari belakang, tapi berhenti di depan pintu yang sudah tertutup karena ia akan kembali ke laboratorium.
"Jika keadaannya sudah membaik, kau boleh ikut dengan ku untuk menjenguknya," kata Richard sebelum pergi.
☕☕☕
Irene menyandarkan punggung dengan nyaman, matanya tidak bisa lepas dari buku yang sedang ia baca sebelum seseorang masuk dan menginterupsi kegiatannya.
Wanita itu mengarahkan matanya, mengikuti pergerakan orang yang sedang berjalan mendekati jendela. "Chanyeol menanyakanmu,"
"..."
"Nampaknya ia khawatir,"
Hening cukup lama sebelum Irene berkata, "Aku ingin berhenti."
Kalimat itu sukses membuat Richard berbalik menatap Irene. "Apa?"
"Aku tidak bisa melanjutkan ini. Aku tidak bisa melihat wajahnya,"
Richard mendekat dan duduk di pinggir ranjang Irene. Jari-jarinya menelusuri wajah cantik itu.
Bibir Irene bergetar, matanya berkaca-kaca. "Aku ingin berhenti, Richard." Kalimat Irene terdengar seperti sebuah permohonan.
"Ssstttt.. Tidak.. Tidak.." Richard memaksa Irene agar menatap matanya. "Kau tidak bisa berhenti. Tunggu sebentar lagi. Oke?" pelan kalimat Richard, tapi Irene tahu itu adalah sebuah ancaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE FRAGRANCE
FanficChanyeol hanya uap di gelas kopi Irene yang akan hilang tanpa jejak, tanpa pernah diingat.