BAB 7

248 37 3
                                    

"Kini dia kekasihku."

Chanyeol rasa ada sesuatu yang menyumbat telinganya. Ia tidak bisa mendengar dengan jelas kalimat yang baru saja Richard ucapkan.

"Maaf?"

"Irene kekasihku."

Apa telinganya benar-benar sedang bermasalah? Chanyeol merutuk dalam hati. Kenapa ia mendengar kalimat yang Richard ucapkan secara berulang? Chanyeol tertawa kecil. Entah bagian mana dari kalimat pria di depannya yang lucu. Tapi ia tetap tertawa seolah ada yang benar-benar lucu.

Richard yang bingung dengan sikap Chanyeol, memperhatikan pria itu sejenak kemudian bangkit, lalu berbalik untuk mengangkat panggilan yang masuk di ponselnya. Entah dari siapa. Beberapa menit kemudian memberi isyarat pada Chanyeol bahwa ada sesuatu yang membuatnya harus pergi.

"Kau.. Sudah dimiliki?"

☕☕☕

Sepanjang perjalanan, Chanyeol hanya diam sampai bus yang ia tumpangi berhenti tepat di depan sebuah bangunan modern yang familiar. Pria itu melirik arloji yang ada di tangan kirinya dan meyakini satu hal. Seseorang masih berada di dalam bangunan di seberang sana.

Chanyeol berjalan dengan santai ketika memasuki bangunan tempat ia menghabiskan hampir setengah dari hari yang dimilikinya kini.

Sepi. Remang.

Adalah suasana yang pertama kali menyapa Chanyeol ketika ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Hanya sebagian lampu emergency yang dinyalakan dan orang-orang pasti sudah pulang, karena di jumat malam menjelang weekend seperti ini bisa dipastikan semua orang pulang lebih awal, karena mereka akan menghabiskan waktu bersama teman atau kekasih masing-masing.


Reflek, bibir pria itu melengkung keatas ketika dugaannya benar. Pujaannya disana, berkutat dengan bunga dan tanah. Melakukan pekerjaan yang membuat Chanyeol ingin mencoba melakukannya juga.

Pria itu tidak hanya bicara. Ia bersungguh-sungguh pada niatnya untuk tahu lebih banyak tentang pekerjaan Irene. Upaya merawat kaktus yang ia minta dari Irene beberapa minggu lalu Chanyeol pikir cukup berhasil. Karena setiap pagi ia masih melihat tanaman itu tetap segar di nakas sebelah ranjangnya.

"Kenapa kau terus datang kemari? Apa lagi yang kau inginkan?" tanya Irene tanpa menoleh. Ia tahu Chanyeol berada di belakangnya setelah mendengar langkah kaki seseorang mendekat. Di hari-hari sebelumnya juga pria itu selalu datang. Melakukan hal yang terus saja mengganggunya hingga Irene kesulitan menyelesaikan pekerjaannya.

"Melihatmu,"

Irene berbalik untuk mendapati ekspresi seperti apa yang akan Chanyeol tunjukkan hari ini. Karena setiap kali ia memperhatikan, pria itu selalu datang dengan ekspresi yang berbeda.

Apa tadi dia bilang? Melihatmu?

"Aku akan pergi membeli kopi untuk mu. Sementara aku pergi, kau bisa fokus melanjutkan mengisi pot-pot kosong itu."

Chanyeol tersenyum konyol sebelum pergi. Senyum yang membuat Irene jengkel belakangan ini, entah untuk alasan apa.

Setelah Chanyeol menghilang dari hadapannya, wanita itu berupaya menyelesaikan pekerjaan yang ia lakukan dengan cepat hingga saat pria itu kembali, tangannya sudah bersih dari tanah. Seperti yang sudah dilakukannya beberapa hari ini.

☕☕☕

Chanyeol sudah duduk dengan nyaman dan menyerahkan segelas kopi ke hadapan Irene.

COFFEE FRAGRANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang