FORGOTTEN VALLHALLA
.~~••Satan adalah manusia yang membunuh ratusan Tromor ... ???••~~
Angin berhembus kencang dari arah timur, membuat gerakan mereka lambat laun semakin melambat, tubuh mereka sangat lelah. Mereka berteriak, seolah meminta pertolongan, dada ketiga orang itu rasanya seperti terbakar, menyambut perjalanan yang tak kunjung usai.
Mereka hanya mengkhawatirkan apa yang terjadi, dan tentunya berusaha mengabaikan prajurit-prajurit lain yang sudah gugur mendahului mereka bertiga. Sulit rasanya, tetapi mau bagaimana pun, misi tetap harus dijalankan, bukan?
Hanya tersisa mereka bertiga, dari ratusan prajurit lain yang memiliki misi yang sama, yaitu memutuskan rantai belenggu Satan di gerbang Valhalla. Mereka terus berlari di tengah kesuraman, hanya dengan obor sebagai penerangan mereka, yang bahkan jaraknya saja sangat pendek. Mungkin itu juga lah salah satu penyebab banyaknya prajurit yang gugur dalam misi pengembaraan.
Entah itu jatuh ke jurang, dimakan hewan buas, salah memilih jalur dan lain sebagainya. Ketiga prajurit yang tersisa itu terus berlari di tengah kesunyian, abai pada rasa lelah yang mereka rasakan. Ketiganya rela bertaruh dengan kematian hanya demi membebaskan sang pujaan yang terpasung di gerbang Valhalla.
Bagaimanapun, mereka masih tiga orang manusia yang normal. Jauh di dalam lubuk hati mereka, ketiganya sangat takut terhadap kematian yang terus membayangi setiap detik dari hidup mereka yang dipertaruhkan demi misi yang satu ini.
Sialnya, mereka tak dapat melihat cahaya lain selain obor mereka, hanya erangan suram dan desisan para Tromor yang terus mengejar mereka dari belakang, telah menemani pelarian mereka di malam yang gelap nan pekat.
"Tahukah kalian?" Gerralt memulai. "Menurut buku yang kubaca dulu, Satan sebenarnya adalah seorang manusia!" ujar Gerralt, seolah sedang memberitahu Yamir dan Rohem.
Rohem terdiam, sedikit keheranan terhadap perkataan Gerralt. Perkataan Gerralt membuat beberapa pertanyaan muncul tanpa ijin di benaknya. "Manusia?" tanyanya dengan wajah penasaran, walau sebenarnya ia sama sekali tidak tertarik dengam topik sejarah yang tampaknya akan muncul sebentar lagi.
"Ya, kau benar, tetapi menurut rumor, Satan adalah seorang manusia yang dengan berani memusnahkan ratusan Tromor," ujar Gerralt seolah menjawab pertanyaan Rohem. Nadanya rendah, kentara sekali ia sudah sangat kelelahan akibat perjalanan gila mereka bertiga. Langkah kaki mereka semakin pendek, berbanding lurus dengan cucuran keringat yang membanjiri tubuh mereka. Bersamaan dengan itu, sialnya nyala obor yang mereka pegang semakin redup seiring waktu, berbanding lurus dengan semangat mereka menjalankan misinya.
Jalan yang mereka lalui semakin licin akibat kotoran kelelawar, juga lumut-lumut basah yang muncul tanpa ijin. Mau tidak mau, suka tidak suka, ketiganya harus semakin waspada dengan kemungkinan yang akan muncul, apapun itu. Termasuk kemungkinan tergelincir dan jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam, mengingat jalan yang mereka lalui sangat sempit, terjal dan licin.
Seorang prajurit lain tidak berkata apapun. Yamir namanya, ia tentu saja jauh lebih mengkhawatirkan lukanya yang terus mengucurkan darah daripada obrolan antara kedua pria lain di depannya. Pria itu semakin tertinggal, bersama napasnya yang sesak, membuatnya terengah bak habis disuruh berlari mengelilingi bumi. "Gerralt, Rohem, tinggalkan saja aku," pinta Yamir dengan mata yang setengah tertutup, jelas berusaha mempertahankan kesadaran yang tersisa. Tangannya juga terus menekan lukanya, agar ia tidak mati kehabisan darah, walau Yamir tahu, itu akan sangat menyakiti dirinya.
Suasana menjadi hening, tak ada yang mampu membalas perkataan Yamir. Kedua prajurit lainnya juga tentunya tahu betul kalau Yamir sudah berjuang lebih keras dari mereka berdua, mempertaruhkan hidup di misi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN VALLHALLA
Fantasy[18+] Dark Fantasy | Adventure | Hard Violence [On-Going] Perkara ihwal abdi apapun yang ditumpahi Thomas Vlurk selalu cacat tumpul di kedalaman pupil mata masyarakatnya, dari awal ia memang lanjut laun telah dicap sebagai otoriter bangsa yang tak e...