Sok perhatian?

12 3 0
                                    

Seseorang memegang pundak Sophia, "Duh, anak cantik gak boleh marah-marah. Entar cantiknya hilang." Kata orang itu.

Sophia membalikkan tubuhnya kearah orang yang memegang pundaknya itu.

"KAK ARJUN?! Kak Arjun ngapain di sini?"

"Gue lagi nyariin hiasan buat persiapan pentas di sekolah." Jawab Arjun.

"Kamu cantik banget deh. Gue jadi makin sayang, hehe.."

Sophia tersipu malu, pipinya berwarna merah merona.

"Ehemm... Kita tinggalin aja yuk! jadi nyamuk kite." Cibir Kirani sambil melirik Sophia dan Arjun yang masih saling menatap.

"Eh! Woi! Tungguin! Duh, Kak Arjun, aku pergi dulu ya! Byee.."

Sophia berlari seperti anak kecil mengejar kedua sahabatnya itu.

"Gue laper. Makan yuk. Gue bayarin deh!" Kata Sophia mengubah suasana diantara mereka.

"Wihh, sultan njirr.. Yaudah, makan di mana?" Tanya Avria.

"Uhmm... Sushi aja mau? Atau udon?" Saran Sophia.

"Udon aja deh. Udah lama gak makan udon!" Pekik Kirani.

"Yaudah.. Skuyy."

****

"Gue duluan ya, guys... Gue udah ditelpon bokap gue," Pamit Avria pada Kirani dan Sophia.

"Iya, titip salam buat bokap lo ya.. GWS," kata Kirani.

"Oh iya, ni, lo gak pulang? Kita ke Gramed dulu ya?" Ajak Sophia.

"Belum. Ayok deh. Gue lagi nyariin novel baru."

Kedua gadis itu menuju ke lantai tiga Plaza Center, dan memasuki gramedia.

"Gue pengen bet nih novel  njirr... Idaman!" Kata Kirani sambil memegangi sebuah novel berjudul 'Krayon Mimpi' dengan mata berbinar.

"What?! Cuma 159k doang? ambil gih! Gue beliin." Sophia merebut novel itu dari tangan Kirani, dan melihat harganya.

"Waduh, sultan beraksi. Makasih, bang! Dari dulu kek beliin novel, hehehe.." Kekehnya dengan senyum lebar.

"Udah, biasa aja keles. Sans!" jawab Sophia dengan mata tertuju pada tumpukan-tumpukan novel didepannya.

****

Kirani memasuki rumah bermodel sylish di perumahan elite ditengah kota.

"Kirani! Dari mana saja, nak? Kemarilah, cerita dengan mama," ajak seorang perempuan paruh baya masih dengan setelan kerjanya.

Sarah Flamina Guenessa, seorang single parent bagi Kirani setelah ia berpisah dengan suaminya, Reyan Pranta.

"Kenapa, ma? Tumben cepet pulangnya." Kata Kirani tak acuh.

"Nggak, mama cuma kengan aja sama kamu. Mama udah lama gak cerita sama kamu, nak." Jawab Sarah.

"Oh, kirain mama juga udah lupa sama Kirani. Udah ya, ma. Kirani capek. Kirani ke kamar dulu. Malam, ma!"

Sarah menatap langkah anak semata wayangnya itu yang sudah dewasa.

"Waktu cepat sekali berlalu, nak. Kamu sudah besar sekarang, Mama masih ingin menggendongmu seperti dulu," kata Sarah dengan suara lirih.

Kirani menghempaskan tubuhnya diatas kasurnya. Air matanya mengalir. Isakan mulai terdengar.

"Udah, Kirani gak boleh nangis! Kirani bukan anak kecil lagi! Kirani bisa hidup sendiri tanpa mama!" Ia menguatkan dirinya untuk berhenti menangis.

Ia segera mandi, lalu mengganti pakaiannya dengan sepasang piama bergambar baby doll berwarna biru pastel.

****

Benedct Ardian Pemberton.

Pria masih terjaga. Jam sudah menunjukkan pukul 01.35 dan ia masih saja belum bisa tertidur.

"Agh! Gue ngantuk, tapi nggak bisa tidur!" Kesalnya sambil membolak balikkan tubuhnya ke kiri dan kanan.

"Key... Kenapa lo bisa dengan cepat membuat perasaan gue ke lo kembali begitu cepat? Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo. Gue pengen lo terus sama gue. Selamanya.."

"Dulu, lo begitu lucu, dan lugu. Lo selalu bikin gue tersenyum saat lo tertawa. Gue rela ngelakuin segalanya buat lo,

"Gue lindungin lo dari semua anak-anak jahat yang serung bikin lo nangis. Gue nganggap lo seperti adik gue sendiri, Key. Gue inget, lo yang ngijinin gue buat panggil lo Key, karna lo bilang lo merasa spesial saat gue manggil lo Key,"

"Key-Kirani Alvira Calistha, gue menyayangi lo setelus hati gue. Lo lebih dari segalanya buat gue. Segalanya terasa berbeda saat lo pindah dari Jakarta, Key. Lo ninggalin gue tanpa kabar, dan lo kembali. Kembali mengisi hari-hari gue yang hampa, kembali mengisi hati gue yang kosong. Dan aku, akan kembali membuat dirimu bahagia."

Mawar Merah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang