Jengkel

33 2 0
                                    

"KIRANI! LO GAK APA-APA?!"seru seseorang, dan menyodorkan sapu tangan.

Kirani mengangguk. Ia menyeka mulutnya dengan sapu tangan itu.

Sepasang tangan terulur untuk membantu Kirani. Pak Benedct?! Dia ngapain bantu gue?

Sebersit rasa cemburu menghampiri Kennand yang masih diam bertumpu ditempatnya setelah ia memberi sapu tangannya kepada Kirani.

"Kennand! Lo kenapa sih? Berhenti merhatiin mereka!" batinnya memaksa dirinya untuk menghapuskan rasa cemburu itu.

"Key, ikut saya ke UKS." Ajak guru bernama Benedct itu.

Kirani menggeleng, "nggak, Pak. Saya nggak kenapa-napa kok, serius."

"Pokoknya ikut saya!" Guru itu bersikeras membawa Kirani menuju UKS.

"NGGAK! GUE GAK MAU, PAK!"

Pak Benedct berdecak kesal. Dengan segera ia mengangkat tubuh Kirani.

"HAHH?! PAK TURUNIN SAYA! SAYA GAK MAU KE UKS! SAYA BAIK-BAIK AJA!!"

"Kamu diam atau nilai kamu saya potong!"

Kirani pasrah. Ia membiarkan dirinya dipapah seperti ini. Ia memegangi kerah baju Pak Benedct dengan keras.

"Gila nih murid baru! Kecentilan banget sama bapak ganteng masdep gue!"

"Hadeuh, murid ganjen baru nih!"

"Anak siapa sih? Berani deketin guru idola gue?!"

Cibiran-cibiran itu terdengar memanaskan hati Kirani. Karena guru ini reputasi gue bisa hancur!, katanya dalam hati.

*****


Kirani merogoh kantong celananya, mencari benda  berbentuk persegi panjang itu. Ponselnya berdering.

"Ck.. Siapa sih?!" Katanya tak sabaran.

"Papa? Tumben, sok perhatian banget. Kirain dia udah lupa sama gue."

Kirani tak mengangkat telepon itu, dan meletakkan ponselnya dimeja samping brankarnya di UKS.

"Gue balik deh ke lapangan. Gue bosen, sumpah."

Iapun meninggalkan UKS itu setelah ia permisi dengan anggota PMR yang tengah mengatur obat-obatan didalam kotak P3K.

"Ni! Lo gak papa kan? Lo gak sakit kan?" Tanya Sophia kepada Kirani yang tengah meneguk air minumnya.

"Ih! Bawel amat! Gue gak papa kok." Jawabnya enteng.

"Omaigatt!! Gue pengen juga digendong gitu sama Pak Bene. Meleleh gue!" Celutuk Avria sambil memegangi kedua pipinya yang merona.

"Apaan sih? Gue malah kesel sama dia! Lo tau gak? Gara-gara dia gendongin gue sampe ke UKS, kakak kelas jadi ngomongin gue!" Balas Kirani dengan nada mulai meninggi.

Kirani berdiri,lalu meninggalkan kedua temannya itu dan segera menuju ke kelas.

****

Kirani membuka kotak bekalnya lalu mencomoti roti bakar isi keju kesukaannya itu. Tak lupa ia juga mengambil susu kotak rasa vanilla dari tasnya.

"Lo suka sama guru itu?"

Uhukkk!

Kirani menoleh kearah asal suara tersebut.

"Kennand?"

"Eh, nggak! Gue kesel sama dia. Nyebelin banget deh!"

"Gue cemburu, Kirani..." Jawaban itu seakan-akan seperti petir menyambar Kirani.

"Oh, kenapa lo cemburu? Gue bukan siapa-siapanya dia." Jawab Kirani enteng sambil kembali menggigit rotinya.

"Uhm... Karena gue..."

"WOYYYY!! BENTAR UJIAN MATEMATIKA KATANYA!" Ucap Joey memutuskan pembicaraan kedua orang itu.

"Whatt?! Gue kan belom belajar. Mati gue!" Jawab Kennand buru-buru meninggalkan meja Kirani dan berlalu kemejanya untuk mencari buku Matematikanya.

"Tenang! Gosah lebay! Gue udah bikin contekan nih! Entar gue pinjemin kok... Lo gak usah khawatir." Kata Joey sambil merobek selembar kertas berisikan rumus-rumus Matematika.

"Wao! Emang gak salah gue punya curut berguna kek lo." Kennand menyunggingkan senyumnya. Lesung pipi yang dalam tercetak di pipi kanannya.

****

"Ni! Bantuin gue donk! Gue gak tau cara kerjanya." Avria memohon kepada Kirani agar Kirani memberinya jawaban.

"Nih!" Bisik Kirani sambil melemparkan segumpalan kertas kebawah kaki Avria.

"Thank's Ni! Entar gue TR cireng deh!"

Mawar Merah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang