BAB 18

298 22 7
                                    

Chanyeol menyesap kopinya sendiri, sementara gadis bermata cokelat itu nampak tidak tertarik pada gelas berisi ice caffe latte di depannya. Pria itu tahu, tatapan gadis di depannya kini penuh kebencian. Ia paham bagaimana perasaan atas prasangka itu. Ia paham apa arti dari amarah itu.

"Apa kau mengajakku bertemu hanya untuk duduk santai sambil minum kopi?" Buka gadis itu setelah keheningan panjang menyelimuti mereka. "Apa kau pikir aku adalah seorang pengangguran yang memiliki banyak waktu luang?"

Chanyeol meletakkan cangkirnya dan menatap mata tajam itu dengan penuh keyakinan. "Aku tidak membunuhnya," kata Chanyeol tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.

Jennie tersenyum sinis seolah tahu apa maksud Chanyeol meski kalimatnya tidak cukup jelas dan gadis itu membalas dengan "Membunuh atau tidak, bukan urusanku. Yang pasti, hidupnya hancur karenamu."

"Dia hancur karena terlalu mencintai suaminya, lalu kenapa aku yang menjadi penjahat dalam kisah mereka?" Chanyeol mencoba menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan nyaman. "Aku bukan Tuhan yang bisa memilihkan takdir tiap manusia. Jika bisa memilihkan takdir untuk Irene, aku tidak akan membiarkannya berakhir dengan Suho tapi justru membuatnya hidup bersamaku."

"Bermimpilah, dasar brengsek!"

Chanyeol menatap lekat kepalan tangan Jennie yang baru saja menggebrak meja. "Itu yang ku lakukan setiap malam. Bermimpi," balas Chanyeol.

"Aku tidak mengerti mengapa kau terus berpura-pura kehilangan ingatanmu di depan kakakku. Kau bahkan menjadi orang asing dan menidurinya meski kau tahu dia tidak mencintaimu."

Chanyeol tersenyum kecil, "Jika dengan menjadi orang asing bisa membuatnya tetap bersamaku, akan ku lakukan. Aku tidak peduli dia mencintaiku atau tidak. Yang ku pedulikan hanya akhirnya aku bisa memiliki Irene di sisiku."

"Bajingan gila!"

Sepanjang percakapan itu, Jennie hanya terus mengutuk Chanyeol atas kegilaannya. Gadis itu tidak bisa melakukan apapun selain mengutuk, ia bahkan tidak bisa memberitahu Irene tentang kebenaran yang ada. Karena jika sampai Irene tahu, wanita itu akan mengalami guncangan lain dan Jennie khawatir, kali ini Irene akan benar-benar hancur.

"Aku tidak akan meminta restu darimu untuk memiliki Irene. Kau cukup melihat bagaimana aku akan membahagiakannya."

Jennie kehilangan kata-kata. Gadis itu terdiam dengan sejuta pikiran di benaknya. Ia tidak pernah menduga kalimat itu akan keluar dari mulut Chanyeol setelah semua yang terjadi.

☕☕☕

Chanyeol baru saja kembali ke rumahnya dan meletakkan mantelnya di balik pintu sampai ia sadar Sehun duduk di ruang tamunya. Pria itu berjalan ke arah dapur untuk menenggak segelas air tanpa memedulikan keberadaan pria lain yang sejak tadi menunggunya.

"Kau salah memahami keadaanku,"

Chanyeol menenggak sekali lagi air di gelasnya sebelum berkata, "Aku tidak pernah salah memahami keadaan siapapun."

"Bukankah kehilangan ingatan atas hidupmu dulu adalah hal yang begitu kau inginkan?" Sehun bangkit dari duduknya. "Kau sendiri yang datang padaku, mengatakan hidupmu terlalu brengsek dan memohon agar aku membantumu mengatasinya. Sekarang, setelah semua yang ku lakukan, ini balasanmu? Menganggapku hanya mengincar jabatan yang ayahmu berikan?"

"Jadi aku harus berterima kasih atas semua ini?" tanya Chanyeol dengan suara yang meninggi.

"Bukankah hidupmu sudah cukup sempurna? Ayahmu dan Suho mati, Irene berada di sisimu! Lalu apa lagi?" Sehun menarik kerah Chanyeol. "Apa lagi yang kau inginkan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

COFFEE FRAGRANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang