Gemetar, begitulah yang Changbin rasakan ketika melihat sosok yang selama ini sangat ia takuti berada di dalam sebuah sel tahanan sembari memandangnya dengan seringai yang mampu membuat dirinya mimpi buruk.Bahkan dengan jarak dan penghalang diantara mereka, ketakutan itu tak pernah bisa pergi dari diri Changbin. Kenyataannya sang Ayah telah membuat dirinya benar-benar tunduk.
"Kumohon jangan penjarakan dia." Changbin berbicara pelan, kepalanya ia dongakkan untuk memandang seseorang yang sedari tadi melirik tajam pada sosok sang Ayah tiri, kini beralih padanya dengan tatapan bingung.
"Apa maksudmu?" Seungmin, sang tuan benar-benar tak mengerti akan jalan pikiran Changbin. Kenapa pula anak itu ingin membebaskan seseorang yang sudah jelas-jelas melukainya tidak hanya secara fisik, namun psikis juga.
"Meskipun dia jahat, setidaknya dia telah merawat ku hingga aku seusia ini. Ibuku bilang, aku tidak boleh membenci Ayah seburuk apapun dia memperlakukan ku." Seungmin menghela nafas mendengar penuturan polos dan tulus dari bibir Changbin. Pria itu meletakkan kedua tangannya diatas pundak Changbin, lantas menundukkan mensejajarkan tingginya pada Changbin.
"Dengar nak, aku tahu kau tidak ingin mengingkari janji pada ibumu. Tapi yang bersalah tetaplah salah, dan harus dihukum agar ada rasa jera. Dengan begitu orang itu tidak akan melakukan kejahatan yang sama lagi." Jelasnya pada Changbin, manik hazel anak itu terlihat mengkilap, Seungmin mengusapkan ibu jarinya pada bahu Changbin.
"Tapi bagaimana jika dia kesepian di sana? Siapa yang akan memberikannya makan? Apa dia akan tidur nyenyak? Aku dengar penjara itu sama sekali tidak nyaman." Sekali lagi Seungmin dibuat takjub akan ujaran Changbin yang benar-benar terdengar sangat tulus. Bagaimana bisa ada seseorang yang telah dilukai bahkan nyaris mati masih memikirkan tentang si penjahat seperti Changbin?
Pria itu mencium kening Changbin lama, salah satu tangannya mencari jemari Changbin untuk digenggam. "Ayahmu akan baik-baik saja. Kau bisa mengunjunginya satu kali dalam seminggu agar bisa memastikan apakah ayahmu hidup dengan nyaman atau tidak."
"Benarkah? Kau tidak keberatan?" Seungmin mengangguk sebagai jawaban, Changbin membalasnya dengan senyuman manis yang demi tuhan sangat menyenangkan untuk ditatapi selama apapun. "Terimakasih tuan."
Anak itu kembali memandang sang Ayah yang masih terlihat tersenyum dengan seringaian menyeramkannya, sekuat tenaga Changbin tatap mata itu dalam-dalam. Genggaman tangannya pada Seungmin mengerat.
"Ayah, hiduplah dengan baik. Aku sama sekali tidak membenci mu. Kau tetap ayahku." Dan setelah mengatakan itu Changbin memberikan senyuman yang ia punya untuk sang ayah dan segera mengajak Seungmin pergi dari sana. Meninggalkan sang ayah tiri yang kini malah bungkam dengan wajah seperti orang linglung setelah mendengar perkataan Changbin yang seolah menyentil hatinya itu.
🔞
Kedua pernik berbeda warna namun terlihat menarik ketika saling bertukar tatap itu sedang meneliti setiap inci hasil ciptaan Tuhan di hadapan masing-masing.
Kalimat pujian yang tak mengudara itu tersampaikan melalui tatapan masing-masing, yang masih enggan mencari objek lain untuk jadi fokus.
Kedua tangan yang melingkar apik di pinggang yang lebih muda itu mengelus punggung pelan, rasa hangat pula nyaman menjalar dari sana. Begitupun elusan lembut pada surai cokelat terang yang kini sudah berganti menjadi warna abu-abu itu membuat sang tuan menggumam nyaman.
Entah siapa yang memulai dan sejak kapan, tindakan masing-masing itu sudah cukup untuk menyalurkan afeksi yang sulit diungkap bibir. Benar kata banyak orang, tindakan akan lebih berkesan ketimbang sekedar ucapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[15]Mr Kim [Kim Seungmin & Seo Changbin] Short Story | 18+✔
Fanfiction[COMPLETE] Seungmin kira sikap heroiknya berujung sia-sia. Namun kalau dipikir-pikir, boleh juga. . Warning ⚠ BXB berisi mature content Changbin bottom!! Seungmin top! crack pair! 🔞 percayalah! Age exchanged