Memories

8 2 0
                                    

Kirani membuka matanya, lalu mengucaknya. Ia segera bangkit dari tidurnya yang nyenyak, dan berdoa.

Ia melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi, lalu bersiap-siap berangkat ke sekolah.

"Pagi, sayang." Sapa Sarah kepada Kirani saat melihat anak itu sudah rapi.

"Uhm.." Balas Kirani dengam deheman.

"Sarapan dulu ya, sebentar mama yang anterin ke sekolah,"

"Gak usah, aku bisa bawa mobil sendiri. Kirani bukan anak kecil lagi." Jawabnya ketus sambil melahap nasi goreng dihadapannya.

Sarah hanya menatap Kirani demgan wajah sendu. "Maafin Mama, Kirani."

Kirani tak menghabiskan sarapannya, ia hanya memakan beberapa sendok. Ia muak dengan mamanya. Ia muak harus melihat mamanya bekerja. Bekerja, dan bekerja. Ia tak butuh mamanya. Disaat ia sudah bisa hidup mandiri, mamanya datang, merusak semua kemandiriannya.

****

Pukul 06.47

Kirani memarkirkan mobilnya paralel di parkiran SMAPA yang luas itu. Ia lalu memakai tasnya, dan segera menuju ke kelasnya.

"Berisik bet sih. Panas kuping gue dengernya!" Katanya dalam hati sambil mengerutkan dahinya.

Bughh..

"Awww! Sakit kampret!" Pekiknya beberapa saat setelah sebuah bola mendarat di dahinya.

"KIRANI?! ASTAGA,MAAPIN GUE, BANG! GA SENGAJA!" kata Joey sambil memegangi jidad Kirani.

"Udah lo sana! Pergi! Jangan bikin gue tambah marah!" jawab Kirani dengan wajah merah padam.

Kirani melempar tasnya diatas kursinya disamping Avria, lalu menghempaskan dirinya.

"Jidad lo lebam tuh! Ngakak tau.. Wkwkwkk," ledek Sophia.

"Diem! Gue lagi malas ladenin orang!"

Seketika kelas hening.

Kirani mendengus kesal. Ia keluar dari kelas itu lalu menuju ke lapangan.

"Key?"

Kirani menatap asal suara itu.

"Kenapa?"

"Lo yang kenapa, Key? Kok jidad lo lebam gitu?" Tanya Benedct.

"Gak kenapa-napa,"

Benedct merogoh sakunya, dan mengambil sebuah plester luka, lalu menutupi luka lebam di jidad Kirani.

"Makasih." Jawab Kirani dingin.

"Key, gue selalu ada buat lo. Kalo lo mau cerita, datang aja ke ruangan gue." Ucap Benedct dengan mata menatap Kirani dalam-dalam.

Kirani hanya mengangguk. Ia meninggalkan Benedct, lalu meneruskan langkahnya menuju lapangan, tempatnya bisa menghabiskan waktunya sendirian, tanpa ada yang mengganggu.

"Key, lo kenapa hari ini?" Batin Benedct sambil menatap Kirani dari belakang.

****

Mawar Merah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang