Chanyeol berdiri di tengah keramaian dengan pakaian terbaik. Pemuda itu menatap lurus pada objek yang sejak tadi menyita seluruh atensinya. Objek yang memiliki nilai keindahan sangat tinggi. Seorang manusia. Gadis lebih tepatnya. Ah, bukan. Dia sekarang sudah menjadi seorang wanita dengan status sudah di miliki. Tapi bukan olehnya.
Lucu jika mengingat betapa ia mendamba wanita itu. Memujanya. Tapi tidak bisa memiliki meski sudah bersama bertahun-tahun lamanya.
Takdir memang se-brengsek itu.
"Chanyeol?"
Sejak tadi Chanyeol sudah berusaha tidak terlihat oleh siapapun. Tapi nyatanya wanita itu tetap bisa mengenalinya meski ia berdiri di tengah keramaian.
"Ku kira kau tidak datang?"
Chanyeol menatap mata itu lalu tersenyum. "Ini hari bahagia mu. Mana mungkin aku tidak datang,"
"Oh, ini kah Chanyeol? Yang sering kau ceritakan itu?" seseorang datang, berdiri di antara Chanyeol dan wanita dambaannya. Yang ditanyai menganggukkan kepala untuk jawaban dari pertanyaan itu.
"Aku harus pergi," kata Chanyeol.
"Kenapa buru-buru?"
"Ah- Um, ayah sedang menungguku di rumah."
Bohong. Yang dikatakannya adalah dusta. Pria tua yang Chanyeol sebut sebagai ayah tidaklah sedang menunggunya. Ia hanya mencari-cari alasan untuk pergi. Hatinya tidak bisa lebih lama lagi menerima hantaman demi hantaman menyakitkan karena seseorang yang kau impikan menjadi milik mu, nyatanya sudah dimiliki yang lain.
Chanyeol tidak sekuat itu untuk menghadapi kenyataan.
.
Hari itu untuk pertama kali dalam hidupnya, Chanyeol berkenalan dengan alkohol. Ia tidak tahu cara apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kesakitan dan membantunya bernapas dengan benar. Keadaan ini menghimpit dadanya. Terlalu sesak.
Ada yang pernah mengatakan bahwa alkohol adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan hidup. Chanyeol meyakini itu. Dan ia percaya apa yang diyakininya adalah benar, karena setelah berbotol-botol ia menenggak minuman itu, Chanyeol akhirnya merasa lega.
"Brengsek!"
Ia mendongak. Mencari tahu siapa pelaku dari perampasan botol di tangannya.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Gadis yang berdiri dihadapan Chanyeol kini tidak menjawab, tapi justru menenggak minuman dari botol yang di pegangnya sampai habis, kemudian duduk dengan nyaman.
"Kau benar-benar mencintainya, ya?"
Tidak ada jawaban.
"Se-istimewa itukah dia?"
Chanyeol dan gadis itu menoleh bersamaan, masing-masing mencoba menyelami pikiran manusia yang ada di depannya. Tapi gagal. Sorot mata mereka sulit dibaca dan dipahami satu sama lain.
"Sudah berapa lama kau menyukai ku?" tanya Chanyeol setelah hening menggerogoti malam mereka.
"Di hari pertama kau menatap mata ku," balas gadis itu.
.
Chanyeol mengerang sambil memegangi kepalanya sendiri. Ia merasa luar biasa pusing. Mungkin efek yang di timbulkan karena terlalu banyak menenggak minuman panas semalam.
Pemuda itu mencoba bangkit. Ia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang dan baru menyadari bahwa ia telanjang bulat, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.
"Shit!" umpat Chanyeol. Ia baru ingat apa yang dilakukannya semalam. Pemuda itu bergerak panik ketika ia tidak mendapati seorang gadis yang seharusnya terbaring di sampingnya. "Lil?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
COFFEE FRAGRANCE
FanfictionChanyeol hanya uap di gelas kopi Irene yang akan hilang tanpa jejak, tanpa pernah diingat.